Friday, 23 November 2012

Sebelum Palestina Merdeka, Situasi Kawasan akan Tetap Bergolak

Presiden SBY (Foto doc)

Islamabad, Pakistan: Momentum genjatan senjata antara Palestina dan Israel harus diteruskan dengan membuka negosiasi lanjutan. Indonesia berpandangan, sebelum ada pengakuan dan terbentuknya negara Palestina merdeka, situasi di kawasan tersebut akan tetap bergolak.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan hal ini dalam keterangan pers kepada media Indonesia di Hotel JW Marriott, Islamabad, Pakistan, Kamis (22/11) pukul 19.30 waktu setempat atau 21.30 WIB. Keterangan pers diberikan untuk menjelaskan hasil-hasil dan pandangan Indonesia dalam KTT ke-8 D8.


"Kalau ada kemauan politik dari masyarakat internasional, momentum genjatan senjata ini bukan sekadar gencatan senjata, tapi membuka peluang baru negosisasi lanjutan karena bagaimanapun sebelum Palestina merdeka maka situasi ini akan terus berlangsung," kata Presiden SBY.

Indonesia, lanjut Presiden, berpendapat yang paling realistis adalah penyelesaian dua negara atau two state solution, yakni berdirinya negara Palestina dan Israel. "Manakala Palestina sudah merdeka dan berdamai dengan negara-negara di kawasan itu, maka kekerasaan seperti sekarang ini bisa berkurang bahkan dihentikan," SBY me
negaskan.


"Indonesia memiliki komitmen untuk terus mengawal dan memberikan determinasi mendukung penuh rakyat Palestina mendapat kemerdekaan," Presiden SBY menambahkan.

Isu kekerasan di Jalur Gaza menjadi topik bahasan pada KTT D8. Sebelumnya, Indonesia juga mengangkat persoalan ini pada Pertemuan Pemimpin ASEAN-Amerika Serikat di Kamboja, sebagai rangkaian KTT ke-21 ASEAN. Presiden berharap situasi genjatan senjata sekarang ini dapat terus dijaga.

Seusai memberikan keterangan pers ini, Presiden SBY dan Ibu Negara Hj Ani Bambang Yudhoyono beserta delegasi bersiap-siap kembali ke Tanah Air. Rencananya, Presiden akan meninggalkan Islamabad pada pukul 23.00 waktu setempat atau Jumat (23/11) pukul 01.00 WIB.

Mendampingi Presiden dalam konferensi pers ini, antara lain, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menlu Marty Natalegawa, dan Mendag Gita Wirjawan. 
(sumber : www.presidenri.go.id)

No comments:

Post a Comment