Wednesday, 28 November 2012

Kisah Nyata Perjalanan Hidup Seorang Buruh Migran Indonesia

Oleh : Okta Ratnawati

Ini lah kisah nyata perjalanan hidup seorang sahabatku, TKW (Tenaga Kerja Wanita) atau dia lebih senang menyebut dirinya sebagai Buruh Migran Indonesia yang pernah bekerja di Arab Saudi, dan kini di Macau.

Pada suatu hari dia telah telah menyediakan waktu luangnya untuk mengingat-ingat kembali pengalamannya, walau saat bercerita sempat meneteskan air mata karena mengingat pengalaman suka dan duka serta pahitnya bekerja di negara orang sebagai buruh migran Indonesia, jauh dari keluarga dan merasa terasing. Tetapi demi cita-cita, untuk merubah keadaan ekonomi keluarga di Indonesia, sahabatku harus tetap bertahan untuk menghadapi dan menjalankan semuanya itu.

Dikisahkannya, walau ketika itu masih anak-anak semasa di kampung (Indonesia, pen.), aku sudah harus belajar dewasa dan memahami keadaan keluargaku.

Sebut saja namaku Dewi ( bukan nama sebenarnya ), terlahir tanggal 12 September 1987, asal dari salah satu perkampungan di Jakarta. Aku anak ke-3 dari 7 bersaudara. Ekonomi keluargaku adalah ekonomi tingkat paling bawah. Ayahku adalah seorang pedagang kaki lima yang sehari-hari penghasilannya hanya cukup untuk makan saja. Kadangkala kalau jualan ayahku lagi sepi, untuk makan saja tidak mencukupi. Demi mencukupi kebutuhan primer sehari-hari ibu membantu ekonomi keluarga dengan menjadi seorang kuli cuci, walaupun tidak setiap hari ada cucian tapi setidaknya ini bisa membantu ekonomi keluarga.

Di tahun 2000 usai tamat SD aku tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama karena tidak ada biaya untuk pendaftaran. Kedua kakakku sudah masuk SLTP sayang bila harus putus sekolah, jalan baiknya aku mengalah tidak melanjutkan sekolah tetapi mencari uang agar aku dapat melanjutkan kembali ke tingkat SLTP, apalagi adik-adikku masih sangat kecil, mereka juga butuh pendidikan yang layak.

Waktu satu tahun sudah aku lewati, fokus bekerja mencari uang untuk melanjutkan sekolah kembali. Aku mencari uang dengan cara memulung barang bekas dan berdagang kue keliling. Dari penghasilan itulah aku menabung sedikit demi sedikit. Demi keinginanku untuk melanjutkan sekolah. Aku sangat bersyukur kepada Allah SWT karena aku dibebaskan biaya SPP selama 3 tahun, jadi uang yang sudah aku kumpulkan selama satu tahun hasil jerih payahku dapat membantu adikku sekolah dan meringakn beban orangtuaku.

Sungguh Allah SWT sangat memudahkan niatku. Aku tidak menduga jika aku juga mampu masuk SLTA dikarenakan beasiswa lagi. Aku benar-benar mendapatkan karunia Allah SWT yang sangat besar. Awalnya aku pikir, aku tidak mungkin dapat terus bersekolah karena keadaan orang tua, tapi karena ada niat maka Allah memberi kemudahan jalan untukku. Janji Allah itu benar adanya “ Barang siapa yang bersungguh-sungguh berusaha, maka Allah akan memberi kemudahan, sesuai kehendakNya, dan Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak mau mengubahnya”.

Tahun 2007, seusai lulus SLTA. Aku mendaftarkan diri pada PJTKI di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Negara tujuanku adalah Arab Saudi. Inilah awalku harus jauh dari keluarga selama waktu 2 tahun. Bekerja di negari orang bukanlah cita-citaku, tapi aku ingin agar adik-adikku tetap melanjutkan pendidikan jangan sampai tidak sekolah, sehingga mudah dibodohi orang, bahkan bodoh bagi dirinya, keluarga dan negara.

Selama 3 minggu di penampungan, akhirnya tiba waktuku untuk terbang ke negeri orang. Tepatnya hari ke 28 Ramadhan atau Idul fitri kurang 2 hari. Perjalanan dari Indonesia ke Arab Saudi kurang lebih 9 jam. Setelah tiba di bandara Madinah Munawaroh belum ada majikan yang menjemputku, sampai 2 hari 2 malam. Aku dapat memaklumi karena Idul Fitri 1429 H, jadi mungkin mereka sedang bersilahturahim dengan keluarga.

Suara takbir yang berkumandang indah di negara tersebut, membuatku meneteskan air mata, teringat suasana di kampung halaman, suasana berkumpul dengan keluargaku, kebersamaan dalam kekurangan yang menjadikanku memiliki pola pikir dewasa sampai saat ini. Tetapi di sini aku hanya seorang diri, di negara yang masih sangat asing bagiku. Aku tetap bersandar kepada Allah SWT dan tetap pada niat awal sebelum berangkat, aku berusaha yakinkan diriku bahwa aku pasti bisa menjalani semua ini.

Setelah Idul Fitri 1 hari, akhirnya majikanku datang menjemputku. Saat aku tiba di rumah majikan, ternyata 1 keluarga ada 12 orang, ada baba, madam dan anaknya 7 orang, juga adik majikan 3 orang. Subhanallah, aku kaget dan yang terpikir dibenakku “ Sanggupkah aku jalani sampai finish?”.

Berat dirasa karena banyaknya pekerjaan dan sedikit waktu istirahatku, hanya 3 jam waktu tidurku karena bila pekerjaan belum rapi, majikan tidak mengizinkanku istirahat. Tetap doaku kepada Allah SWT, agar aku bisa menjalani semua dengan sabar dan ikhlas tanpa halangan apapun. Alhamdulillah aku bersyukur karena aku dapat finish kontrak 2 tahun lamanya bekerja dari tahun 2007 sampai 2009. Aku putuskan untuk pulang ke tanah air, ingin berjumpa bersama keluarga tercinta, tetapi hasil 2 tahun aku bekerja tidak ada bukti berupa benda karena uang itu digunakan untuk biaya keempat adikku sekolah.

Tidak lama aku di rumah, setelah 2 bulan. Aku daftarkan lagi diriku ke PJTKI Tanggerang, tentunya bukan ke negara yang pertama kalinya aku datangi, tetapi Asia. Ikut bekerja dengan orang China, Macau adalah negara tujuanku. Selama 3 bulan aku mengikuti pendidikan dari bahasa dan adat istirahat negara tersebut, setelah aku mampu menguasai pendidikan di penampungan, akhirnya aku diberangkatkan.

Di negara inilah Dewi Fortuna menghampiriku. Pekerjaanku hanya menjaga seorang anak berusia 10 tahun . Majikanku baik, pekerja keras, keluarga harmonis yang memiliki sopan santun dan ramah seperti tata krama di Indonesia.

Tidak terasa sudah mau berjalan 3 tahun, aku bekerja dengan majikanku di Macau, tetapi tetaplah tidak memiliki tabungan dari hasil kerjaku karena tanggung jawabku terhadap orang tua dan keempat adikku.

Dibalik adanya kemudahan, aku sempat mengalami kesulitan yang rumit. Adikku yang nomer dua, sudah masuk kelas 3 SLTP dikeluarkan dengan tidak hormat dari pihak sekolah karena kenakalannya yang sangat luar biasa, sulit diarahkan, bahkan melawan kepada orang tua. Aku yang jauh hanya bisa berdoa, semoga hidayah Allah SWT datang untuk dia.Tetapi adikku yang satu sudah lulus dari SLTA, sekarang sudah bekerja dan sudah bisa mandiri untuk kebutuhannya sendiri.

Inilah roda kehidupan yang adakalanya suka, adakalanya sedih, sudah ada yang mengaturnya. Kita tinggal menjalaninya dan mengambil sisi positif dari cara menyikapi suatu masalah. Jika hatinya diisi iman dan taqwa maka akan sabar menghadapi tanpa harus berpaling dari Allah SWT. Tetapi bagi manusia yang hatinya kurang iman akan mudah berbelok kejalan yang dibenci Allah SWT.

Mengakhiri kisah ini aku ingin menitipkan pesan untuk teman-teman BMI (Buruh Migran Indonesia) di negara manapun kalian berada, “yakinkan hati, jadilah pribadi yang baik, sesuai dengan syariat Islam, maka akan datang keberuntungan tanpa ada seorangpun yang tahu dan bisa menduganya karena Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

Macau, 27 November 2012

Penulis adalah wartawati Telukharunews.com di Macau

3 comments:

  1. Mantap ... , berjuang terus untuk kehidupan yg kebih baik

    ReplyDelete
  2. Terima kasih Cindry. Semoga PEDULI dapat mengawal BMI di Makau juga yang berada di Hong Kong.

    ReplyDelete