Thursday 30 December 2021

Adanya Kasus Omicron Peringatan Bagi Masyarakat Agar Tidak Melakukan Perjalanan


JAKARTA - Kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia telah mencapai 47 kasus positif. Mayoritasnya, merupakan WNI pelaku perjalanan Internasional dengan sebagian besar tanpa gejala atau bergejala ringan yang akan segera di tracing dan ditangani segera.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menjelaskan adanya temuan kasus di Indonesia harusnya menjadi peringatan kepada masyarakat  untuk tidak melakukan perjalanan.

"Transparansi data yang disampaikan oleh pemerintah terkait jumlah penularan Omicron hendaknya disikapi sebagai peringatan. Agar masyarakat tidak melakukan perjalanan ke luar negeri untuk alasan yang tidak mendesak," Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19, Selasa (28/12/2021) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Kasus Omicron secara global, saat ini telah terdeteksi di 115 Negara dengan total melebihi 184 ribu kasus. Dimana Inggris menempati urutan pertama dengan jumlah tertinggi di dunia. Peningkatan konstan juga terlihat di Amerika Serikat, Jerman dan Prancis di mana jumlah kasus Omicronnya kini lebih tinggi dibandingkan dengan Norwegia dan Afrika Selatan.

"Melihat tren perkembangan kasus Omicron yang terus meningkat baik di tingkat global dan nasional, kita harus terus mengantisipasi agar penularan varian ini dapat ditekan seminimal mungkin di Indonesia," saran Wiku.

Jika melihat hasil telaah data menunjukkan mayoritas kasus positif Omicron merupakan pelaku perjalanan Internasional. Hal ini mendorong pemerintah mengetatkan pengawasan di pintu-pintu masuk kedatangan luar negeri. Utamanya, dari negara-negara yang tingkat kasus Omicronnya terdeteksi tinggi.

"Satgas berharap masyarakat juga dapat mengambil peran dalam mencegah masuknya varian Omicron ke Indonesia," pungkas Wiku.

Jakarta, 28 Desember 2021

Tim Komunikasi Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional

Saturday 18 December 2021

Ada Typhoon RAI: Gelombang Tinggi 4 – 6 Meter Berpotensi Terjadi Di Laut Natuna Utarap


Jakarta, Telukharunews - Menurut Buletin Informasi Siklon Tropis Badan Meteorologi Klimatologj dan Geofisika yang dikeluarkan oleh Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Jakarta pada Jum’at, 17 Desember 2021 pukul 21:12 WIB disebutkan posisi Siklon Tropis RAI (Typhoon RAI, pen) pada pukul 19:00 WIB berada di koordinat 10.4 Lintang Utara, dan 118.7 Bujur Timur (sekitar 800 km sebelah utara Tarakan). Arah Gerak ke Barat dengan kecepatan 12 knots (22 km/jam) bergerak menjauhi wilayah Indonesia. Sedangkan Kecepatan Angin Maksimum mencapai 80 knots (150 km/jam).

Diprediksikan dalam 24 jam ke depan, (18/12/2021 pukul 19:00 WIB) posisi RAI sudah berada di       : 11.8 Lintang Utara, dan 112.8 Bujur Timur (sekitar 1080 km sebelah utara barat laut Tarakan).

Siklon Tropis RAI bergerak ke arah  Barat-Barat Laut, dengan kecepatan 14 knots (25 km/jam) menjauhi wilayah Indonesia, dan dikemas dengan kecepatan angin maksimum 90 knots (165 km/jam)

Dampak dari Siklon Tropis Rai di Laut Sulu untuk tanggal 17 Desember 2021 pukul 12.00 UTC hingga 18 Desember 2021 pukul 12.00 UTC adalah sebagai berikut :

Potensi hujan dengan intensitas sedang di Kepulauan Riau, Kalimantan Barat bagian Utara dan Kalimantan Utara.

Gelombang laut dengan tinggi 1,25 – 2,5 meter (Moderate) berpotensi terjadi di Selat Makassar bagian Utara, Laut Sulawesi, Perairan Bitung - Likupang - Kepulauan Sitaro, Perairan Kepulaun Sangihe - Kepulauan Talaud, Perairan selatan Sulawesi Utara, Laut Maluku, Perairan Kepulauan Halmahera, Laut Halmahera, Perairan utara Banggai, Perairan utara Papua Barat hingga Papua, Samudra Pasifik utara Papua Barat, Perairan Barat Natuna, Perairan Selatan Kepulauan Anambas - Natuna, Perairan Sub - Serasan dan Laut Natuna.


Gelombang laut dengan tinggi 2,5 – 4,0 meter (Rough Sea) berpotensi terjadi di Perairan Utara Kepulauan Anambas - Natuna, Samudra Pasifik utara Halmahera dan Samudra Pasifik Utara Papua.

Gelombang laut dengan tinggi 4,0 – 6,0 meter (Very Rough Sea) berpotensi terjadi di Laut Natuna Utara.

Sumber: BMKG-TCWC


*