Saturday 18 December 2010

PERTAMINA EP BERPACU DENGAN PERUSAHAAN ASING

Oleh : Freddy Ilhamsyah PA

Dalam rangka untuk menyambut Hari Jadi Pertamina yang ke 53 tahun, penulis coba mengulas sekilas tentang kinerja Pertamina EP yang kini sedang berpacu dengan perusahaan migas asing untuk menjadi produsen migas teratas di Indonesia. Kini Pertamina berada di urutan kedua dalam hal memproduksi minyak dan gas bumi di negeri sendiri.

Pertamina yang dilahirkan dari bumi Langkat 53 tahun lalu, kini sudah tumbuh-berkembang menjadi Perusahaan migas terbesar milik Negara, dan bahkan sudah menjadi induk dari 21 anak perusahaannya serta mempunyai mitra kerja dengan puluhan perusahaan asing dan swasta nasional dalam ikatan kerja Joint Venture (marketing, operasi kilang LNG, Asuransi, Teknologi & Konstruksi, dll), Joint Operating Body, dan Technical Assistance Contract.

PT Pertamina EP yang merupakan salah satu dari tiga anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang bergerak dibidang ekplorasi & produksi migas, kini memikul tugas teramat berat yang dibebankan oleh induknya dan negera untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi. Kenapa penulis katakan berat ? Karena kini Pertamina bukan lagi pemain tunggal dalam kegiatan usaha hulu migas di dalam negeri. Ladang-ladang migas di bumi nusantara tercinta ini sudah dibagi-bagikan kepada perusahaan migas asing seperti Chevron, Total E&P, ConocoPhillips, Exxon Mobil, Petro China, British Petroleum, Inpex Corp, Petronas, dan lain sebagainya, sejalan dengan diberlakukannya UU Migas No.22 tahun 2001.

Begitu diberlakukannya UU No.22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, “jantung” Pertamina EP mulai dag dig dug untuk bersaing dengan perusahaan migas manca negara di dalam negeri sendiri. Pasalnya, selain rivalnya memiliki segudang ilmu permigasan yang mutakhir, Pertamina sendiri hanya kebagian “kue basi” alias ladang-ladang migas tua (brown field) peninggalan WKP induk semangnya yang sudah dikuras habis-habisan oleh agresor Belanda (BPM/SHELL) dan Jepang. Pertamina EP kini dipaksakan atau terpaksa hanya mengais-gais di areal brown field di negeri sendiri. Ironis memang. Tetapi itulah konsekuensi dari lahirnya UU Migas No.22 Tahun 2001 yang dibuat oleh bangsa sendiri yang telah mengebiri Pertamina, entah atas penekanan siapa dan negara mana.

Dengan kondisi demikian, bagaimana Pertamina EP dapat menjadi produsen minyak terbesar di dalam negeri sendiri kalau BUMN itu hanya mengais-gais di ladang-ladang tua yang sudah tidak subur. Mau beroperasi di ladang baru, saingan cukup berat dari perusahaan migas manca negara yang diproteksi oleh negara adidaya. Lahan-lahan sumbur yang belum tersentuh oleh Belanda dan Jepang di masa lalu, kini sudah digarap oleh perusahaan asing.

Pertamina EP kini hanya mengintai, kapan ladang-ladang sumur migas yang dikelola perusahaan asing itu berakhir masa kontraknya. Kalau kontrak itu berakhir, Pertamina EP bermasud hendak mengais-gais ladang migas bekas perusahaan asing tersebut.

Mengingat bahwa sumber migas di dalam negeri sudah tidak dapat diharapkan lagi oleh Pertamina, maka perusahaan plat merah itu mulai melakukan ekspansi kegiatan hulu migas ke luar negeri seperti Australia, Malaysia, Vietnam, Irak, Sudan, Qatar dan Libya. Apa boleh buat ! Sebab Pertamina sejak awal dibentuk pada 10 Desember 1957 telah mengemban tugas mulia dari negara untuk memenuhi kebutuh energi fosil (BBM dan Gas) bagi rakyat dan bangsa Indonesia yang telah ditargetkan produksinya harus mencapai 1 juta boepd (barrel oil equivalent per day) pada tahun 2015. Apakah mungkin ? Itu terpulang kepada para tenaga ahli permigasan di Pertamina untuk membuktikan kepiawaiannya dalam hal mengangkat minyak dan gas dari kandungan perut bumi, baik di negara sendiri maupun di luar negeri.

Satu hal yang sangat disayangkan, ketika produksi migas Indonesia secara nasional mencapai puncak gemilangnya pada tahun 1977 dengan jumlah produksi sebesar 1,5 juta barel per hari, bangsa kita khususnya para orang minyak (Pertamina) terbuai dengan petro dollar yang mengalir deras dari “emas hitam” ke kocek negara. Mereka terkesan terlena dan tidak menggubriskan peringatan yang disampaikan oleh Profesor Johanes, bahwa minyak yang dikandung perut bumi Indonesia akan tekuras habis pada 50 tahun mendatang. Artinya, dia mengingatkan bahwa dalam kurun waktu itu Indonesia akan menjadi negara net oil importer, bukan lagi negara pengekspor minyak. Ungkap Profesor Johanes sekitar tahun 1980-an kini sudah terbukti. Indonesia akhirnya keluar dari OPEC !

Keputusan pemerintah Indonesia keluar dari OPEC seakan-akan sebuah penghematan luar biasa. Sebagaimana dikutip Antara (29/5’08), Meneg PPN/Kepala Bappenas, Paskah Suzeta menyatakan dengan keluarnya Indonesia dari OPEC maka negara dapat menghemat biaya sebesar US $2 juta. Bahkan katanya bayar iuran OPEC mahal.

Ungkapan tersebut terkesan mau mencari pembenaran tanpa mau mengakui bahwa Indonesia memang pantas keluar dari OPEC karena kini sudah tidak lagi menjadi negara pengekspor minyak, maka iuran OPEC dianggap mahal, dulu tidak mahal.
Terus terang, penulis merasa bangga terhadap Pertamina karena dari ladang-ladang tua yang tersebar di seluruh Indonesia, Pertamina EP pada tahun 2009 masih mampu menggumpulkan minyak bumi sebesar 38.296.582 barrel dan gas 316.655,19 MMSCF atau 867,54 MMSCFD, walaupun angka tersebut melorot bila dibandingkan angka tahun 2008 yang berjumlah 42.683.177 barrel untuk minyak, dan 366.880,67 (WP no.11/2010) atau 1.005 MMSCFD untuk gas. Namun pada semester pertama tahun 2010, angka produksi gasnya melejit menjadi 1.050 MMSCFD. Kini Pertamina EP menjadi produsen gas terbesar kedua di Indonesia (MP no.47/2010) termasuk produksi minyak mentah sebesar 131 ribu BOPD status per Agustus 2010 (MP no.45/2010).

Sekarang apa kabar dengan kinerja lifting minyak dan gas bumi yang terdapat di wilayah kerja PT Pertamina EP Pangkalan Susu ? Bila dilihat dari angka lifting gas dari tahun 2008 sampai tahun 2010 jelas tergambar grafik kemerosotan yang cukup memprihatin, demikian juga dengan angka lifting minyak mentah.

Sebagai contoh, pada tahun 2008 walaupun angka liftingnya terjadi fluktuatif, tapi angka akhirnya masih mengembirakan, yaitu sekitar 11.700 MMSCF. Beda dengan tahun 2009, angka liftingnya terus merosot dari bulan ke bulan. Mulai kepala angka 8 di Januari melorot menjadi angka 6 di akhir tahun bertotal sekitar 8.915 MMSCF, dan pada tahun 2010 angka liftingnya menjadi sekitar 5.500 MMSCF (status per November).

Bagaimana pula dengan angka lifting minyak mentah (crude oil) ? Setalen tiga uang dengan angka lifting gas, melorot terus dari sekitar 212.288 barel di tahun 2008 menjadi 119.249 barel (own production) di tahun 2009. Namun bila ditambahkan dengan produksi yang dihasilkan oleh TAC Pertamina-Eksindo Telaga Said Darat dan PT Maruta Bumi Prima, maka angkanya menjadi 286.786 barel di tahun 2008. Sedangkan angka 119.249 di tahun 2009 menjadi 194.617 barel bila digabung dengan angka perolehan dari mitra usaha Pertamina EP Pangkalan Susu.

Sementara sampai November 2010, angkanya mulai membaik, dan sudah mencatat angka 139.799 barel untuk own production yang bila ditambah dengan hasil dari mitra usaha jumlahnya menjadi 176.542 barel. Diharapkan tangan dingin Sigit yang baru beberapa bulan menjabat sebagai Field Manager PT Pertamina EP Pangkalan Susu angka lifting minyak menjadi 200 ribuan barel sampai akhir tahun 2010. Semoga harapan tersebut dapat terwujud jadi kenyataan.

Dirgahayu Pertamina. Bhakti sucimu akan dikenang oleh anak bangsa.

NB.: Sudah terbit di Mingguan PRESTASI Medan edisi minggu ke-III

Friday 17 December 2010

Dirut Pertamina, Karen Agustiawan : PERTAMINA POWERHOUSE NEGERI INI

Pangkalansusu – Telukharunews

Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, Pertamina masih dapat tegar berdiri menjadi salah satu powerhouse di negeri ini, meski kita memahami bahwa dalam kurun waktu satu tahun terakhir, banyak sekali masalah dan tantangan yang harus kita hadapi bersama. Namun masalah dan tantangan itu dapat kita lalui karena adanya rasa optimisme, keyakinan kuat, kerja keras serta doa dari seluruh pekerja Pertamina hingga Pertamina bisa mencapai usia 53 tahun. Ungkap Dirut Pertamina, Karen Agustiawan.

Dalam acara puncak peringatan Hari Jadi Pertamina ke 53 yang berlangsung secara serentak di seluruh jajaran Pertamina, Karen juga menyampaikan mengenai kinerja dan beberapa hal penting kepada seluruh pekerja Pertamina, yaitu mengenai kinerja Direktorat Hulu yang selama satu tahun terakhir telah berhasil mencatat angka produksi migas yang cukup baik. Contohnya, hingga Oktober 2010, produksi minya dari own operation sudah mencapai angka year-to-date 191 MBOPD dan gas 1.452 MMSCFD. Angka ini sudah melampaui pencapaian tahun 2009.

Sejalan dengan kebijakan energy-mix nasional, sampai Oktober 2010 produksi listrik dari panas bumi sudah mencapai angka 1.753 GWh, dan diharapkan pada 2011, bisnis geothermal akan mampu mencapai target sebesar 10.000 MW pada tahap ke-II yang diamanatkan oleh Pemerintah.

Selain itu Pertamina juga berkomitmen untuk mengembangkan potensi sumber daya coal-bed methane maupun energi alternatif terbarukan seperti biofuel secara agresif untuk meningkatkan kegiatan usaha gas dengan mengembangkan potensi gas strategis di bumi Indonesia.

Dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Field Manager PT Pertamina EP Pangkalan Susu, Sigit Gunanto di aula gedung Guest House, Bukit Khayangan Pangkalan Susu, Jum’at (10/12), Karen juga mengapresiasi kinerja Direktorat Pengolahan yang telah berhasil melakukan efisiensi biaya kilang. Di tengah kondisi infrastruktur kilang Pertamina saat ini, sulit bagi kilang-kilang Pertamina untuk mampu bersaing dengan kilang-kilang kelas dunia lainnya. Namun berkat inovasi, kreativitas, dan kerja keras, upaya peningkatan kapasitas kilang Pertamina tetap mampu kita lakukan. Selain itu kilang Plaju dan Cilacap juga telah memproduksi Minarex-I dan Petramax Racing.

“ Kita juga berharap, melalui berbagai proyek kilang seperti refurbishment Plaju, proyek Blue Sky kilang Cilacap, Bottom-upgrading kilang Balikpapan, revamping kilang Dumai, dan pembangunan kilang Balongan-II yang telah dan akan dilakukan, mampu memberikan dampak positif bagi peningkatan kapasitas kilang Pertamina di Indonesia.

Sementara kontribusi Direktorat Keuangan juga mendapat apresiasi dari Dirut Pertamina atas keberhasilannya melakukan penagihan subsidi BBM dan LPG PSO sebesar Rp 59,2 triliun dari total nilai subsidi yang telah disalurkan sebesar Rp 60,33 triliun.

Selain itu menurut Karen, Perkapalan Pertamina juga telah berhasil membangun pondasi sistem MM Hydro Movement dan Charge Back yang diharapkan akan memperkuat upayanya menjadi world class shipping. Di sisi lain, bisnis Aviasi Pertamina dan Pelumas Pertamina telah mampu membuktikan dan diakui bahwa kualitas avtur dan pelumas Pertamina sudah sejajar dengan produk kelas dunia lainnya.

Akhirnya Karen mengharapkan kepada seluruh pekerja Pertamina untuk tetap memberikan yang terbaik bagi perusahaan, dan jangan memaknai aktivitas kita di Pertamina hanya sekedar mencari nafkah atau bekerja secara rutin. Akan tetapi marilah kita perbarui semangat kita untuk dapat mengelola Pertamina menjadi lebih baik dan menjadi kebanggaan Bangsa Indonesia. (f01)

Monday 13 December 2010

KITA MEMANG LUAR BIASA

Oleh : Inge Suryani Purwita

Bahwa kita bukan hanya megucapkan perkataan ini di mulut saja, tapi yang penting kita harus mengalami terlebih dahulu dalam apa yang akan kita katakan. Sebagai contoh, hari ini kita belajar katakan “ Kita memang luar biasa.” Nah, kita terlebih dahulu harus mengalami sendiri bahwa kita memang luar biasa, ini sangat penting ! Apakah kita benar-benar sudah MENGENAL diri kita sendiri, siapa kita setelah dilahirkan kembali menjadi ciptaan yang baru di dalam Yesus ? Karena banyak orang Kriten tidak tahu dan tidak betul-betul mengerti tentang hal ini, maka tidak heran jika mereka tidak mengalami janji-janji Tuhan, dan akhirnya mereka kecewa, kesal, kepahitan, ngambek, dan sebagainya. Sehingga mereka tidak bedanya dengan orang-orang yang belum kenal Tuhan dengan benar (orang fasik).

Oleh sebab itu, kita harus benar-benar memahami tentang siapa sebenarnya diri kita setelah kita “lahir baru”. Kita sering mengatakan bahwa kita sebagai orang-orang yang percaya, luar biasa, lebih dari pemenang dan akan melakukan hal-hal yang besar ! Ini bukan hanya sekedar penghiburan atau nyanyian saja, tetapi ini benar-benar nyata dari sebuah kebenaran yang HARUS DIALAMI !

Pertanyaannya, kenapa kita jadi orang yang LUAR BIASA setelah “lahir baru” ? Karena di dalam diri kita ada Tuhan Allah pencipta langit dan bumi beserta segala isinya, dan di dalam diri kita ada Roh-Nya. Ini dahsyat ! Jadi inilah yang harus kita pahami, hal yang disebut ANUGRAH (Grace/Charis-Gerika) dan ini juga adalah KASIH KARUNIA ! Kita harus MENGALAMI HAL INI ! Baru kita saling menguatkan satu sama lainnya dengan mengatakan, ”Kamu memang luar biasa.” Sehingga apa yang kita ucapkan BUKAN hanya sekedar BASA-BASI ! Akan tetapi mengandung KUASA TUHAN ! “Tuhan menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.” Kalimat yang diucapkan pada Gideon, dan saat ini diucapkan kepada kita, orang-orang pilihanNya. Apakah anda juga orang pilihanNya ?

Biodata penulis :

Inge Suryani Purwita. Lahir di Jakarta, 1959. Lulusan sarjana Akuntansi dari Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti, dan memulai karirnya sebagai Akuntan di PT Warna Sari, tekstil dan perusahaan distribusi (1984-1988). Karir perbankan dimulai dari Bank International Indonesia (1988-1997) dengan berbagai posisi seperti sebagai Marketing Manager- Credit Card Center, Senior Manager-Traveler's Cheque Center, Deputi Branch Manager, dan posisi terakhir sebagai Assistant Vice President-Divisi Perbankan di Cabang Bursa Efek Jakarta. Dia bergabung dengan PT Bank Arta Pratama pada tahun 1998 sebagai Direktur Pemasaran dan Sumber Daya Manusia, dan setelah merger antara PT Bank Arta Pratama dan PT Bank Artha Graha pada tahun 1999 ia menjabat sebagai Direktur Perbankan Konsumer. Juni 2004, ia diangkat sebagai Komisaris PT Bank Artha Graha. Sekarang dia adalah Komisaris Independen PT Bank Artha Graha Internasional Tbk. Selain itu, kini dia juga mendalami ajaran agama Kristen yang dianutnya.

Saturday 11 December 2010

Dirut Pertamina, Karen Agustiawan : TIDAK ADA ISTILAH TRANSFORMASI ITU MATI ATAU BERHENTI

Pangkalansusu - Telukharunews

Dalam acara puncak peringatan Hari Jadi Pertamina ke 53 yang berlangsung secara serentak di seluruh jajaran Pertamina, Karen Agustiawan selaku Direktur Utama PT Pertamina (Persero) menyampaikan beberapa hal penting kepada seluruh pekerja Pertamina mulai dari Sabang hingga Merauke yang berkaitan dengan perjalanan transformasi Pertamina.

Menurut Karen, tidak ada istilah bahwa transformasi itu mati atau berhenti karena transformasi adalah sebuah never ending proses yang akan terus berlangsung selama Pertamina masih ada.

“ Tidak pernah ada kata mundur dalam sebuah proses perubahan, dan adalah tugas kita untuk senantiasa memastikan perubahan di tubuh Pertamina terus berjalan dan semakin cepat untuk menuju ke arah yang lebih baik dan lebih baik lagi, “ tandas perempuan pertama yang pernah duduk dalam jabatan tertinggi di perusahaan plat merah itu dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Field Manager PT Pertamina EP Pangkalan Susu, Sigit Gunanto di aula gedung Guest House, Bukit Khayangan Pangkalan Susu, Jum’at (10/12).

Pada kesempatan memperingati Hari Jadi Pertamina ke 53 (10 Desember 1957-2010), Karen juga mengingatkan agar para pekerja Pertamina untuk senantiasa menerapkan lima hal penting yang harus diterapkan, yaitu 1. Deliver your promise. 2. Jagalah etika 24x7, karena seluruh pekerja Pertamina adalah cerminan perusahaan di masyarakat. Perilaku kita, selama 24 jam x 7 hari terus-menerus akan dilihat sebagai perilaku “ Pertamina”. 3. Jadilah role model bagi siapun di lingkungan kerja. 4. Percaya diri dan kolaboratif. Yakinlah, bahwa sumber daya manusia Pertamina adalah sama hebatnya, bahkan bisa jadi lebih hebat dari sumber daya manusia di perusahaan lain. 5. Budaya HSE (Health, Safety and Enveronment) harus menjadi bagian dari perilaku kita setiap saat sehingga operational excellence dapat kita wujudkan di perusahaan ini.

Menyinggung tentang kinerja operasional yang telah diciptakan oleh para pekerja Pertamina cukup membanggakan. Direktorat Hulu, selama satu tahun terakhir sudah berhasil mencatat angka produksi migas yang cukup baik. Sampai Oktober 2010, produksi minyak dari own operation kita sudah mencapai angka year-to-date 191 MBOPD, dan produksi gas mencapai angka 1.452 MMSCFD. Kita patut mensyukurinya, karena angka ini berhasil melampaui capaian kita pada tahun 2009 lalu. Ungkap Karen
.
Akhirnya Karen mengharapkan kepada seluruh pekerja Pertamina untuk tetap memberikan yang terbaik bagi perusahaan, dan jangan memaknai aktivitas kita di Pertamina hanya sekedar mencari nafkah atau bekerja secara rutin. Akan tetapi marilah kita perbarui semangat kita untuk dapat mengelola Pertamina menjadi lebih baik dan menjadi kebanggaan Bangsa Indonesia. (f01)

Friday 10 December 2010

MITOS MEDAN BANTU ANAK PESANTREN AL ICHLAS PANGKALANSUSU

Pangkalansusu

Menyongsong Tahun Baru 1 Muharram 1432 Hijryiah, putra-putri etnis Tionghoa yang tergabung dalam kelompok sosial kemasyarakatan “ Mitos Medan “ yang digagas oleh Gunawan dan Jiman telah melaksanakan bhakti sosial ke Pesantren Yayasan Al Ichlas pimpinan H. Khalid Batubara di Kelurahan Bukit Jengkol, Kecamatan Pangkalansusu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Menurut kepala rombongan “Mitos Medan”, Rudolf Alfonso, putra kelahiran Pangkalansusu, dalam kegiatan bhakti sosial pihaknya memberi bantuan 60 paket sembako, roti basah dan kering, pakaian bekas yang layak pakai, alat tulis-menulis, barang-barang keperluan sehari-hari seperti shampoo, sikat gigi, odol, sabun mandi, dan sabun colek, obat nyamuk, ember, sikat ijuk, sandal jepit serta kain pel.
Lebih lanjut Rudolf menyebutkan, terwujudnya kegiatan bhakti sosial lintas agama yang dilaksanakan pada hari ini adalah berkat dukungan Vihara Cetya Sakyamuni Pangkalansusu bersama para donator yang peduli terhadap sesama umat manusia.

Sementara untuk menyemarakkan kegiatan tersebut, anak-anak pesantren Al Ikhlas juga diajak membaur dalam berbagai permainan, diantaranya, lompat karung, guli sendok, makan kerupuk gantung, olahswara dll. Sehingga suasana di Pesantren Al Ikhlas dipenuhi gelaktawa dan wajah-wajah ceria anak-anak pesantren dan guru pembimbing.

Mitos yang merupakan akronim “ Minat Terhadap Sosial” yang juga dapat diartikan sebagai Memiliki Inisiatif Terhadap Sosial, sudah melakukan bhakti sosial di beberapa daerah di Sumatera Utara, diantaranya memberi bantuan dana pengobatan untuk keluarga tidak mampu, memberi bantuan kepada korban Gunung Sinabung dsbnya.
“ Ke depan kami akan menggalang dana sebagai Pecinta Alam. Misalnya melakukan penghijauan terhadap lahan-lahan kritis untuk meminimalis pemanasan global yang sudah merambah di manca negara,” ujar Rudolf.

Atas kehadiran Mitos Medan untuk meringankan beban Pesantren Al Ichlas, H. Asraruddin, BA mewakili Ketua Yayasan menyampaikan ucapan terima kasih kepada para adik-adik dari Mitos Medan yang diantara anggotanya adalah putra-putri asal Pangkalansusu. “ Semoga amal baik adik-adik akan diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa,” ucap Asraruddin. (s17)

Monday 15 November 2010

Pidato Presiden Amerika Serikat, Barak Obama di Universitas Indonesia, Jakarta

Pengantar :

Untuk lebih memahami isi kandungan dari pidato Presiden Amerika Serikat, Barak Obama di Universitas Indonesia Jakarta pada 11 November 2010 yang disampaikan sekitar satu jam, maka blog ini berupaya untuk lebih menyebarluaskan lagi isi pidato tersebut dalam bahasa Indonesia agar makna yang tersirat dari ungkapan isi hati Barak Obama terhadap Indonesia, khususnya tentang Islam selengkapnya sebagai berikut :

Terima kasih, terima kasih, terima kasih banyak, terima kasih untuk anda semua. Selamat Pagi. Sungguh menggembirakan berada disini, di Universitas Indonesia. Kepada para dosen, staf dan mahasiswa, dan kepada Dr. Gumilar Rusliwa Sumantri, terima kasih banyak atas keramahtamahan anda. (tepuk tangan)

Assalamualaikum dan salam sejahtera. Terima kasih untuk sambutan luar biasa ini. Terima kasih kepada rakyat Jakarta dan terima kasih kepada rakyat Indonesia.

Pulang kampung nih. (tepuk tangan). Saya sangat gembira kembali berada di Indonesia dan bahwa Michelle sempat menemani saya. Kami menghadapi beberapa pembatalan tahun ini, tetapi saya bertekad untuk mengunjungi negara yang punya arti sedemikian besarnya untuk saya. Sayangnya, ini merupakan kunjungan yang relatif singkat, tetapi saya berharap bisa datang kembali setahun dari sekarang, saat Indonesia menjadi tuan rumah KTT Asia Timur. (tepuk tangan)

Sebelum saya lanjutkan, saya ingin menyampaikan bahwa pikiran dan doa kami bersama warga Indonesia yang terserang tsunami dan letusan gunung berapi baru-baru ini – khususnya mereka yang kehilangan sanak saudara yang mereka cintai dan mereka yang kehilangan tempat tinggal. Dan saya ingin anda semua mengetahui, seperti biasanya, Amerika Serikat mendampingi Indonesia dalam menanggapi bencana alam ini dan kami gembira bisa membantu sesuai kebutuhan. Ketika tetangga membantu tetangga lainnya dan keluarga menampung mereka yang kehilangan tempat tinggal, saya tahu bahwa kekuatan dan keuletan rakyat Indonesia akan membuat anda mampu mengatasinya sekali lagi.

Baiklah saya mulai dengan sebuah pernyataan sederhana: Indonesia bagian dari diri saya. (tepuk tangan). Saya pertama kali datang ke negara ini ketika ibu saya menikah dengan seorang Indonesia bernama Lolo Soetoro. Dan sebagai anak muda, saya -- sebagai anak muda saya datang ke dunia yang berbeda. Tetapi rakyat Indonesia secara cepat membuat saya merasa seperti di rumah sendiri.

Jakarta – kini, Jakarta sangat berbeda waktu itu. Kota ini memiliki bangunan-bangunan yang tingginya hanya beberapa tingkat. Ini tahun 1967, ’68 – kebanyakan dari anda belum lahir waktu itu (tawa). Hotel Indonesia merupakan salah satu dari sedikit gedung tinggi, dan hanya ada satu pusat belanja yang baru dan dinamakan Sarinah. Cuman itu. (tepuk tangan). Becak dan bemo, itulah kendaraan untuk bepergian. Kendaraan ini lebih banyak dari mobil waktu itu. Dan tak ada jalan raya lebar seperti sekarang. Kebanyakan berlanjut dengan jalan yang tidak diaspal dan kampung.

Lalu kami pindah ke Menteng Dalam, dimana – (tepuk tangan) -- hai, apakah ada yang dari Menteng Dalam disini. (tepuk tangan). Dan kami tinggal di sebuah rumah kecil. Kami punya pohon mangga di depannya. Dan saya jatuh cinta kepada Indonesia ketika bermain layang-layang, berlari di sepanjang sawah, menangkap capung dan membeli sate dan bakso dari penjaja di jalan. Sate! (tawa). Saya ingat itu. Bakso! (tawa). Tetapi yang paling saya ingat adalah orang-orangnya –- laki-laki dan perempuan tua yang menyambut kami dengan senyuman; anak-anak membuat seorang asing merasa bagai seorang tetangga; dan para sahabat dan guru yang membantu saya belajar mengenal negara ini.

Karena Indonesia terdiri dari ribuan pulau, ratusan bahasa dan rakyat yang berasal dari banyak wilayah dan kelompok etnis, waktu yang saya lewatkan disini membantu saya menghargai kemanusiaan bersama dari semua rakyat. Dan meskipun ayah tiri saya, sebagaimana kebanyakan orang Indonesia, dibesarkan sebagai Muslim, ia secara kuat berpendapat bahwa semua agama haruslah dihormati. Dan lewat cara ini -- (tepuk tangan) -- lewat cara ini, ia mencerminkan semangat toleransi keagamaan yang juga terbetik dalam UUD Indonesia, dan hal itu tetap merupakan ciri-ciri menentukan dan mengilhami dari negara ini. (tepuk tangan).

Saya tinggal disini selama empat tahun –- suatu masa yang membantu membentuk masa kanak-kanak saya; suatu masa yang menyaksikan kelahiran adik perempuan saya yang cantik, Maya; dan suatu masa yang meninggalkan kesan sedemikian mendalamnya pada diri ibu saya sehingga ia selalu kembali ke Indonesia selama dua puluh tahun untuk tinggal, bekerja dan melakukan perjalanan –- memperjuangkan cita-citanya untuk menciptakan peluang di desa-desa Indonesia, khususnya untuk para perempuan dan gadis. Dan saya merasa begitu dihormati – (tepuk tangan) – Saya merasa begitu dihormati ketika tadi malam Presiden Yudhoyono pada acara makan malam memberi sebuah hadiah penghormatan atas nama ibu saya, memberi pengakuan atas karyanya. Dan ia pasti akan sangat bangga, karena ibu saya merasakan kedekatan dengan Indonesia dan rakyatnya sepanjang hidupnya. – (tepuk tangan).

Begitu banyak yang telah berubah dalam empat dekade sejak saya naik pesawat untuk kembali ke Hawaii. Kalau anda tanya saya – atau teman sekelas yang kenal dengan saya waktu itu – saya rasa tak seorang pun dari kami bisa mengantisipasi bahwa suatu hari saya kembali ke Jakarta sebagai Presiden Amerika Serikat. (tepuk tangan). Dan hanya sedikit yang bisa mengantisipasi kisah Indonesia yang luar biasa dalam empat dekade terakhir ini.

Jakarta yang saya pernah kenal kini tumbuh menjadi sebuah kota padat dengan penduduk hampir sepuluh juta, dengan pencakar langit yang membuat Hotel Indonesia tampak kecil, serta pusat-pusat budaya dan perdagangan yang hidup. Sementara teman-teman Indonesia saya dan saya dulu berlari-lari di sawah ditemani kerbau dan kambing – (tertawa) -, sebuah generasi Indonesia yang baru kini terhubung dengan dunia - lewat telepon genggam dan jaringan sosial. Dan sementara Indonesia sebagai sebuah negara muda memusatkan perhatian ke dalam, Indonesia yang kini tumbuh memainkan peranan kunci di Asia Pasifik dan ekonomi global. – (tepuk tangan).

Perubahan ini juga meliputi politik. Ketika ayah tiri saya masih anak-anak, ia menyaksikan ayah dan abangnya harus meninggalkan rumah mereka untuk berjuang dan gugur demi kemerdekaan Indonesia. Saya gembira berada di sini pada Hari Pahlawan guna menghormati begitu banyak orang Indonesia yang mengorbankan nyawa mereka untuk negara besar ini. (tepuk tangan).

Ketika saya pindah ke Jakarta, waktu itu 1967, suatu masa yang menyusul penderitaan dan konflik besar di bagian-bagian tertentu dari negara ini. Meskipun ayah tiri saya berdinas di Militer, kekerasan dan pembunuhan selama masa pergolakan politik itu tidak saya ketahui karena hal itu tidak dibicarakan oleh keluarga dan teman-teman Indonesia saya. Dalam rumah saya, sebagaimana di banyak rumah lainnya di seluruh Indonesia, hal ini merupakan kehadiran yang tidak terlihat. Indonesia memiliki kemerdekaan, tetapi acapkali mereka takut untuk membicarakan isu-isunya.

Dalam tahun-tahun sesudah itu, Indonesia telah meniti jalannya sendiri lewat transformasi demokratis yang luar biasa –- dari pemerintahan tangan besi ke pemerintahan dari rakyat. Dalam tahun-tahun terakhir, dunia menyaksikan dengan harapan dan ketakjuban, ketika rakyat Indonesia merangkul peralihan kekuasaan secara damai dan memilih langsung para pemimpin mereka. Dan sebagaimana demokrasi anda dilambangkan oleh Presiden dan parlemen anda yang terpilih, demokrasi anda berkesinambungan dan diperkuat lewat pengecekan dan keseimbangan dari sistem demokrasi itu: sebuah masyarakat madani yang dinamis; partai-partai politik dan serikat-serikat; sebuah media yang hidup dan warganegara yang terlibat serta memastikan bahwa - di Indonesia – tidak mungkin akan kembali ke masa lalu.

Namun sementara tempat tinggal masa muda saya ini telah mengalami begitu banyak perubahan, hal-hal yang membuat saya mencintai Indonesia -- semangat toleransi yang tertulis dalam UUD anda; dan dilambangkan dengan mesjid-mesjid, gereja-gereja dan kuil-kuil anda, yang berdiri berdampingan satu sama lainnya; semangat yang tercermin dalam diri rakyat anda - masih terus hidup. Bhineka Tunggal Ika - persatuan dalam keragaman. Ini merupakan dasar dari contoh Indonesia kepada dunia dan inilah mengapa Indonesia akan memainkan peranan sedemikian pentingnya dalam abad ke 21.

Jadi hari ini, saya kembali ke Indonesia sebagai sahabat, juga sebagai Presiden yang mengusahakan sebuah kemitraan yang dalam dan langgeng di antara kedua negara kita. Karena sebagai negara yang besar dan beragam; sebagai tetangga pada kedua tepian Pasifik dan terutama sebagai demokrasi -- Amerika Serikat dan Indonesia sama-sama terikat oleh kepentingan dan nilai-nilai bersama.

Kemarin, Presiden Yudhoyono dan saya mengumumkan sebuah Kemitraan Komprehensif yang baru antara Amerika Serikat dan Indonesia. Kami meningkatkan hubungan antara kedua pemerintahan di berbagai bidang, dan - juga sama pentingnya - kami meningkatkan hubungan di kalangan rakyat kita. Ini merupakan kemitraan yang setara, berakar pada kepentingan bersama dan saling menghormati.

Dengan sisa waktu hari ini, saya ingin membahas mengapa kisah yang saya baru ceritakan - kisah Indonesia sejak masa-masa saya tinggal di sini - sedemikian pentingnya untuk Amerika Serikat dan dunia. Saya fokuskan pada tiga bidang yang saling terkait dan mendasar bagi kemajuan manusia - pembangunan, demokrasi dan agama.

Pertama, persahabatan antara Amerika Serikat dan Indonesia bisa memajukan kepentingan bersama kita dalam pembangunan.

Ketika saya pindah ke Indonesia, sulit untuk membayangkan sebuah masa depan di mana kemakmuran keluarga di Chicago dan Jakarta akan terkait. Tetapi ekonomi kita sekarang global, dan penduduk Indonesia telah mengalami baik potensi maupun ancaman dari globalisasi: dari goncangan akibat krisis financial Asia pada tahun 90an sampai ke jutaan penduduk yang berhasil keluar dari kemiskinan. Itu berarti - dan kita belajar dari krisis ekonomi baru-baru ini - kita punya taruhan dalam kesuksesan masing-masing.

Amerika punya taruhan dalam Indonesia yang tumbuh, dengan kemakmuran yang terbagi secara luas di kalangan rakyat Indonesia - karena masyarakat kelas menengah telah meningkat, ini berarti pasar baru bagi barang-barang kami, sebagaimana Amerika menjadi pasar untuk barang-barang anda. Jadi kami melakukan lebih banyak investasi di Indonesia, ekspor kami tumbuh hampir 50 persen dan kami membuka pintu untuk orang Amerika dan Indonesia guna berbisnis satu sama lainnya.

Amerika punya taruhan dalam sebuah Indonesia yang memainkan perannya yang tepat dalam membentuk ekonomi global. Lewat sudah masa-masa di mana tujuh atau delapan negara secara bersama-sama menentukan arah dari pasar global. Itulah sebabnya G-20 kini menjadi pusat kerjasama ekonomi internasional, sehingga ekonomi yang baru muncul seperti Indonesia punya suara yang lebih besar dan menanggung tanggung jawab lebih besar. Dan lewat kepemimpinannya dalam kelompok anti-korupsi G-20, Indonesia harus memimpin di panggung dunia serta menjadi panutan dalam merangkul transparansi dan akuntabilitas.

Amerika memiliki taruhan dalam sebuah Indonesia yang memperjuangkan pembangunan berkesinambungan, karena cara kita tumbuh akan menentukan kualitas kehidupan kita dan kesehatan planet kita. Itulah sebabnya kami mengembangkan teknologi energi bersih yang bisa menggerakkan industri dan melestarikan sumber daya alam Indonesia yang berharga - dan Amerika menyambut gembira kepemimpinan negara anda dalam usaha global untuk memerangi perubahan iklim.

Di atas segala-galanya, Amerika punya taruhan dalam sukses rakyat Indonesia. Di bawah kepala-kepala berita harian, kita harus membangun jembatan antara rakyat kita karena kita memiliki keamanan dan kemakmuran masa depan secara bersama. Itulah sebenarnya yang sedang kita lakukan - lewat peningkatan kerjasama diantara ilmuwan dan peneliti kita dan dengan bekerja bersama-sama untuk memupuk kewirausahaan. Dan saya khususnya gembira bahwa kita berkomitmen untuk melipatgandakan jumlah pertukaran mahasiswa Amerika dan Indonesia yang akan belajar di negara kita masing-masing - . Kami ingin lebih banyak mahasiswa Indonesia di sekolah-sekolah kami, dan lebih banyak mahasiswa Amerika datang belajar di negara ini. Kami ingin memupuk hubungan baru dan saling pengertian yang lebih mendalam diantara warga muda dalam abad yang masih muda ini.

Ini semuanya merupakan isu-isu yang benar-benar bermakna dalam kehidupan sehari-hari kita. Pembangunan, pada akhirnya, tidak sekadar berkaitan dengan tingkat pertumbuhan serta angka-angka dalam sebuah neraca. Pembangunan berkenaan dengan seorang anak yang bisa belajar ketrampilan yang dibutuhkannya dalam dunia yang sedang berubah. Pembangunan berkenaan dengan sebuah ide bagus yang diberi peluang untuk tumbuh menjadi sebuah bisnis dan tidak dicekik oleh korupsi. Pembangunan berkenaan dengan kekuatan-kekuatan yang telah berhasil mentransformasi Jakarta yang pernah saya kenal - teknologi, perdagangan, aliran manusia dan barang - yang diterjemahkan kedalam sebuah kehidupan yang lebih baik untuk semua warga Indonesia, untuk semua manusia, sebuah kehidupan yang ditandai oleh harga diri dan kesempatan. Pembangunan seperti ini tidak bisa dipisahkan dari peran demokrasi.

Saat ini kita kadang kala mendengar bahwa demokrasi menghalangi kemajuan ekonomi. Ini bukan argumen baru. Khususnya di saat perubahan dan ketidakpastian ekonomi, sebagian pihak akan mengatakan bahwa lebih mudah untuk mengambil jalan pintas menuju pembangunan dengan menukar hak azasi manusia dengan kekuasaan negara. Tetapi itu bukan yang saya lihat dari kunjungan saya ke India, dan itu bukan pula yang saya lihat di sini di Indonesia. Pencapaian-pencapaian anda menunjukkan bahwa demokrasi dan pembangunan saling memperkuat satu sama lain.

Seperti demokrasi mana pun, anda pernah mengalami langkah mundur dalam perjalanan anda. Amerika juga tidak berbeda. Konstitusi kami sendiri menyebutkan upaya untuk membentuk “sebuah persatuan yang lebih sempurna”, dan itu adalah perjalanan yang telah kami tempuh sejak itu. Kami mengalami Perang Saudara dan kami berjuang untuk memperluas hak-hak bagi semua warga negara kami. Tapi upaya ini pula yang telah membuat kami lebih kuat dan lebih makmur, selagi juga menjadi masyarakat yang lebih adil dan bebas.

Seperti negara-negara lain yang pernah dijajah pemerintah kolonial di abad lalu, Indonesia telah berjuang dan berkorban demi hak untuk menentukan nasib sendiri. Inilah makna Hari Pahlawan - sebuah Indonesia yang merupakan milik warga Indonesia. Tapi anda juga pada akhirnya memutuskan bahwa kebebasan tidak berarti menggantikan tangan besi pemerintah kolonial dengan tangan besi sendiri.

Tentu saja demokrasi itu tidaklah rapi. Tidak semua orang menyukai hasil setiap pemilihan. Anda mengalami kemajuan dan kemunduran. Tetapi perjalanan yang anda tempuh ini tetap layak, dan lebih dari sekadar mengisi kotak suara dalam pemilihan. Perlu ada lembaga kuat untuk mengawasi kekuasaan - konsentrasi kekuasaan. Perlu ada pasar-pasar terbuka guna memungkinkan individu-individu untuk maju. Perlu ada pers bebas dan sistem keadilan yang independen untuk menghapus penyalahgunaan dan ekses, serta untuk menagih akuntabilitas. Perlu ada masyarakat yang terbuka dan warga negara yang aktif untuk menolak ketimpangan dan ketidakadilan.

Ini adalah kekuatan-kekuatan yang akan memajukan Indonesia. Dan akan harus ada penolakan terhadap toleransi pada korupsi yang menghalangi kesempatan; juga komitmen terhadap transparansi yang memberi setiap warga Indonesia kepentingan dalam pemerintahan; dan keyakinan bahwa kebebasan rakyat Indonesia - yang telah diperjuangkan rakyat Indonesia adalah hal yang mempersatukan negara besar ini.

Itulah pesan dari rakyat Indonesia yang telah memajukan kisah demokratis ini - mulai dari mereka yang bertarung dalam Perang Surabaya tepat 55 tahun lalu hari ini hingga para mahasiswa yang berdemo secara damai untuk demokrasi di tahun 1990-an; juga para pemimpin yang telah merangkul transisi kekuasaan secara damai di abad yang masih muda ini. Karena pada akhirnya, hak warga negaralah yang akan menyatukan Nusantara yang luar biasa dan menjangkau dari Sabang hingga Merauke ini – sebuah ketetapan hati - sebuah ketetapan hati agar setiap anak yang lahir di negara ini akan diperlakukan sama, terlepas dari asal-usulnya apakah dari Jawa atau Aceh; dari Bali atau Papua. Bahwa semua orang Indonesia memiliki hak yang sama.

Upaya tersebut terlihat pula dari contoh yang kini ditunjukkan Indonesia di luar negeri. Indonesia mengambil inisiatif untuk mendirikan Forum Demokrasi Bali, sebuah forum terbuka bagi negara-negara untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik untuk memupuk demokrasi. Indonesia juga telah berada di garda depan dalam upaya menuntut perhatian lebih banyak terhadap HAM di ASEAN. Negara-negara di Asia Tenggara harus memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri, dan Amerika Serikat sangat mendukung hak tersebut. Tetapi rakyat Asia Tenggara juga harus memiliki hak untuk menentukan nasib mereka sendiri. Dan itu sebabnya kami mengutuk pemilihan di Burma baru-baru ini yang tidak bebas dan adil. Itu sebabnya kami mendukung masyarakat madani anda yang kuat untuk bekerja sama dengan rekan setara anda di seluruh kawasan ini. Karena tidak ada alasan mengapa rasa hormat terhadap HAM harus berhenti di perbatasan sebuah negara.

Bergandengan tangan, inilah makna pembangunan dan demokrasi, bahwa nilai-nilai tertentu bersifat universal. Kemakmuran tanpa kebebasan adalah bentuk lain kemiskinan. Karena ada aspirasi yang dirasakan umat manusia –- kebebasan untuk mengetahui bahwa pemimpin anda bertanggung jawab kepada anda, dan bahwa anda tidak akan dipenjara karena ketidaksepakatan dengan mereka; kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan untuk dapat bekerja dengan martabat; kebebasan untuk beribadah tanpa rasa takut atau pembatasan.

Itu adalah nilai-nilai universal yang harus dipraktikkan di mana pun. Sekarang, agama adalah topik terakhir yang ingin saya bicarakan hari ini, dan –- seperti demokrasi dan pembangunan – agama adalah unsur fundamental dalam kisah Indonesia.

Seperti negara-negara Asia lain yang saya kunjungi dalam perjalanan ini, Indonesia sangat spiritual -– tempat di mana orang menyanjung Tuhan dengan banyak cara berbeda. Bersamaan dengan keragaman yang kaya raya ini, Indonesia juga memiliki populasi Muslim terbesar –- sebuah fakta yang saya temui sebagai anak kecil ketika saya mendengar panggilan untuk shalat di seluruh Jakarta.

Seperti halnya individu tidak hanya didefinisikan oleh kepercayaannya, Indonesia juga tidak hanya didefinisikan oleh populasi Muslimnya. Tapi kita juga tahu bahwa hubungan antara Amerika Serikat dan masyarakat Muslim telah tercerai berai selama bertahun-tahun. Sebagai Presiden, saya menjadikan upaya memperbaiki hubungan ini sebagai prioritas. Sebagai bagian upaya tersebut, saya pergi ke Kairo bulan Juni lalu dan saya menyerukan sebuah awal baru antara Amerika Serikat dan Muslim di seluruh dunia -– yaitu awal yang membentuk jalan bagi kita untuk mengatasi perbedaan antara kita.

Waktu itu saya mengatakan, dan saya mengulanginya sekarang, bahwa tidak ada satu pidato tunggal yang dapat menghilangkan rasa tidak percaya yang terpupuk selama bertahun-tahun. Tapi saya yakin waktu itu, dan saya juga yakin hari ini, bahwa kita punya pilihan. Kita dapat memilih untuk dicirikan oleh perbedaan-perbedaan kita, lalu menyerah kepada semua masa depan penuh kecurigaan dan rasa tidak percaya. Atau kita dapat memilih untuk bekerja keras mencari persamaan, dan membuat komitmen untuk terus mengejar kemajuan. Dan saya dapat menjanjikan kepada anda – bahwa kemunduran apapun yang timbul, Amerika Serikat berkomitmen terhadap kemajuan manusia. Itu adalah kami. Itu yang sudah kami lakukan. Dan itu yang akan kami kerjakan.

Sekarang, kami tahu betul isu-isu yang telah menimbulkan ketegangan selama bertahun-tahun – dan ini adalah isu-isu yang telah saya ungkapkan di Kairo. Selama 17 bulan terakhir setelah penyampaian pidato tersebut, kita telah mencapai kemajuan, tapi kita masih punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Warga negara sipil di Amerika, Indonesia, dan di seluruh dunia masih menjadi target ekstremisme keras. Saya telah perjelas bahwa Amerika bukan, dan tidak akan pernah, berperang dengan Islam. Tetapi kita semua harus bekerja sama untuk mengalahkan al Qaida dan sekutu-sekutunya, yang tidak berhak mengaku sebagai pemimpin agama mana pun – dan sudah pasti bukan pemimpin agama dunia yang besar seperti Islam. Tapi mereka yang ingin membangun tidak boleh mengalah kepada teroris yang ingin merusak. Dan ini bukan tugas Amerika semata. Di sini di Indonesia, anda bahkan telah mencapai kemajuan dengan menangkapi ekstremis dan memerangi kekerasan.

Di Afghanistan, kami terus bekerja sama dengan sebuah koalisi negara-negara untuk membangun kapasitas pemerintah Afghanistan guna mengamankan masa depan mereka. Kepentingan bersama kami adalah membangun perdamaian di sebuah daerah yang hancur akibat perang -– perdamaian yang tidak memberikan tempat berlindung bagi kaum ekstremis keras, dan yang memberi harapan bagi rakyat Afghanistan.

Sementara itu, kami juga telah mencapai kemajuan dalam salah satu komitmen utama kami – yaitu upaya untuk mengakhiri perang di Irak. Hampir seratus ribu tentara Amerika kini telah meninggalkan Irak, di masa kepresidenan saya. Rakyat Irak mengemban tanggung jawab penuh atas keamanan mereka sendiri. Dan kami akan terus mendukung Irak dalam upaya mereka membentuk pemerintah yang inklusif, dan kami akan memulangkan semua tentara kami.

Di Timur Tengah, kami telah menghadapi awal buruk dan kemunduran, tapi kami tidak menyerah dalam memperjuangkan perdamaian. Rakyat Israel dan Palestina telah memulai kembali pembicaraan langsung antar mereka, tapi hambatan-hambatan besar masih ada. Jangan ada ilusi bahwa perdamaian dan keamanan akan datang dengan mudah. Tapi jangan ada keraguan: Amerika akan berupaya penuh untuk mencapai hasil yang adil, dan ini adalah kepentingan semua pihak yang terlibat -- dua negara, Israel dan Palestina, hidup berdampingan dalam damai dan keamanan. Itu adalah tujuan kami.

Taruhannya tinggi dalam memecahkan semua isu ini. Karena dunia kita semakin kecil dan sementara kekuatan-kekuatan yang menghubungkan kita juga menciptakan peluang dan kekayaan yang besar, kekuatan-kekuatan tersebut juga memberdayakan mereka yang berniat menghambat kemajuan. Satu bom di sebuah pasar dapat menghancurkan maraknya perdagangan harian. Satu kabar angin yang dibisikkan dapat menutupi kebenaran, dan memicu kekerasan antar masyarakat yang sebelumnya hidup bersama dalam damai. Di masa perubahan cepat dan perbenturan budaya ini, apa yang kita miliki bersama sebagai umat manusia terkadang bisa hilang.

Tapi saya percaya bahwa sejarah Amerika dan Indonesia bisa memberi kita harapan. Ini adalah kisah yang tertulis dalam moto nasional kita. Di Amerika, moto kami adalah E pluribus unum – dari banyak, muncul satu. Bhinneka Tunggal Ika – persatuan dalam keragaman. Kita adalah dua negara yang telah menempuh jalur berbeda. Tetapi kedua negara kita menunjukkan bahwa ratusan juta yang memiliki keyakinan berbeda dapat dipersatukan dalam kebebasan di bawah satu bendera. Dan kita kini sedang membangun berdasarkan kemanusiaan bersama ini –- melalui orang-orang muda yang akan belajar di sekolah-sekolah di kedua negara kita; melalui para wirausahawan yang memperkuat ikatan yang dapat membawa kemakmuran yang lebih besar; dan melalui penerimaan kita atas nilai-nilai demokrasi yang mendasar dan aspirasi umat manusia.

Sebelum saya datang kesini, saya mengunjungi masjid Istiqlal -– sebuah tempat ibadah yang dulu masih dibangun ketika saya tinggal di Jakarta. Saya mengagumi menaranya yang tinggi, kubahnya yang besar, dan ruang dalamnya yang menyambut pengunjung. Tapi nama dan sejarahnya juga mewakili apa yang menjadikan Indonesia besar. Istiqlal berarti kemerdekaan, dan konstruksinya sebagian adalah kesaksian dari perjuangan negara ini untuk mendapat kebebasan. Selain itu, rumah ibadah bagi ribuan umat Muslim dirancang oleh seorang arsitek Kristen.

Itulah jiwa Indonesia. Itulah pesan dari falsafah inklusif Indonesia, Pancasila. Di seluruh nusantara yang menyimpan sejumlah ciptaan Tuhan yang paling indah, muncul pulau-pulau di atas samudera yang dinamai untuk kebebasan, dan rakyat yang memilih cara beribadah kepada Tuhan sesuai keinginan mereka. Islam berkembang, demikian pula agama-agama lain. Pembangunan diperkuat oleh kemunculan demokrasi. Tradisi lama bertahan, meski negara bergerak maju sebagai kekuatan yang menanjak.

Itu bukan berarti Indonesia tidak memiliki cacat. Tidak ada satupun negara yang sempurna. Tapi di sini kita dapat menemukan kemampuan untuk menjembatani perbedaan ras dan kawasan dan agama –- melalui kemampuan untuk melihat diri anda sendiri dalam semua individu. Sebagai seorang anak berketurunan banyak ras dan datang kemari dari negeri jauh, saya menemukan semangat ini dalam sambutan yang saya terima ketika pindah kesini: Selamat Datang. Sebagai seorang Kristen yang mengunjungi masjid dalam lawatan ini, saya menemukannya dalam kata-kata seorang pemimpin yang ditanyai mengenai kunjungan saya ini dan ia mengatakan “Muslim juga diizinkan mengunjungi gereja. Kita semua adalah umat Tuhan.”

Percikan kebijakan itu hidup dalam diri kita semua. Kita tidak dapat mengalah pada keraguan atau sikap sinis atau keputusasaan. Kisah Indonesia dan Amerika harus membuat kita optimis, karena menunjukkan kepada kita bahwa sejarah berada di sisi kemajuan manusia; bahwa persatuan lebih kuat daripada perpecahan; dan bahwa rakyat dunia ini dapat hidup bersama dalam damai. Semoga kedua negara kita dengan bekerja bersama, dengan keyakinan dan ketetapan hati, berbagi kebenaran ini dengan semua umat manusia.

Sebagai penutup, saya mengucapkan kepada seluruh rakyat Indonesia: terima kasih atas. Terima kasih. Assalamu’alaikum. Thank you.

Sumber : Kedutaan Besar Amerika Serikat (Embassy of the United States), Jakarta, Indonesia

TUHAN JANGANLAH MEMBUAT AKU MENANGIS

Oleh : Inge S. Purwita

Pada suatu hari ada seorang anal laki-laki sedang mengikuti perlombaan mobil balap mainan. Hari itu suasananya sangat meriah karena telah memasuki babak final, dan yang tersisa hanya tinggal 5 orang lagi, termasuk Kevin, demikian nama anak itu.

Sebelum pertandingan dimulai, Kevin menundukkan kepala, melipat tangan sambil mulutnya berkomat-kamit memanjatkan doa.

Tidak lama berselang, pertandinganpun dimulai, ternyata mobil balap Kevin berhasil mengalahkan 4 orang rivalnya di garis finis. Hal ini membuat Kevin sangat gembira ketika menerima piala juara pertama.

Usai pembagian hadiah, ketua panitia pelaksana bertanya kepada Kevin, “ Hai Jagoan, tadi kamu pasti berdoa kepada Tuhan agar kamu menangkan ?” Kevin menjawab, “ Bukan pak, rasanya tidak adil minta kepada Tuhan untuk menolong mengalahkan orang lain. Aku hanya minta kepada Tuhan, supaya aku tidak menangis kalau aku kalah.” Semua hadirin terdiam ketika mendengar jawaban Kevin.

Keheningan tidak berlangsung lama karena tiba-tiba terdengar gemuruh tepukan tangan para penonton. Mereka menilai permohonan Kevin merupakan doa yang luar biasa, karena dia tidak meminta kepada Tuhan untuk mengabulkan semua permintaannya, tetapi dia berdoa agar diberikan kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi dengan hati yang kuat dan teguh.

Seringkali kita berdoa supaya Tuhan menggabulkan setiap permintaan kita. Kita ingin Tuhan menjadikan kita yang terbaik dalam setiap kesempatan. Kita minta agar Tuhan menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Hal itu memang tidak salah, tetapi bukankah semestinya yang kita butuhkan adalah bimbingan-Nya dan rencana-Nya yang paling sempurna dalam hidup kita ?

Seharusnya kita berdoa minta kekuatan untuk bisa menerima kehendak Tuhan sebagai yang terbaik dalam hidup dan kehidupan kita.

Kita adalah sahabat Allah

Memahami bahwa kita adalah sahabat Allah Yakobus 2:23 “ Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan ; Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran,” Karena itu Abraham disebut : Sahabat Allah,” (Amsal 17:17)

“ Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran,” Ketika benih iman itu kita terima dari Allah (inilah Anugrah Allah kepada kita), sesungguhnya kita telah disebut sebagai keturunan Abraham, bapa orang percaya itu. Selain Abraham disebut bapa orang percaya, ia juga disebut sebagai sahabat Allah juga menjadi sahabat Allah karena kita telah menerima benih iman dari Allah. Namun banyak orang tidak menyadari bahwa diri mereka sudah sahabat Allah. Mereka tidak menyadari jika selama ini Roh Kudus, Roh Penolong dan Penghibur yang telah berada di dalam diri mereka yang membuat mereka masih dapat bertahan.

Kita harus tahu bahwa Allah sebagai sahabat di dalam nama Tuhan Yesus oleh Roh Kudus tidak pernah meninggalkan kita ketika kita berada dalam kesukaran, tekanan dan penderitaan. Kekuatan kuasa tanganNyalah yang telah membuat kita tidak jatuh tergeletak dan mampu untuk membangkitkan semangat yang ada di dalam kita lagi. Walaupun sepertinya kita sudah jauh dari Tuhan dan hidup dalam kenajisan, namun Tuhan sebagai sahabat tidak pernah melepaskan tanganNya dari kita, Ia selalu ingin menarik kita kembali untuk hidup di jalan-jalan yang sudah ditetapkan, agar kita dapat mengalami janji-janji-Nya sesuai dengan rancangan-Nya atas kita.

Marilah kita terus belajar untuk tetap bersyukur kepada Tuhan, karena Ia telah menjadikan kita sebagai sahabat-Nya yang selalu menaruh kasih di setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran, dan bahwa “ DIAlah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus, sebelum permulaan zaman,” (2 Timotius 1:9) Amen. Jbu

Note :

Shalom, COOL/PA, setiap hari Sabtu di rumah keluarga Edward, Inge S. Purwita, Bryan dan Naomi di Jalan Pinang Merah 5/6 Pondok Indah, Jakarta Selatan. Pukul 17.00 WIB. Pintu rumah keluarga Edward dan Inge S. Purwita terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin bergabung.


Biodata penulis :

Inge Suryani Purwita. Lahir di Jakarta, 1959. Lulusan sarjana Akuntansi dari Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti, dan memulai karirnya sebagai Akuntan di PT Warna Sari, tekstil dan perusahaan distribusi (1984-1988). Karir perbankan dimulai dari Bank International Indonesia (1988-1997) dengan berbagai posisi seperti sebagai Marketing Manager- Credit Card Center, Senior Manager-Traveler's Cheque Center, Deputi Branch Manager, dan posisi terakhir sebagai Assistant Vice President-Divisi Perbankan di Cabang Bursa Efek Jakarta. Dia bergabung dengan PT Bank Arta Pratama pada tahun 1998 sebagai Direktur Pemasaran dan Sumber Daya Manusia, dan setelah merger antara PT Bank Arta Pratama dan PT Bank Artha Graha pada tahun 1999 ia menjabat sebagai Direktur Perbankan Konsumer. Juni 2004, ia diangkat sebagai Komisaris PT Bank Artha Graha. Sekarang dia adalah Komisaris Independen PT Bank Artha Graha Internasional Tbk. Selain itu, kini dia juga mendalami ajaran agama Kristen yang dianutnya.

Tuesday 9 November 2010

Politik Itu Asyik Tak Asyik

Oleh : Freddy Ilhamsyah PA

Meminjam istilah Iwan Fals yang pendapatnya mengenai politik di negeri ini bahwa politik itu asyik tak asyik (penulis jadikan judul tulisan ini). Ibarat main catur, kalau tak mengatur (arah bidak), tak menggertak, tak asyik. (Harian Global 11/2/’10)

Penulis sependapat dengan penyanyi kondang yang syair-syair lagunya sangat tajam dalam hal mengeritik pemerintah. Lihat saja akhir-akhir ini sudah banyak bermunculan obrolan di beberapa kelompok warga negara Indonesia mulai dari sementara kalangan politikus, pengamat politik, dan orgamisasi yang mengatasnamakan rakyat terkait dengan isu 100 hari kepemimpinan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Kabinet Indonesia Bersatu jilid-II.

Ada yang pro dan ada pula yang kontra.Itu biasa Yang pro mengatakan sudah berjalan sebagaimana mestinya, dan berhasil, khususnya dalam hal menyikat kelompok terroris, dan membuikan koruptor walaupun belum sepenuhnya tuntas. Sedangkan yang kontra mengatakan SBY belum sepenuhnya berhasil mewujudkan janji-janji semasa kampanye, yaitu menyejahterakan rakyat.

Di dalam era reformasi dan transformasi demokrasi yang terasa mulai mengental sejak runtuhnya rezim Orde Baru, dan adalah Kyai Haji Abdur Rachman Wahid alias Gus Dur yang membuka gembok belenggu kebebasan sebagaimana yang telah diamanatkan di dalam kitab UUD 1945 Pasal 28, yaitu “ Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.”

Sejak itu, orang-orang yang tadinya dibelenggu kebebasannya, kini sudah mulai lantang bersuara bagaikan pakar yang maha tahu, terpandai untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat dari belenggu kemiskinan dan kebodohan.
Ada yang menyampaikan aspirasinya dengan aksi demonstrasi yang terkadang berbuntut anarkis, dan ada pula oknum penyelenggara Negara yang berbicara dalam forum resmi maupun tidak resmi untuk memakmurkan rakyat dan Negara Kesatuan Repuplik Indonesia.

Akan tetapi kenyataannya apa ? Rakyat masih banyak yang miskin dan bodoh atau dibodoh-bodohi seperti kisah dalam Fabel Tiongkok Kuno berjudul “Pagi Tiga Buah, Malam Empat Buah”. Untuk mengetahui kisah ini selengkapnya, silahkan berkunjung ke Freddyilhamsyah’s Blog.

Berbeda ketika sedang berlangsungnya “pesta demokrasi” atau “pesta rakyat” yang berkaitan dengan pemilihan anggota legislatif, pemilihan bupati, walikota, dan gubernur sampai presiden, rakyat dielu-elu dan dijanjikan ini dan itu melalui program itu dan ini. Ketika sudah menduduki jabatan, yang dikampanyekan mulai buram. Rakyat hanya menerima nol koma sekian persen dari yang dijanjikan. O….itu tidak betul !!! Apa iya….?

Lihat Jakarta, Ibukota Negara Republik Indonesia yang dijanjikan bebas macet dan banjir. Tetapi kenyataannya apa ? Kemacatan bertambah macet, dan banjirpun bertambah parah, hampir kesemua sudut kota. Apa komentar pejabat terkait ? Dijawab dengan enteng, itu bukan banjir tapi hanya luapan air. Anehkan ? Kalau air masuk ke daratan kota, itu namanya banjir, be !

Akan tetapi apa lagi yang mau dikatakan, nasi sudah menjadi bubur. Betullah kata-kata dalam satu syair lagu bahwa, lidah memang tidak bertulang, dan dunia itu hanya panggung sandiwara.

Lihatlah betapa politik belakangan ini menjadi tontonan mengasyikkan yang ratingnya bahkan mengalahkan sinetron-sinetron dan reality show. (Harian Global 11/2/10 hal.2)

Reshuffle cabinet

Publik ingin melihat perkembangan kasus Bank Century. Ingin melihat Ruhut Sitompul, yang entah karena sebab apa rela menggerus elisitas dirinya untuk tampil sebagai seorang pembela yang begitu mati-matian. Mereka juga ingin melihat bagaimana seorang kepala Negara, symbol pemerintahan tertinggi, curhat, bicara mulai soal sasaran tembak, kerbau, sampai “ancaman halus” reshuffle (perombakan kabinet). Detik - Viva - Antara - Global 11/2/10

Begitu isu reshuffle kabinet bergulir, suhu politikpun mulai bergetar seperti gunung Merapi yang mulai menggeliat. Banyak kalangan yang berkompeten mulai dag dig dug dan bertanya-tanya, siapa yang bakal dilengserkan, dan siapa pula yang bakal diangkat untuk menggantikan menteri yang dilengserkan. Loby politikpun mulai dirancang strateginya agar “orangnya” atau dirinya dapat menduduki kursi empuk di kementerian A ataupun kementerian B. Menteri yang dilengserkan pasti menteri yang dinilai tidak mampu melaksanakan program di kementeriannya.

Asyiknya, ketika sebagian politikus mengharap “politik balas budi” dari Kepala Negara dengan menyodorkan “jagoannya” atau dirinya sendiri, peristiwa mirip pencalonan Kapolri beberapa waktu lalu terulang kembali. Kecewa dan marah !? Sah-sah saja.

Akan tetapi harus diingat bahwa presiden tidak bekerja seorang diri dalam menjalankan roda pemerintahan. Ada Kepala Lingkungan, Kepala Desa, Lurah, Camat, Bupati, Walikota, Gubernur, Menteri, Mahkamah Agung, TNI dan Polri serta DPR/ MPR.. Namun sayangnya, Apabila ada beberapa instansi yang “amburadul”, maka presiden jadi sasaran hujatan dari pihak-pihak tertentu dengan cara menggelar aksi demonstrasi

Presiden pilih sendiri wakilnya, orang ribut. Presiden menolak dua orang calon Kapolri pilihan orang-orang di luar istana, dan menunjuk satu nama calon tunggal Kapolri. DPR menyetujuinya dengan alasan pilihan SBY sudah tepat. Nah, misalnya, kalau Kapolri atau menteri pilihan presiden atau titipan dari luar istana ternyata tidak dapat bekerja sesuai harapan masyarakat (katanya), ribut lagi. Presiden SBY yang dipersalahkan, bukan oknum yang duduk di kursi Dewan Yang Terhormat. Pada hal keputusan terakhir berada dalam kewenangan DPR RI. Kalau memang tidak tetap pilihan presiden, tolak ! Bukan diaminkan dengan koor.

Memang betul Iwan Fals, politik itu asyik tak asyik, kalau tak mengatur tak asyik.

Pangkalansusu, 28 Oktober 2010

Wednesday 27 October 2010

Hutan Mangrove Punah Salah Siapa ?

[caption id="attachment_812" align="aligncenter" width="600"]Lahan terlantar eks tambak yang sudah ditanami bibit pohon bakau. Lahan terlantar eks tambak yang sudah ditanami bibit pohon bakau.[/caption]
Oleh : Freddy Ilhamsyah PA

Inilah pertanyaan mendasar yang perlu dicarikan jawaban yang tepat sasaran, bukan asal tuding mempersalahkan para pemilik dapur arang, atau para pengelola tambak udang intensif, dan atau orang-orang yang telah mengalihfungsikan hutan bakau menjadi kebun sawit.

Seharusnya yang dicari adalah akar permasalahannya, yaitu siapa yang benar-benar harus bertanggungjawab atas punahnya hutan bakau sehingga tak bersisa di salah satu daerah yang akhirnya berdampak terhadap menciutnya matapencaharian nelayan, pengusaha dapur arang dan menyusutnya kehidupan biota laut (udang, ikan dan kepiting) termasuk unggas (burung bangau, kuntul dan burung pantai lainnya) juga lebah madu dan monyet bakau.

Menurut hasil pengamatan penulis sejak beberapa tahun lalu, kontribusi pengusaha kilang arang sebagai pelaku pengrusakan hutan bakau, mungkin benar. Tetapi persentasinya terbilang kecil. Sebab mereka masih membutuhkan mangrove untuk dijadikan bahan baku arang. Artinya, mereka melakukannya dengan sistem tebangpilih agar hutan mangrove tetap lestari dan tidak punah. Hutan mangrove lestari, dapur arang mereka juga lestari termasuk matapencaharian mereka juga tetap dapat berlanjut secara berkesinambungan.

Bagaimana dengan pengusaha tambak udang intensif dan para pelaku alihfungsi hutan bakau untuk dijadikan kebun sawit dalam kontribusinya merusak hutan mangrove ? Jelas, mereka inilah pengrusak hutan mangrove yang maha dasyat ! Hutan bakau jadi punah. Sebab hutan mangrove tidak bermanfaat bagi mereka. Semua disikat habis sampai ke tunggul dan akarnya. Bahkan bukan hanya itu saja, paluh-paluh kecil juga mereka tutup ! Jadi jangan heran ketika terjadi air pasang naik, maka sebagian perkampung warga yang berdekatan dengan pesisir pantai atau paluh jadi terendam air laut. Ini fakta !

Semua orang tahu (kecuali pengusaha tambak intensif dan pekebun sawit yang telah mengalihfungsikan hutan mangrove) bahwa hutan mangrove selain bermanfaat sebagai tempat berkembangbiaknya kehidupan biota laut, seperti udang, segala jenis ikan, kepiting juga unggas, misalnya burung kuntul, bangau, kera bakau, lebah dan sebagainya, hutan bakau juga berfungsi sebagai “benteng pertahanan” terhadap gangguan abrasi (pengikisan bibir pantai ketika terjadi air pasang dan surut).

Sejak tahun 1980-an, penulis telah mengingatkan tentang keberadaan hutan bakau di daerah ini melalui artikel di harian Bukit Barisan Medan, tempat penulis bekerja sebagai wartawan, termasuk beberapa berita di harian Barisan Baru Medan (koran reinkarnasi harian Bukit Barisan), namun tidak mendapat perhatian serius dari para pihak berkompeten pada masa itu, kecuali izin prinsip PT Sari Bumi Bakau dibatalkan.
[caption id="attachment_816" align="aligncenter" width="600"]Lokasi ini tadinya adalah hutan bakau, kemudian bakau dibabat habis untuk dijadikan tambak. Tambak gagal, lahan ditelantarkan. Lokasi ini tadinya adalah hutan bakau, kemudian bakau dibabat habis untuk dijadikan tambak. Tambak gagal, lahan ditelantarkan.[/caption]
Kalau kita mau jujur, kerusakan hutan bakau yang sedemikian parah di Kabupaten Langkat bukan disebabkan adanya kilang arang. Kenapa ? Karena mereka tidak mungkin menghancurkan usaha yang telah mereka geluti secara turun-temurun sejak puluhan tahun lalu.

Penghasilan nelayan pesisir pantai jadi berkurang ? Seratus persen betul ! Sebab sebagian besar tempat berkembangbiaknya biota laut sudah punah akibat perbuatan petambak intensif dan pemilik kebun sawit yang telah mengalihfungsikan hutan bakau

Menyusutnya perkembangbiakkan biota laut diperparah lagi oleh limbah beracun hasil buangan dari tambak siap panen. Limbah beracun itu dibuang ke laut. Belum sampai ke tengah laut, limbah berancun yang telah mencemari laut, sudah didorong kembali oleh air pasang, masuk ke paluh-paluh. Benih-benih bioata lautpun jadi semaput dan mati !

Penulis masih ingat, ketika masih ABG, arang yang dihasilkan dari Pangkalansusu (merk Burung Walet), mutunya cukup baik dan sangat digemari oleh masyarakat di Sumatera Utara sampai ke Jakarta untuk bahan bakar setrika dan dapur. Bukan hanya itu, kayu bakau sebesar betis orang dewasa juga dijadikan kayu bakar untuk memasak dan kayu bakar untuk lokomotif uap kereta api (ketika itu belum ada loko diesel). Selain itu kayu bakau juga dijadikan bahan bangunan. Tetapi hutan bakau tidak punah !
[caption id="attachment_818" align="aligncenter" width="600"]Penghijauan mulai dilakukan oleh Kha Hua dengan modal sendiri. Penghijauan mulai dilakukan oleh Kha Hua dengan modal sendiri.[/caption]
Ketika udang windu, yang katanya “primadona” penghasil devisa mulai dibudidayakan hingga menjamur di pesisir pantai kepulauan Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, keberadaan dan kondisi hutan mangrove jadi berubah drastis, secara bertahap, tapi pasti, hutan bakau ditebas habis sampai ke akarnya. Hutan bakau punah berubah ujud jadi hamparan tambak udang windu. Yang punya duit berlomba-lomba membuat tambak udang. Izinnyapun dikeluarkan oleh pemerintah setempat. Begitu juga halnya dengan pengalihfungsian hutan bakau menjadi kebun sawit.

Nah, kalau sudah demikian keadaannya, siapa yang harus dipersalahkan ? Silahkan para pembaca menjawabnya sendiri.
Seingat penulis, dulu ada yang namanya Program Empang Paluh, tapi keberadaannya tidak jelas. Uang habis, Empang Paluh tak terwujud untuk melestarikan hutan mangrove.

Namun yang jelas, menurut Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Djati Wicaksono Hadi seperti yang disampaikan oleh Antara News 23 Januari 2010, kerusakan hutan bakau meliputi sekitar 6.000 hektare dari 15.765 hektare hutan bakau yang ada di Provinsi Sumatera Utara.
[caption id="attachment_813" align="aligncenter" width="600"]Penulis (topi helm putih) bersama Tim Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Dishutbun Langkat, Ika Herawati, S.Hut istirahat di bawah rimbunan hutan bakau hasil rehabilitasi oleh Kha Hua. Penulis (topi helm putih) bersama Tim Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Dishutbun Langkat, Ika Herawati, S.Hut istirahat di bawah rimbunan hutan bakau hasil rehabilitasi oleh Kha Hua.[/caption]
Ia menyebutkan seluas 6.000 hektare kerusakan hutan bakau di Sumut terdapat di Karang Gading di Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang yang mencapai sekitar 4.000 hektare.

Kemudian seluas 2.000 hektare di Desa Padang Halaban, Kecamatan Besitang, Desa Pangkalan Batu, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat.

Menurut dia, kerusakan hutan bakau di Sumut tidak hanya disebabkan adanya perambah hutan yang mengambil kayunya, tetapi juga akibat berubahnya fungsi menjadi lahan sawit atau tambak ikan.

Sedang bagi para pengusaha kilang arang, khususnya kaum nelayan, punahnya sebagian hutan bakau di Kabupaten Langkat sungguh sangat memprihatinkan. Kenapa ? Karena bagi masyarakat pemilik dapur arang, punahnya hutan bakau berarti akan memunahkan matapencaharian mereka. Demikian juga bagi kaum nelayan.

Menurut mereka (nelayan tempatan) apabila hutan bakau tumbuh subur dan lebat, pasti pantainya banyak ikan dan udang. Udara di pesisir pantaipun terasa lebih sejuk karena mereka dapat berteduh atau bernaung di bawah rimbunnya pohon mangrove sambil memancing ikan.
[caption id="attachment_815" align="aligncenter" width="600"]Betapa senjuk dan nyamannya berjalan di bawah rimbunan pohon bakau hasil rehabilitasi oleh Kha Hua. Betapa senjuk dan nyamannya berjalan di bawah rimbunan pohon bakau hasil rehabilitasi oleh Kha Hua.[/caption]
Sementara itu pohon mangrove juga dipercaya sangat berperan sebagai pelindung alami wilayah pesisir pantai dan paluh, karena sistem perakaran pohon itu mampu menstabilkan lumpur pantai dan dapat menyerap berbagai polutan serta menahan penyusupan air laut (intrusi) ke arah daratan. Kerapatan batang dan tajuknya juga mampu menahan dan mematahkan kekuatan angin laut.

Hal itu sangat dipahami oleh para nelayan dan pengusaha home industry kilang dapur arang, dan oleh sebab itu mereka tetap berupaya untuk menjaga kelestarian hutan mangrove dengan cara tebang pilih. Selain itu kayu bakau juga merupakan penghasilan sampingan bagi nelayan bila laut sudah tidak bersahabat pada musim-musim tertentu.
[caption id="attachment_819" align="aligncenter" width="600"]Kha Hua memandang lahan terlantar eks tambak yang sudah dihutankan kembali oleh dirinya. Kha Hua memandang lahan terlantar eks tambak yang sudah dihutankan kembali oleh dirinya.[/caption]
Adalah Anwar alias Kha Hwa atau biasa disapa Ahua, pengumpul arang secara turun temurun, beralamat di jalan Pahlawan no. 71 Pangkalansusu yang sangat peduli untuk menyelamatkan hutan bakau di Kecamatan Pangkalansusu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Ahua membeli puluhan hektar lahan terlantar bekas tambak udang yang sudah tidak dipergunakan lagi oleh para pemiliknya untuk ditanami pohon mangrove di kawasan desa pantai, Desa Pangkalansiata, Kecamatan Pangkalansusu.

Kegiatan yang dilakukan oleh Ahua bukan hanya sampai ke teliga Camat Pangkalansusu saja, tapi sudah melebar sampai ke kantor Dinas Kehutanan, DPRD dan kantor Bupati Langkat. Para pihak itupun sudah melakukan peninjauan langsung ke TKP, dan mereka sangat mendukung program Ahua mereklamasi lahan terlantar eks tambak udang untuk dijadikan hutan bakau, bahkan mereka mengangcungkan jempol untuk Ahua.
[caption id="attachment_814" align="aligncenter" width="600"]Rimbunan pohon bakau yang mengapit paluh di tengahnya. Rimbunan pohon bakau yang mengapit paluh di tengahnya.[/caption]
Atas kepeduliannya mereklamasi lahan terlantar bekas tambak udang dengan dana pribadi sejak beberapa tahun lalu, Ahua telah memperoleh piagam dan penghargaan Kalpataru dari Bupati Langkat, Ngogesa Sitepu pada 15 Juni 2009.

Bukan hanya itu saja, Ahua juga telah mengajak kelompok pecinta alam INLA (International Nature Loving Assosiation) cabang Sumatera Utara yang dipimpin oleh Suhartini, SE untuk melakukan penanaman pohon mangrove di Desa Pangkalansiata. Imbauan Ahua disambut baik oleh INLA Sumut yang merupakan cabang dari INLA yang berpusat di Taiwan.

Menurut Ketua Bidang Lingkungan Hidup INLA, Yudi Shenjaya, biasa dipanggil Aseng, pada penulis, sejak Oktober 2009 pihaknya sudah menanam puluhan ribu batang mangrove di atas lahan seluas 6 hektar. Penanaman ini dilakukan secara bertahap di atas lahan seluas 20 hektar yang mereka beli dari warga setempat.

Untuk membuktikan apa yang sudah dilakukan oleh Ahua, sebelum penganugrahan penghargaan Kalpataru, penulis bersama Kepala Desa Pangkalansiata dan petugas dari kantor Camat Pangkalansusu telah melakukan peninjauan langsung ke lokasi reklamasi di dusun Sei Serai, Desa Pangkalansiata, Kecamatan Pangkalansusu.

Menurut Ahua, kegiatan yang dilakukannya untuk menghutankan kembali lahan terlantar tersebut sudah dilaksanakannya sejak Juli 2007sampai saat ini di areal seluas 85 hektar. Tidak kurang dari 850 ribu batang mangrove sudah tumbuh subur sehingga menjadi hamparan hijau seluas mata memandang.

Menyinggung dana pribadi yang telah investasi untuk mereklamasi lahan terlantar tersebut Ahua mengaku sudah sekitar Rp 500 juta.

Seharusnya pemerintah memberi bantuan dana kepada orang-orang yang peduli terhadap kelestarian hutan mangrove, misalnya seperti Ahua.

Pangkalansusu, 24 Oktober 2010

Update :
Note : Sudah terbit di Harian Global, Medan edisi 26 Oktober 2010 di rubrik Gagasan halaman 6, dan juga rangkaian tulisan terkait lainnya dapat dibaca di Harian Jurnal, Medan edisi Minggu, 26 Februari 2012 di halaman I judul “Keprihatinan Penerima Kalpataru.”

Wednesday 6 October 2010

Pertamina Siapkan Seratusan Petugas Intelijen

Oleh : Freddy Ilhamsyah PA

Pertamina kini telah menyiapkan seratusan bahkan lebih petugas “Intelijen” untuk memantau gerak-gerik para pesaingnya dengan aplikasi Marketing Intelligent (sistem pemasaran yang cerdas) , karena sejak bergulirnya Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang kemudian disusul munculnya Undang-undang No.22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang telah mempreteli hak monopoli Pertamina di sektor hulu dan hilir, Pertamina sudah mengendus bakal terjadi persaingan bisnis yang seru di sektor migas.

Apalagi ketika dinyatakan bahwa terhitung mulai tanggal 1 Januari 2010, SPBU asing atau non pemerintah sudah dibenarkan untuk mendistribusi atau memasarkan BBM bersubsidi di Indonesia, misalnya, PT Aneka Kimia Raya Corporindo Tbk (AKR), PT Elnusa Tbk, PT Petronas Niaga Indonesia, PT Shell Indonesia, dan PT Total Oil Indonesia.

Walaupun begitu Pertamina, khususnya Pertamina Pemasaran BBM Retail Region-I tidak gentar dalam menghadapi para pesaingannya karena perusahaan plat merah itu sudah mempersiapkan sejumlah strategi untuk mempertahankan predikat market leader dalam bisnis retail BBM.

Namun keberadaan SPBU Petronas di jalan Juanda, dekat Bandara Polonia Medan, telah menggusarkan pihak Hiswana Migas (Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi) di daerah ini jadi gusar termasuk kalangan DPRD dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang menyesalkan, kenapa perusahaan asing diberi kesempatan menjual BBM bersubsidi.

Untuk menghadapi para pesaingnya, Pertamina bertindak secara serius, ini dibuktikan bahwa perusahaan itu telah menyiapkan seratusan bahkan bisa di atas seribuan petugas marketing intelligent retail untuk mengamati setiap gerak-gerik aktivitas para rival bisnisnya, khususnya di sektor hilir migas. Hal ini dilakukan mengingat bahwa persaingan bisnis hilir migas yang pada tahun 2001-an baru menjadi pembicaraan prediksi yang hangat, kini sudah nyata dirasakan. Sebagai contoh dengan munculnya beberapa pesaing di sektor retail (SPBU) seperti di Jakarta, Surabaya dan Medan yang tidak tertutup kemungkinan akan merambah ke kawasan lainnya.

Saat ini sudah dirasakan bahwa dalam pemasokan BBM maupun Pelumas ke industri seperti pertambangan, energi, bahkan perhotelan, pesaing makin kencang menggrogoti pangsa pasar. Baik dari sisi volume, jumlah customer (pelanggan) maupun sebaran geografis.

Oleh sebab itu setiap aktivitas pergerakan pesaing akan berpengaruh terhadap Pertamina, sehingga perlu diketahui, dievaluasi dan ditindaklanjuti secara dini dengan suatu strategi dan program yang tepat. Akan tetapi untuk mendapatkan data/informasi terkait pesaing dan kondisi lapangan secara cepat, bukanlah hal yang mudah.

Atas dasar itu, maka Pertamina melalui Devisi Perencanaan Strategis Bagus M&T bekerjasama dengan CSS (Corporate Shared Sercive) telah membentuk semacam pusat pengendali komunikasi dengan mengembangkan sebuah sistem yang didesain untuk menangani proses pengiriman, validasi, pengolahan sampai pendistribusian data atau informasi pesaing secara cepat dan mudah melalui fasilitas broadcast sms dan internet.

Menurut pihak CSS, seperti yang disiarkan Media Pertamina edisi 28 Juni 2010, melalui sistem itu, komunikasi antar pihak terkait dengan strategi dan eksekusi pemasaran dari Sales Representatif, Sales Area Manager, Vice President sampai Deputi Direktur dapat dilakukan secara cepat dan mudah.

Semua data aktivitas pesaing di seluruh Indonesia yang telah dikumpulkan dari lapangan seperti strategy pricing, marketing, terms of payment dll. disimpan dalam database, sehingga setiap saat dapat dijadikan untuk bahan evaluasi dan refrensi.

Petugas “intelijen” tersebut adalah para sales representative dan Sales Area Manager karena mereka adalah sales forces yang berada di lapangan, sehingga mudah melakukan pemantauan aktivitas para pesaing.

Kekuatiran pihak Pertamina terhadap para pesaing bisnisnya, itu wajar. Sebab dalam dunia bisnis ada yang bermain cantik (fair business) dan ada pula yang bermain kotor. Akan tetapi menurut hemat penulis, sebaiknya pihak Pertamina tidak perlu terlampau berlebihan untuk takut “bertarung” dengan para pesaingnya.

Penulis sependapat dengan pihak Pertamina Pemasaran BBM Retail Region-I Medan, untuk apa kita gentar dengan para pesaing, selain telah mendapat dukungan dari Hiswana Migas, DPRD, KNPI dan Pemprov Sumatera Utara, bukankah Pertamina memiliki banyak keunggulannya. Sebagai contoh, untuk kesekian kalinya Mesran (oli keluaran Pertamina) telah beberapa kali meraih penghargaan, misalnya penghargaan “Living Legend Brands” yang diakui publik sebagai merek lokal yang berhasil mengalahkan merek asing diberbagai kategori.

Bukan hanya itu saja, minyak pelumas unggulan Pertamina (Indonesia, pen), yaitu Fastron dan Enduro juga telah memperoleh penghargaan dan tercatat dalam rekor MURI (Musium Rekor Dunia Indonesia) bahwa kedua jenis pelumas itu telah terbukti performa dan daya tahannya yang melebihi kualitas di kelasnya yang telah diuji pada 10 varian mesin mobil dan sepeda motor, ketika berhasil menyelesaikan ajang bergengsi “ Touring for Nation 2010 dengan menempuh jarak 5.300 km yang dimulai dari Medan terus ke pulau Jawa dan Bali, tanpa ada hambatan yang berarti.

Selain itu, sejak Juli lalu Pertamina juga telah memasarkan Biodiesel B-5 (Bahan Bakar Nabati) yang ramah lingkungan karena emisi gas buang Biodiesel lebih sempurna, sehingga mampu mengurangi polusi udara. Sedangkan harga jualnya setara dengan harga solar bersubsidi.

Sementara pada Agustus lalu, Pertamina kembali memanjakan pelanggannya dengan layanan transaksi online I-Serv dengan harapan dapat memberikan kemudahan pelayanan transaksi bagi pelanggan di bisnis Aviasi, Industri & Marine, Pelumas dan Niaga Pertrokimia. Layanan online itu berbasis web yang memberi kemudahan dalam hal invoicing (penagihan), reporting (laporan transaksi), dan ordering (pemasaran).

Jadi kenapa musti takut dengan para pesaing asing ? Maju terus Pertamina, dan tingkatkan kinerjamu untuk menjadi perusahaan migas terbaik di Indonesia, sehingga akhirnya dapat mengapai cita-citamu untuk menjadi perusahaan berkelas dunia. Semoga berhasil. Amin…

Note: Sudah terbit di Harian Global Medan di rubrik Gagasan edisi 05 Oktober 2010

Apa itu Fabel Tiongkok Kuno ?

Oleh Freddy Ilhamsyah PA

Mungkin ada diantara pembaca yang bertanya, apa itu Fabel ? Menurut buku Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi-III bahwa Fabel itu adalah cerita yang mengambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang (berisikan pendidikan moral dan budipekerti), misalnya kancil merupakan tokoh utama di Indonesia yang berperan sebagai manusia cerdik. Tegasnya, Fabel adalah bentuk tertinggi dari kesusastraan perumpamaan yang sudah berkembang sekitar abad ke 4 dan ke 3 sebelum masehi negeri Tirai Bambu (Tiongkok), dan pada abad ke 17 sebelum masehi Fabel digunakan sebagai salah satu kesusastraan yang khas dan banyak pujangga di era Tiongkok Kuno yang mengarang atau mengumpulkan Fabel.

Fabel yang baik atau bagus bukan hanya mengisahkan cerita-cerita yang amat menarik, tapi juga mengandung ajaran-ajaran yang sangat dalam. Oleh karena itu Fabel mudah diterima dan digandrungi oleh masyarakat Tiongkok Kuno secara turun-temurun. Pada masa itu, sesuai dengan era pancarobah, berbagai aliran pujangga saling berlomba menyampaikan pemikiran mereka, sehingga tercapailah perkembangan yang sangat signifikan dalam kesusastraan dan idiologi.

Banyak diantara kebudayaan lama yang tertimbun telah ditata rapi menjadi catatan-catatan yang bersifat kesimpulan, sehingga kebudayaan itu dapat terpelihara dan menjadi pusaka bagi generasi berikutnya. Dan di dalam catatan-catatan itulah terkandung Fabel-Fabel Tiongkok tertua yang bermutu tinggi.

Di abad ke 4 sebelum masehi, dalam sejarah Tiongkok dikenal sebagai Jaman Negara-Negara Perang, banyak terdapat karangan yang mengandung unsur fabel, misalnya buku Lie Ce, Cuang Ce, Meng Ce, Yin Wen Ce, Han Fei Ce, Li Se Cun Ciu, Cerita Negara-negara Perang dan lain sebagainya. Pada masa itu Fabel merupakan semacam sarana perjuangan yang sangat tajam.

Orang yang mahir menggunakan sarana itu, bila bukan filsuf yang unggul, pasti ahli politik yang ulung. Mereka adalah orator ulung yang mengharapkan agar ajaran dan teorinya dapat dapat diterima di kalangan masyarakat serta dapat berjalan mulus di arena perpolitikan.

Menyadari bahwa dengan perkataan yang muluk-muluk tidak mungkin mengalahkan lawannya, maka mereka menggunakan fabel untuk mewujudkan pemikirannya yang kiasan-kiasan yang konkrit untuk membuktikan kebenaran teori mereka. Oleh sebab itu, Fabel yang lahir pada era tersebut, baik berupa keterangan atas suatu teori maupun yang bersifat pujian ataupun kritikan terhadap suatu kejadian yang konkrit, semua mengandung maksud dan tujuan yang tertentu, dan diarahkan kepada sasaran yang tertentu pula.

Walaupun demikian, ide, tokoh dan kisah-kisah dalam Fabel bersifat umum dan mengandung arti yang tipikal. Misalnya, Fabel berjudul “ Pencuri Ayam “ dalam buku Meng Ce karangan filsuf Meng Ko selengkapnya sbb.: Menurut alkisah di ceritakan bahwa di suatu desa ada seorang yang mempunyai kebiasaan mencuri ayam milik tetangganya setiap hari satu ekor. Pada suatu hari dia ditegur dan dinasehati oleh salah seorang tetangganya, “ Mencuri itu tidak baik.” Lalu sang pencuri menjawab, “ Betul, kalau biasanya saya mencuri ayam setiap hari seekor, maka mulai hari ini saya akan menguranginya menjadi setiap bulan seekor ayam yang saya curi, dan tahun depan saya akan menghentikan kebiasaan mencuri ayam.” Jika sudah tahu perbuatannya itu tidak baik, seharusnya segera dihentikan. Mengapa pula harus menunggu sampai tahun depan ?

Dalam kisah tersebut, filsuf Meng Ko mengiaskan seorang menteri negeri Sung yang bersikukuh tidak mau mengapus sistem penarikan pajak yang tidak adil; selain itu fabel tersebut juga merupakan kritikan kepada orang yang sudah mengaku salah, tapi tidak bersedia untuk segera memperbaiki kesalahannya.

Selain kisah di atas masih ada satu fabel yang penulis anggap masih relevan di masa ini, yaitu fabel berjudul “ Rubah dengan Keperkasaan Harimau.” Dalam fabel itu diceritakan ada seekor harimau berhasil menangkap seekor rubah di dalam semak belukar hutan belantara. Rubah yang licik itu lalu berkata kepada sang harimau, “ Kau tidak boleh memakan aku ! Aku diutus oleh Maha Dewa untuk menjadi raja bagi segala binatang yang ada di hutan belantara ini. Jika kau memangsa aku, berarti kau melanggar perintah Maha Dewa.”

Melihat sang harimau jadi bimbang lalu rubah berkata lagi, “ Jika kau tidak percaya, mari kita bukti dengan berjalan mengelilingi hutan ini, dan lihat apakah para binatang itu takut atau tidak padaku.”

Sang Harimau mmenyetujui usulan tersebut, maka merekapun berjalan berkeliling hutan. Sang rubah berjalan di depan harimau dengan congkaknya.

Melihat harimau datang, hewan-hewan berada di situ lantas lari tungganglanggang untuk menyelamatkan diri.

Dengan bangganya rubah berkata kepada sang harimau, “ Lihat, mereka ketakutan kepadaku ! ” Harimau menimpali ucapan sang rubah, “ Ya benar. Kau sangat perkasa, sehingga semua hewan berlarian ketika melihat kau datang.”

Dalam kisah fabel ini dimaksudkan untuk mengritik orang yang menindas rakyat dengan memakai kekuasaan orang lain. Kalau dijaman sekarang dapat diumpamakan, ada seseorang atau kerabat atau anak pejabat yang memanfaatkan jabatan ayahnya, abangnya, kerabatnya atau sahabatnya yang menjadi menjabat hanya untuk mempertebal kocek pribadinya.

Ada lagi cerita lain berjudul “ Pagi Tiga Buah, Malam Empat Buah “ gubahan Lie Yi Kou sekitar abad ke 5 sebelum masehi, yang mengisahkan bahwa pada jaman dahulu ada seorang di salah satu desa dekat pinggir hutan yang gemar memelihara monyet dalam jumlah besar.

Pada suatu ketika persediaan makanan untuk hewan peliharaannya sudah menipis, yaitu pisang kesukaan monyet. Orang itupun jadi bingung untuk memberi jatah pisang, dan dia mengenal betul semua tabiat monyet peliharaannya yang sudah mengerti perkataan tuannya, sehingga dia sangat sayang dengan monyet-monyet dan menghemat belanja untuk keluarganya sendiri.

Mengingat persediaan pisang sudah terbatas, maka dia berniat mengurangi jatah pisang untuk hewan peliharaannya itu, tetapi dia kawatir monyet-monyet itu tidak sepakat dengan rencananya. Lalu dia berkata, “ Wahai monyet-monyet kesayanganku, kalau setiap pagi aku berikan tiga buah pisang dan malam empat buah pisang, apakah kalian setuju ? ”

Monyet-monyet itupun menyerigai ketika mendengar ucapan tuannya, untuk mengungkapkan rasa kecewa karena makanan yang diberikan oleh tuannya terlalu sedikit.

Menyadari bahwa rencananya harus tetap berjalan, maka dia berkata lagi, “ Kalau pagi tiga buah dan malam empat buah kalian masih merasa kurang, bagaimana apabila pada pagi hari aku berikan pisang empat buah dan malam tiga buah. Puaskah kalian ? “

Mendengar bujukan yang manis itu hewan peliharaannya itupun setujuh karena tuannya telah memberi jatah lebih untuk santapan malam, yang tadinya hanya tiga buah telah ditambah menjadi menjadi empat buah.

Cerita dalam buku Lie Ce jelas berisi tipu muslihat kaum penguasa yang menjalankan politik untuk memperbodoh rakyat. Kata dalam buku itu, “ Sang nabi (baca kaum berkuasa) memerintah massa (rakyat) yang bebal (bodoh) dengan akal, seperti yang dicontohkan tuan pemelihara monyet memikat hati hewan peliharaannya dengan akal.

Maksud Lie Ce menulis fabel tersebut adalah bertujuan untuk mengingatkan setiap orang agar tidak mudah tertipu oleh rayuan gombal para penguasa yang katanya ingin menyejahterakan rakyat, tetapi justeru rakyat tetap tidak sejahtera. Di satu sisi dilebihkan, tapi di sisi lainnya terjadi pengurangan.

Contoh yang dikisahkan di atas masih relevan sampai hari ini, khususnya yang menyangkut dengan upah buruh (UMP/UMSP) yang digambarkan setiap tahun meningkat dengan tujuan untuk mensejahterakan kaum buruh. Tetapi pada intinya upah buruh tidak meningkat (kecuali angkanya) karena nilainya tetap sama dari tahun ke tahun. Lho, kenapa begitu ?

Menurut hemat penulis, upah/gaji buruh TIDAK NAIK setiap tahunnya. Sebab sebelum upah/gaji buruh naik, harga barang sudah duluan naik. “Kenaikan” upah/gaji buruh hanya untuk penyesuaian. Apabila harga barang tidak naik setiap tahunnya, baru boleh dikatakan upah buruh itu NAIK ! Kalau tidak, ya setalen tiga uang. Sama dengan “ Pagi Tiga Buah, Malam Empat Buah “ yang bila dibolak-balik angkanya tetap sama, yaitu tujuh, bukan delapan. Kalau angkanya menjadi delapan, baru dikatakan NAIK !

Refrensi : Buku “Fabel Tiongkok Kuno”/Pustaka Bahasa Asing Peking 1958 edisi bahasa Indonesia.

Monday 20 September 2010

Elpiji dan Petronas Goyang Pertamina

Oleh : Freddy Ilhamsyah PA

Akhir-akhir ini tanker Pertamina telah diterjang gelombang arus balik LPG (elpiji) sebagai ekses munculnya elpiji kemasan 3 kilogram ketika diberlakukannya program konversi minyak tanah ke bahan bakar ramah lingkungan dan murah, yaitu LPG yang masih awam bagi konsumennya yang sebagian besar adalah warga masyarakat ekonomi lemah.

Pada awal digulirkan elpiji dalam kemasan tabung ukuran 3 kilogram, laut masih lenang, dan tanker Pertamina masih dapat berlayar dengan smooth membelah permukaan samuder. Tetapi ketika puluhan jutaan elpiji kemasan tabung 3 kilogram mulai dimanfaatkan masyarakat bawah, terjadilah arus balik gelombang elpiji yang mengantam kiri kanan lambung tanker Pertamina sehingga bergetar dan membuat sang nakhoda dan awak kapal jadi kaget. Kenapa ini bisa terjadi ?! Gumam sang nakhoda.

Masyarakat yang tadinya bergembiraria saat menerima hadiah gratis satu set kompor lengkap dengan elpiji kemasan tabung 3 kilogram jadi terhentak dan kaget ketika hadiah gratis dari pemerintah telah menimbulkan korban. Konsumen hadiah gratis itupun jadi geger dan bertambah panik ketika menonton televisi dan membaca berbagai berita koran dengan aneka judul. “Kompor elpiji meledak” atau “ Rumah hangus terbakar akibat tabung LPG meledak. 1 tewas, 2 luka parah”

Niat baik pemerintah untuk menyelamatkan kocek masyarakat bawah dan mengurangi subsidi BBM khususnya minyak tanah berbalik menjadi bumerang. Sebagian masyarakat pemakaian elpiji kemasan 3 kilogram justeru jadi korban kebakaran. Rumah sudah tidak dapat lagi dihuni, masuk rumah sakit pula, dan bahkan ada yang sampai masuk ke liang lahat. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun…….

Blantika media massa mulai ramai mengisi kolomnya dengan peristiwa kebakaran akibat “meledaknya” tabung elpiji 3 kilogram yang menelan korban luka bakar dan juga korban yang meninggal dunia. Media elektronik menayangkan gambar TKP (tempat Kejadian Perkara) yang berantakan, juga tidak luput disorot tabung bulat hijau yang hangus di dapur. Tabung elpiji 3 kilogram itu masih utuh ! Tetapi diberitakan kebakaran akibat ledakan tabung elpiji ! Aneh bukan ? Pada hal kebakaran terjadi akibat ada kebocoran pada regulator tabung elpiji 3 kilogram. Informasi beritapun jadi ngaur alias tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

Ironisnya, para pembicarapun ikut angkat bicara di media massa, dan kebanyakan di antara mereka yang menyalahi Pertamina. Sementara adalah pula yang berupaya mencari “kambing hitam” bukan "angsa hitam" (black swan).

Menyadari bahwa musibah itu bukan sebuah kebetulan, tetapi faktor human error dan adanya aksesoris yang tidak memenuhi persyaratan beredar di pasaran, maka Pertamina-pun mencari pembenaran dengan menurunkan “tim pencari fakta” untuk mengetahui apakah benar bahwa kebakaran yang terjadi akibat ledakan tabung elpiji kemasan 3 kilogram ? Ternyata tidak benar !

Kepala Divisi Humas Markas Besar POLRI, Irjen Pol Edward Aritonang angkat bicara disela-sela acara Syukuran HUT Bhayangkara ke-64 di Surabaya, Kamis (1/7’10) bahwa berdasarkan hasil uji laboratorium forensik POLRI, penyebab kecelakaan elpiji bukan diakibatkan oleh tabung, tapi karena kebocoran gas yang terjadi pada aksesoris tabung elpiji seperti rubber seal, selang dan regulator. Sementara pihak PT Pertamina (Persero) melalui Vice President Communications Korporat Pertamina, B. Trikora Putra menjamin bahwa semua tabung elpiji kemasan 3 kilogram yang sudah diisi, 100 persen bebas dari kebocoran. Tegasnya, semua tabung elpiji isi 3 kilogram sudah terjamin keberadaannya karena sebelum keluar dari depot pengisian, kondisi tabung berada dalam keadaan baik.

Sementara menurut Menteri Energi & Sumber Daya Mineral, Darwin Z. Saleh, kasus kecelakaan elpiji 3 kilogram pada tahun 2010 ini, disebabkan karena komponen aksesoris elpiji yang sudah seharusnya diganti. Selain itu banyak disebabkan kurang bagusnya komponen aksesoris tabung elpiji. (MP no.25/Thn XLVI 21 Juni 2010) Akibat dari musibah terjadinya kebakaran yang telah merenggut korban luka bakar serius dan korban jiwa karena kecelakaan gas elpiji, sejak tahun 2007 sampai 2010 Pertamina telah mengeluarkan dana klaim gantikerugian sekitar 2,5 miliar rupiah. Dan sebagai rasa kepedulian terhadap korban kecelakaan elpiji 3 kilogram, Pertamina akan memberi santunan sebesar Rp 25 juta untuk korban meninggal dunia, ditambah biaya pemakaman Rp 2 juta. Sedangkan jika mengalami luka-luka, Pertamina akan menanggung biaya penggantian pengobatan selama di rumah sakit. (MP no.25/Thn XLVI 21 Juni 2010)

Kebijakan tersebut di atas pantas kita acungkan jempol untuk Pertamina, karena walaupun Pertamina merugi ketika menangani penjualan elpiji 3 kilogram, tetapi perusahaan plat merah itu masih mau mengeluarkan dana untuk para korban kecelakaan elpiji 3 kilogram.

Salah satu hal yang membanggakan, yaitu mengenai kepedulian Pertamina kepada para korban kecelakaan elpiji kemasan 3 kilogram, walaupun secara langsung maupun tidak langsung, musibah tersebut bukan mutlak kesalahan Pertamina, tetapi orang nomor satu di perusahaan plat merah itu dengan segala kerendahan hati bahkan menyampaikan permohonan maaf kepada para korban insiden elpiji 3 kilogram. “Saya menyampaikan rasa duka yang mendalam atas kejadian yang menimpa keluarga korban baik meninggal maupun luka, serta keprihatinan yang mendalam atas insiden pada pengguna tabung elpiji 3 kg yang akhir-akhir ini terjadi,” kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Karen Agustiawan dalam acara penyerahan santunan dan asuransi korban insiden elpiji 3 kg di Kemayoran, Jakarta Pusat, (17/6). MP No.26/Thn XLVI/28 Juni 2010.

Sebagai warga masyarakat yang peduli dengan Pertamina dan para konsumen elpiji kemasan tabung 3 kilogram, maka penulis melalui Freddyilhamsyah’s Blog merasa perlu untuk ikut mensosialisasikan kembali mengenai keberadaan Tim Nasional LPG yang terdiri atas sejumlah tenaga ahli dari Kementerian Koordinator Kesra, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian ESDM, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kepolisian Republik Indonesia, Badan Standarisasi Nasional, Pemerintah Daerah, dan Pertamina yang masing-masing anggota tim memiliki tugas dan tanggungjawab sesuai kewenangannya sebagai berikut : 1. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat adalah sebagai Koordinator Tim Nasional Koordinasi Pengawasan dan Pembinaan Masyarakat. 2. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bertanggungjawab terhadap penyediaan dan Pendistribusian komoditi elpiji. 3. Kementerian Perindustrian bersama Pertamina bertanggungjawab terhadap pengawasan produk pendukung program (tabung, kompor, selang, katub dan regulator) termasuk untuk melakukan kontrol kualitas terutama terhadap perangkat paket perdana pada saat pengadaan. 4. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi bertanggungjawab dalam pengawasan terhadap produk tabung elpiji. 5. Kementerian Perdagangan bertanggungjawab untuk melakukan pengawasan barang yang beredar di pasaran khususnya produk konversi minyak tanah ke elpiji mulai dari tabung, kompor, selang, katub, dan regulator. 6. Badan Standarisasi Nasional bertanggungjawab dalam perumusan dan penetapan SNI untuk rubber seal. 7. Pemda Provinsi, Kabupaten/Kota bertanggungjawab untuk mensosialisasikan cara penggunaan elpiji yang aman di daerahnya masing-masing. 8. Pertamina bersama dengan Kementerian Perindustrian melakukan kontrol kualitas terutama terhadap perangkat paket perdana pada saat pengadaan dan tetap melanjutkan usaha sosialisasi bekerjasama dengan semua pihak.

Selain para pihak tersebut di atas, POLRI sebagaimana tanggungjawabnya dalam pengawasan terhadap perilaku pidana/kriminal akan mengawasi perilaku pidana/kriminal terkait dengan pemanfaatan elpiji. Sumber MP no.29/Thn XLVI/19 Juli 2010.

Dengan adanya tugas dan tanggungjawab antar kementerian dan lembaga yang kini sedang bekerja secara serempat di berbagai sektor, maka diharapkan tidak ada lagi upaya mencari “kambing hitam” untuk dipersalahkan apabila dikemudian hari masih marak terjadi insiden akibat pemanfaatan elpiji kemasan tabung 3 kilogram. Semua pihak harus bertanggungjawab, tetapi kadar tanggungjawabnya berbeda-beda. Namun yang pasti paling berat tanggungjawabnya adalah Kementerian Perdangangan karena instansi ini yang paling bertanggungjawab untuk melakukan pengawasan barang yang beredar di pasaran khususnya produk konversi minyak tanah ke elpiji.

Sedangkan Pertamina dan Kementerian Perindustrian hanya bertanggungjawab terhadap perangkat paket perdana. Artinya, sebelum beredar di pasaran adalah tanggungjawab Pertamina dan Kementerian Perindusterian, tetapi begitu ke luar dan beredar di pasaran adalah merupakan tanggungjawab Kementerian Perdagangan.

Terkait dengan program konversi minyak tanah ke elpiji 3 kilogram hendaknya pihak Badan Standarisasi Nasional diharapkan jangan sembarangan membubuhi label SNI terhadap perangkat elpiji 3 kilogram.

Dengan terbentuknya Tim Nasional LPG, maka diharapkan kepada seluruh elemen masyarakat, termasuk media massa, LSM, DPR/DPRD dan para pihak yang selalu mengatasnamakan kepentingan rakyat sudah tahu siapa yang akan dijadi “sasaran tembak” bila suatu ketika masih terjadi musibah akibat pemanfaatan elpiji khususnya elpiji kemasan tabung 3 kilogram. Sementara secara internal, Pertamina juga telah melakukan pemasangan striker tanda bahaya yang ditempelkan di tabung elpiji 3 kilogram, mengganti dengan memberikan secara gratis 6 juta rubber seal sesuai standar SNI.

Selain itu Pertamina juga telah melakukan antisipasi dalam penggunaan kompor dan tabung elpiji 3 kilogram dengan tindakan meningkatkan quality control terhadap material konvensi, mulai penerimaan dari pabrik sampai ke saat pembagian termasuk mekanisme penukaran material rusak yang diterima selama masa garansi. Meningkatkan kontrol terhadap tabung elpiji di seluruh jalur distribusi di tingkat agen dan SPPBE, serta melakukan inspeksi dan pemberian sanksi pada jalur distribusi yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap tataniaga elpiji 3 kilogram. Realisasi dan implementasinya ditunggu.

Petronas

Masalah elpiji 3 kilogram belum sepenuhnya tuntas, kini muncul pula kasus SPBU DODO (Dealer Own, Dealer Operate) yang merupakan milik swasta, yaitu Petronas yang berada di depan gerbang pintu masuk Bandara Polonia Medan yang dikabarkan ada menjual BBM bersubsidi dengan oktan tinggi (oktan 92 ?) sehingga bensin Petronas terasa lebih unggul dan laris manis karena konsumen merasa lebih nyaman dengan bensin Petronas yang cepat pembakarannya.

Isu bahwa BBM bersubsidi Petronas memakai oktan yang lebih tinggi dari ketentuan yang berlaku telah membuat gerah Pertamina dan berbagai kalangan di Sumatera Utara, misalnya Hiswana Migas, DRPD dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sangat menyesalkan persaingan yang tidak sehat tersebut.

Yang jadi tanda tanya besar, kenapa perusahaan asing diberi kesempatan untuk menjual BBM bersubsidi. Ini artinya sama dengan bahwa pihak-pihak tertentu yang sengaja ingin menggoyang Pertamina. Media Pertamina (Tabloit internal Pertamina) ikut angkat bicara dalam editorialnya “ Saat Medan Diserbu”, (mengutip judul berita harian Medan Bisnis “ Sumut Kehilangan Rp 60 miliar Beli BBM Subsidi dari Petronas”) menyebutkan,….Apakah serbuan perusahaan asing akan dibiarkan dengan mudah merampas market share SPBU pribumi di daerah “basah” sementara daerah-daerah “kering”, sulit dan terpencil tetap tugas Pertamina ? Adilkah ? (MP edisi no. 25/Thn XLVI/21 Juni 2010)

Dari pemilihan isi/materi editorial tersebut terkesan bahwa Pertamina juga ikut gerah terhadap SPBU Petronas yang dipermasalahkan. Kalau tidak “gerah” dan “berang”, tentu kasus tersebut tidak diangkat sampai 4 (empat) kali dalam editorial Media Pertamina yaitu di MP no. 25/Thn XLVI/21 Juni 2010, MP no.26/Thn XLVI/28 Juni 2010, MP no.29/Thn XLVI/19 Juli 2010, dan MP no.34/Thn XLVI/23 Agustus 2010. Dalam editorial MP no.29/Thn XLVI/19 Juli 2010 ditulis, ” Kenapa BBM bersubsidi diberikan kepada perusahaan asing. Apakah SPBU Pertamina ini tidak sanggup mendistribusikan ? ”

Selanjutnya juga ditulis : Perdagangan bebas yang kita hormati adalah perdagangan bebas yang menjunjung persaingan murni dengan mengukur kekuatan, kemampuan, kelebihan, kelemahan, bukan privilege bentuk baru yang merusak fairness dan mengesankan justeru keistimewaan itu diberikan kepada badan usaha yang bukan milik pemerintah. Yang jadi pertanyaan, siapa yang memberikan izin penjualan BBM bersubsidi kepada perusahaan asing, dan siapa pula yang terkesan memberi keistimewaan kepada SPBU DODO Petronas, Pemerintah Malaysia atau Pemerintah Indonesia (instansi terkait) ?

Seharusnya kita tetap berlapang dada dalam menyikapi permasalahan tersebut dan jangan terseret emosional, karena semua ada mekanisme pengaturannya. Penulis yakin bahwa Petronas menjual BBM bersubsidi setelah perusahaan tersebut mengikuti mekanisme lelang. Bukankah pada alinea awal editorial MP no.29/Thn XLVI/19 Juli 2010 telah memberi sinyal bahwa pengadaan dan pendistribusian BBM PSO dilakukan melalui sistem tender. Artinya, siapa menang tender, go ahead dan yang kalah tender mundur.

Pelaksanaan pengadaan dan pendistribusian BBM bersubsudi atau dikenal sebagai BBM PSO untuk jenis Premium dan Solar, tahun 2011, siap diperebutkan. Sudah ada lima badan usaha yang sudah terseleksi untuk diseleksi lebih lanjut. Kelima badan usaha adalah PT Aneka Kimia Raya Corporindo, Tbk (AKR), PT Elnusa, Tbk. PT Petronas Niaga Indonesia, PT Shell Indonesia dan PT Total Oil Indonesia, (editorial MP no.29/Thn XLVI/19 Juli 2010) tanpa menyebutkan, Pertamina juga telah berkomitmen untuk mengikuti tender distribusi BBM bersubsidi di seluruh Indonesia untuk tahun 2011. Kini tinggal bagaimana kita mengatur strategi agar Petronas terjungkal dalam arena lelang.

Apakah gencarnya pemberitaan mengenai “pembukaan borok” Petronas akhir-akhir ini termasuk dalam trik tersebut ? Hanya pihak terkaitlah yang tahu.

Seharusnya Pertamina tidak perlu terlampau merasa “gerah” dan “berang”, bukankah Direktur Utama Pertamina Retail, Giri Santoso pernah mengatakan, “ Jangan takut kita dengan pesaing, pesaing belum tentu punya standar seperti kita yang sudah world class. Tetapi sebetulnya bisnis seperti ini kan bisnis generik, kayaknya nanti pasar yang akan menentukan. Dimana mereka puas di SPBU A akan tetap di A, atau ketika mereka puas di SPBU B, ya tetap di B……..,” ketika diwawancarai oleh Nandang Suherlan, anggota Tim Redaksi Media Pertamina seperti tertuang dalam rubrik Pojok Manajemen dalam tulisan berjudul “ Siap Bersaing, Hilangkan Kesan “Disuapi” (MP no. 25/Thn XLVI/21 Juni 2010).

Apakah dengan berdirinya 54 SPBU COCO (Company Own, Company Operate) milik Pertamina yang serba lengkap dengan konsep one stop service itu tidak “menghantam” ribuan SPBU DODO milik bangsa sendiri yang belum mampu bersaing dan kalah “kinclong” dengan SPBU COCO milik Pertamina ?

Satu hal lagi yang perlu jadi catatan, kalau memang benar bahwa masyarakat Indonesia memiliki rasa nasionalisme yang kental, pasti SPBU DODO Petronas akan ambruk sendiri. Sebab para konsumen pasti tidak akan membeli BBM di SPBU DODO milik perusahaan asing itu. Bukankah kalau Pertamina untung kita juga untung ? Kemana larinya, aku cinta produk Indonesia ? Apakah di sini pasti pas, di situ justeru lebih pasti pasnya ? Di sini tidak ada BBM jenis “premium” berkualitas Pertamax, tetapi di situ ada dijual bensin jenis “premium” yang menghasilkan pembakaran secepat bensin berjenis Pertamax dengan RON 92. Konsumenpun menyerbu SPBU DODO Petronas untuk membeli “premium” berkualitas Pertamax karena harganya subsidi. Mekanisme pasarpun terjadi. Masalah Fuel Pump akan rusak akibat pemakaian bahan bakar yang tidak sesuai peruntukannya, urusan nanti.

Kabarnya, berdasarkan standar internasional, Premium itu RON-nya 88, dan apakah premium yang dijual SPBU DODO Petronas berada di atas RON 88 ? Kalau memang benar, segel SPBU-nya, dan tangkap pemiliknya karena telah melakukan “subversi ekonomi Indonesia”. Siapa berani !? Terkait dengan hal ini, hendaknya jangan sampai muncul istilah, “Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu”. Kita ngomel ngalor ngidul, SPBU DODO Petronas tetap eksis dengan praktek persaingan dagang yang kotor.

Memang harus kita sadari bahwa munculnya semua permasalahan itu sebagai dampak hadirnya UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang telah mempreteli monopoli Pertamina di sektor hulu dan hilir, sehingga Pertamina terkesan “dikebiri”. UU itu kita sendiri yang buat. Apa yang mau dikatakan lagi, lakoni saja sesuai aturan mainnya.

Untuk menjadi perhatian, kalau memang benar SPBU DODO Petronas (PT Petronas Niaga Indonesia) sudah menyalahi aturan main, dan katanya Hiswana Migas, DPRD dan Pemprov Sumatera Utara juga sudah tahu, kenapa tidak ditindak oleh pihak yang berkompeten padahal sudah ada Undang-undang No. 5 Tahun 1999 yang mengantur tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ?

Pangkalansusu, 20 September 2010