|
SBY saat melihat market Jembatan Selat Sunda (Foto Ist/THNews) |
JAKARTA - Kawasan strategis Selat Sunda dan
sekitarnya terletak dalam lingkup Geotektonik Busur Sunda yakni pada zona
peralihan tunjaman asimetri miring Lempeng Tektonik Aktif Samudera Hindia –
Australia dengan Lempeng Tektonik Benua Asia di sebelah Barat P. Sumatera
dengan tunjaman asimetri tegak di sebelah Selatan P. Jawa. Kedudukan Selat
Sunda sebagai zona peralihan tersebut di atas menyebabkan kawasan ini
memiliki kondisi geodinamika yang sangat aktif dengan kondisi geologi yang
dinamis dan komplek serta berpotensi bahaya geologi seperti letusan
gunungapi, guncangan gempabumi, gelombang tsunami, dan gerakan tanah baik
atas maupun di bawah permukaan laut. Kedinamikaan kondisi geologi kawasan
Selat Sunda ini merupakan hal yang amat penting untuk diperhatikan dan dipertimbangkan.
Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mempunyai tugas
dan fungsi Melaksanakan Penelitian dan Pelayanan di Bidang Geologi dengan
visinya Geologi untuk Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat, berinisiatif
mempertimbangkan kondisi geodinamika tersebut di atas untuk Pembangunan
Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda. Demikian kutipan dari siaran pers Kementerian ESDM seperti yang diutarakan oleh Kepala
Biro Hukum dan Humas, Susyanto, Selasa (27/11/2012)
Tinjauan Lokakarya
Lokakarya merupakan sebuah langkah nyata untuk mewujudkan kesamaan persepsi
dari seluruh elemen pelaku pembangunan dalam menyikapi sistem
perencanaan sebagai bagian penting dalam setiap gerak langkah pembangunan
berwawasan lingkungan. Mengingat dalam hal ini, aspek kebumian yang melandasi
berbagai kehidupan di muka bumi, maka data geodinamika sangat berperan
sebagai informasi yang bersifat mendasar dalam menyusun tataruang di kawasan
strategis dan infrastruktur Selat Sunda.
Lokakarya ini dilaksanakan di Ratu Hotel Bidakara, Serang pada hari
Selasa & Rabu tanggal 27 & 28 Nopember 2012 dibuka oleh Kepala Badan
Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dihadiri oleh Gubernur
Banten dan Gubernur Lampung serta Muspida Propinsi Banten. Peserta lokakarya
dari berbagai institusi pemerintah, swasta serta akademika dengan jumlah
sekitar 200 orang. Lokakarya ini menampilkan 1 pembicara kunci dan 12
pembicara teknis dari Badan Geologi dan Balitbang Kementerian ESDM, PU, ITB
dan UNPAD, dengan tujuan:
- Memberikan prespektif nyata kondisi geodinamika kawasan
Selat Sunda sebagai pertimbangan geologi untuk pembangunan kawasan strategis
dan infrastruktur Selat Sunda khususnya Jembatan Selat Sunda.
- Pertukaran
pengetahuan, pengalaman dan pandangan mengenai kondisi existing geodinamika
Selat Sunda.
|
Bagan rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (Foto Ist/THNews) |
Kondisi Geodinamika Selat Sunda
Topografi dasar laut Selat Sunda dicirikan oleh batimetri yang komplek dan
mencerminkan adanya cekungan berbentuk menyudut dan berkemiringan curam yang
menandakan adanya kontrol patahan. Bagian barat Selat Sunda dicirikan
oleh empat tinggian (ridge) yang dikenal dengan Semangko horst,
Tinggian-tinggian Tabuan, Panaitan dan Krakatau.
Kajian geologi regional berdasarkan interpretasi data inderaan jauh dan data
sekunder, Geologi Selat Sunda diduga dialasi oleh batuan Pra-Tersier. Batuan
di bagian barat tersusun oleh batuan gunungapi, batuan intrusi dan batuan
sedimen Tersier; sedangkan di bagian timur tersusun oleh batuan gunungapi
Kuarter. Di Pulau Sumatra (Daerah Lampung), patahan utama adalah patahan
berarah baratlaut – tenggara yang sejajar Patahan Sumatera; sedangkan di Jawa
bagian barat berkembang patahan berarah timurlaut – baratdaya.
Selat Sunda bagian timur yang menghubungkan Anyer - Pulau Sangiang dan
Bakauheni berdasarkan lintasan seismik memiliki batuan dasar
berasal dari kompleks Gunungapi Karakatau – Sebesi dan kompleks
Gunungapi Karang-Gede di daerah Anyer. Kerapatan struktur patahan dasar
laut dari arah barat ke timur semakin berkurang, namun demikian
kelurusan patahan dengan arah utara selatan masih dapat dijumpai.
Pengamatan geodetik dari data GPS (episodik dan kontinyu) di Selat Sunda
terindikasi adanya pergerakan deformasi yang dikontrol oleh regangan di
bagian selatan Lampung dan selatan Banten (pola ekstensi) dan pola kompresi
di bagian utara. Terindikasi pula adanya pergerakan mendatar dari patahan
geser dan rekatan tektonik pada zona subduksi. Kecepatan pergerakan menganan
dari patahan Sumatra di selat Sunda yaitu 2.5 cm/tahun.
Kajian geomorfologi di daerah Bakauheni dan Anyer menghasilkan 9 satuan
morfotektonik yang secara genetis merupakan produk dari kegiatan struktur
geologi, denudasi, proses laut dan sungai. Analisis morfotektonik terindikasi
adanya pergeseran antar blok patahan dan keaktifan pembentukan lembah pada
daerah-daerah tertentu.
Seismotektonik yang berbasis pada kajian struktur geologi aktif dan kejadian
gempa bumi di wilayah sekitar Selat Sunda pada radius 300 Km terdiri atas
delapan lajur dan empat lajur pada radius 50 Km. Kajian patahan aktif
bersifat lokal di daerah Bakauheni pada segmentasi patahan Way Baka dan
Peterjajar menunjukkan aneka indeks geomorfologi tektonik yang cukup
signifikan, seperti Vf (rasio lebar & tinggi lembah) berkisar antara 1,54
– 3,76 dan Smf (sinusitas muka gunung) berkisar antara 1,2 – 1,38. Hal
tersebut mengindikasikan proses pembentukan pegunungan lebih dominan dari
erosi. Kajian geofisika pada kedua segmen ini mengkonfirmasi keberadaan
patahan yang berpotensi potensi aktif dan diperkirakan memiliki potensi
kekuatan maksimum 5 – 6 Mw
Kegempaan wilayah Selat Sunda ini didominasi oleh sebaran pusat-pusat
gempabumi yang membentuk kelurusan hampir Utara-Selatan. Sebaran lainnya
mengumpul di sekitar Ujung Kulon dan di barat Lampung. Dari studi gempa mikro
mendapatkan aktivitas gempa mikro mengelompok di bawah Kompleks
Krakatau, di sekitar graben dan di sebelah barat Lampung. Mekanisme gempa di
bawah Krakatau dan graben cenderung menunjukkan pola
ekstensional, sedangkan di sebelah barat Sumatra cenderung memiliki
pola strike-slip.
Gempabumi merusak kawasan ini terjadi pada tahun 1852 dan 1903. Gempa pada
tahun 1852 yang merusak wilayah Bandar Lampung dan Jakarta, diduga gempabumi
tersebut berasosiasi dengan Patahan Lampung. Gempa yang terjadi pada tahun
1903 dilaporkan posisinya di selatan Jawa, tetapi kerusakan yang
diakibatkannya meliputi wilayah Anyer hingga Jakarta.
Percepatan terhitung (?t) yang berbasis pada perhitungan percepatan keboleh
jadian yang mengacu pada keberadaan lajur sumber gempa bumi yang ada di Selat
Sunda dan sekitarnya untuk tanah lunak di daerah Bakauheni adalah 0,0569 gal
(100 tahun), 0,0652 gal (200 tahun) dan 0,1505 gal (500
tahun) sedangkan di daerah Anyer adalah 0,0647 gal (100 tahun), 0,0693
gal (200 tahun) dan 0,5499 gal (500 tahun). Nilai nilai percepatan tersebut
setara dengan intensitas minimum skala VI - IX MMI.
Gunung api Kuarter di Selat Sunda dan sekitarnya umumnya bertipe B. Ada
7 gunung api Kuarter yang terdapat di wilayah Lampung. Sedangkan di wilayah
Banten terdapat lebih dari 8 kerucut gunung api Kuarter. Gunungapi Krakatau
lahir pada 1927 dan hingga 2010 ini baru berumur 83 tahun. Letusan terjadi
setelah beristirahat antara 1 – 5 tahun dan waktu istirahat terpanjang 8
tahun. Sampai saat ini G. Anak Krakatau (tipe A, sangat aktif)
mempunyai erupsi Tipe Stromboli sampai dengan Tipe Vulkano lemah, dengan
nilai Indeks Letusan Gunungapi kurang dari 3. Dalam catatan sejarah pernah
terjadi pembentukan kaldera sebanyak empat kali yang mempunyai interval waktu
antara 8.584 tahun terlama dan 683 tahun terpendek.
Selain itu di kawasan Selat Sunda masih banyak Gunungapi tua yang
diperkirakan sedang beristirahat dan masih mempunyai potensi bahaya apabila
mengalami reaktivasi. Di daratan P. Sumatera disekitar Selat Sunda terdapat
kompleks Gunungapi purba Bakauheni dan Kaldera Pra- Rajabasa, yang di
dalamnya terdapat G. Rajabasa. Selain itu dapat dijumpai kaldera Antatai,
Sekincau Belirang, Suoh, Hulubelu dan Gedungsurian di sepanjang patahan
Sumatera. Di wilayah laut terdapat G. Sebesi, G. Sebuku, sumbat lava
Gunungapi bawah laut, P. Sangiang dan G. Krakatau sendiri. Sedangkan di
daerah Banten terdapat G. Gede – Kompleks Dano, Cibaliung, Ujung Kulon dan P.
Panaitan. Gunungapi tua itu ada yang berbentuk kerucut komposit tetapi juga
berupa kaldera. Produk kaldera Gunungapi yang cukup terkenal antara lain Tuf
Banten, Tuf Lampung dan Tuf Cibaliung. Sekalipun Gunungapi komposit purba
Cibaliung sudah berumur 11 juta tahun yang lalu, Tuf Cibaliung baru berumur 4
juta tahun yang lalu. Oleh sebab itu berdasarkan ketentuan tersebut di atas
maka Gunungapi Cibaliung perlu juga dievaluasi bahayanya.
Kajian tsunamigenik di wilayah Selat Sunda menghasilkan 4 jenis potensi
penyebab tsunami yaitu gempabumi, letusan gunungapi, longsoran bawah laut dan
longsoran di pantai. Upaya mitigasi bencana tsunami pada JSS disarankan untuk
memperhitungkan dengan cermat faktor-faktor; landaan air laut pada badan
jembatan, gerusan air laut pada fondasi & tiang pancang, gaya-gaya
horizontal dan vertical saat terjadi tsunami.
Model tsunami hipotetik yang berasal daerah subduksi telah disimulasikan
dengan berbagai skenario lokasi sumber dan magnitudo gempa (M=7.5, M=8.0, dan
M=8.5). Hasil simulasi ini memperlihatkan bahwa tinggi tsunami di sekitar
tapak adalah 2.7 meter dengan waktu tempu sekitar 75 menit dari sumber
tsunami tapak. Untuk tsunami berasal daerah Ujung Kulon simulasi memperlihatkan
bahwa tinggi tsunami di sekitar lokasi tapak adalah 2.3 meter dengan waktu
tempuh sekitar 48 menit dari sumber tsunami ke lokasi JSS. Sedangkan untuk
aktifitas Gunungapi Krakatau yang terjadi pada bulan Agustus 1883 telah
membangkitkan tsunami besar dengan simulasi yang memperlihatkan
penjalaran tsunami dengan estimasi tinggi tsunami di sekitar lokasi tapak
sebesar 25 meter dalam waktu tempuh sekitar 43 menit ke lokasi
JSS.
Studi perubahan iklim dilakukan pada fasies sedimen berumur Holosen dari
Sungai Cilemer-Cibungur, di daerah Pandeglang, Banten telah menunjukkan
adanya indikasi sirkulasi iklim, fluktuasi muka laut dan efek tektonik lokal
yang diduga terkait dengan fenomena geodinamika Selat Sunda.
Geologi teknik di daratan sekitar selat Sunda menghasilkan 5 satuan di
sekitar Merak serta 7 satuan di sekitar Bakauheni. Kualitas batuan
berdasarkan analisis RMR di sekitar titik bor BM1 adalah sedang (fair rock)
sedangkan di sekitar BM2 adalah rendah (poor rock). Daya dukung tanah
(bearing capacity, q) untuk pondasi dangkal berdasarkan SPT berkisar antara
0,02 – 1,20 t/m2. Sedangkan untuk pondasi dalam dengan bentuk tiang yang
diasumsikan berdiameter 0,2; 0,4; dan 0,6 m pada kedalaman 20 m diperoleh
daya dukung diijinkan (qa) masing-masing sebesar 33,61-34,07; 131,2-133,20;
dan 287,82-292,76 ton/tiang.
Potensi sumber daya geologi di Provinsi Lampung dan Banten menghasilkan
informasi sbb; batubara mempunyai nilai kalori berkisar antara 5100-6100
kal/gr (sedang) hingga 6100-7100 (tinggi), dengan jumlah sumber daya
sekitar 106,95 juta ton di Lampung dan 18,8 juta ton di Banten; panas bumi
tersebar di 13 daerah prospek di Lampung sedangkan di Banten terdapat 5
daerah prospek; komoditas bahan bangunan terdiri dari andesit, basal, diorit,
granit, marmer, sirtu dan tras, yang termasuk bagian dari kelompok mineral
bukan logam yang keterdapatannya sangat berlimpah; komoditas bahan konstruksi
terdiri dari besi primer, besi laterit, pasir besi, mangan, titan laterit dan
titan plaser, yang juga cukup melimpah di kedua provinsi ini.
|
No comments:
Post a Comment