Islamabad,
Pakistan: Kekerasan di Suriah juga mendapat perhatian dalam
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) D8. Indonesia bersama Iran, Turki, dan Mesir
telah melakukan pembahasan untuk mencari solusi dan dicapai tiga kesepakatan.
"Indonesia sejak awal ingin berkontribusi nyata untuk mengakhiri konflik di Suriah ini," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bagian lain keterangan persnya di Hotel JW Marriott, Islamabad, Pakistan, Kamis (22/11) malam.
"Saya sudah bicara dengan Sekjen PBB, Rusia, Amerika Serikat, negara Eropa pemilik hak veto di PBB, dan pihak lain. Saya juga mengeluarkan statement agar Dewan Keamanan PBB dapat melakukan sesuatu agar kekerasaan di Suriah bisa dihentikan, tapi nyatanya belum terjadi," Presiden SBY menambahkan.
Dalam KTT D8 yang berlangsung hari ini, Presiden SBY melakukan tukar pikiran dengan pemimpin dari negara-negara yang paling berkepentingan dan dekat dengan Suriah, yaitu Turki, Iran, dan Mesir. "Kita mencari solusi terbaik yang bisa kita klakukan," Presiden menjelaskan.
Dalam pembicaraan dengan Iran, Mesir, dan Turki tersebut dicapai tiga kesepakatan. Pertama, kekerasan dan pertumpahan darah di Suriah harus segera dihentikan. "Indonesia siap mengirimkan pasukan penjaga perdamaian setelah terjadi gencatan senjata," ujar SBY.
Kedua, perlu mengirimkan bantuan kemanusaian dan Indonesia siap menggalang kerja sama tersebut.
Kesepakatan ketiga adalah harus ada transisi kekuasaan, transisi politik menuju terbentuknya pemerintahan yang baru.
Indonesia siap memainkan peran yang aktif untuk mencari cara mengakhiri kekerasan di Suriah. "Bagi Indonesia, bukan soal pemerintah yang sah atau oposisi, tapi kalau dibiarkan terus, Suriah sebagai bangsa dan negara bisa terancam eksistensinya," Presiden SBY menegaskan. (www.presidenri.go.id)
"Indonesia sejak awal ingin berkontribusi nyata untuk mengakhiri konflik di Suriah ini," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bagian lain keterangan persnya di Hotel JW Marriott, Islamabad, Pakistan, Kamis (22/11) malam.
"Saya sudah bicara dengan Sekjen PBB, Rusia, Amerika Serikat, negara Eropa pemilik hak veto di PBB, dan pihak lain. Saya juga mengeluarkan statement agar Dewan Keamanan PBB dapat melakukan sesuatu agar kekerasaan di Suriah bisa dihentikan, tapi nyatanya belum terjadi," Presiden SBY menambahkan.
Dalam KTT D8 yang berlangsung hari ini, Presiden SBY melakukan tukar pikiran dengan pemimpin dari negara-negara yang paling berkepentingan dan dekat dengan Suriah, yaitu Turki, Iran, dan Mesir. "Kita mencari solusi terbaik yang bisa kita klakukan," Presiden menjelaskan.
Dalam pembicaraan dengan Iran, Mesir, dan Turki tersebut dicapai tiga kesepakatan. Pertama, kekerasan dan pertumpahan darah di Suriah harus segera dihentikan. "Indonesia siap mengirimkan pasukan penjaga perdamaian setelah terjadi gencatan senjata," ujar SBY.
Kedua, perlu mengirimkan bantuan kemanusaian dan Indonesia siap menggalang kerja sama tersebut.
Kesepakatan ketiga adalah harus ada transisi kekuasaan, transisi politik menuju terbentuknya pemerintahan yang baru.
Indonesia siap memainkan peran yang aktif untuk mencari cara mengakhiri kekerasan di Suriah. "Bagi Indonesia, bukan soal pemerintah yang sah atau oposisi, tapi kalau dibiarkan terus, Suriah sebagai bangsa dan negara bisa terancam eksistensinya," Presiden SBY menegaskan. (www.presidenri.go.id)
No comments:
Post a Comment