Saturday 14 April 2018

Indo-Norway Energy Workshop,Kembangkan Potensi Laut Dalam Indonesia


Foto: Ditjen Migas

JAKARTA, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas), Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM dan Kedutaan Besar Norwegia bekerja sama menyelenggarakan Indonesia-Norway Energy Workshop. Workshop ini merupakan bentuk upaya Pemerintah untuk meningkatkan kerjasama sektor energi antara Indonesia dan Norwegia.

Dalam sambutannya pada pembukaan acara tersebut, Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar mengatakan bahwa kerjasama ini menandai semakin menguatnya hubungan di sektor energi antara Indonesia dan Norwegia melalui kerjasama antara Kementerian ESDM dan Kedutaan Besar Norwegia di Jakarta.

“Indonesia saat ini berada dalam pertumbuhan ekonomi yang cepat. Pergeseran paradigma dari energi sebagai komoditas menjadi energi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi harus diikuti oleh reformasi di industri minyak dan gas bumi (migas),” papar Arcandra.

Workshop ini mengagendakan dua sektor, yaitu terkait minyak dan gas (migas) dan energi baru terbarukan. Workshop di sektor migas mengangkat tema "Deepwater Development: Commercial and Technology Challenges". Workshop sektor migas akan membahas berbagai tantangan di sisi komersial dan tantangan dalam mengembangkan lapangan laut dalam Indonesia mengingat bahwa sektor hulu migas Indonesia memiliki potensi yang signifikan.

Tema tersebut dipilih mengingat banyak perusahaan migas internasional yang masih menaruh minat tinggi untuk berpartisipasi dalam upaya eksplorasi hulu migas Indonesia terutama laut dalam dan wilayah timur Indonesia. Norwegia juga merupakan mitra yang tepat dalam menyelenggarakan workshop ini, mengingat sejarah panjang negara ini dalam mengembangkan industri migas di negaranya. Indonesia membutuhkan pertukaran pengetahuan dan pengalaman dengan Norwegia dalam upaya meningkatkan produksi dari lapangan laut dalam.

"Kami saat ini bekerja keras untuk menarik lebih banyak investor untuk bekerja sama dengan kami untuk mengeksplorasi, meningkatkan produksi, serta mengembangkan infrastruktur energi. Kita perlu menjamin bahwa di masa depan, masih akan memiliki kesempatan untuk menikmati apa yang kita miliki saat ini atau bahkan lebih baik. Kita perlu memastikan minyak dan gas untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan membuka investasi baru,” papar Arcandra.

Arcandra juga menjelaskan bahwa, Pemerintah telah menyederhanakan peraturan migas dari 104 menjadi 6. Di sisi hulu, Pemerintah telah merevisi skema Cost Recovery menjadi skema Gross Split.

“Pergeseran dari skema Cost Recovery ke skema Gross Split menawarkan kepastian, penyederhanaan dan efisiensi. Gross Split menawarkan kepastian bisnis kepada investor karena parameter dalam split lebih transparan dan terukur. Parameter ini didasarkan pada karakteristik lapangan dan kompleksitas dalam pengembangan dan produksi. Skema Gross Split didasarkan pada 13 komponen termasuk 10 komponen variabel dan 3 komponen progresif. Di antara komponen-komponen ini adalah lokasi lapangan, baik darat atau lepas pantai, kedalaman, serta infrastruktur yang ada,” ujar Arcandra.

Arcandra menambahkan bahwa, pada tahun 2014 dan 2015, tidak satupun wilayah kerja yang ditawarkan diambil. Pada 2017, 5 dari 10 wilayah kerja diambil. Minggu lalu juga telah ditandatangani implementasi skema Gross Split dalam penandatanganan kontrak wilayah kerja Andaman I dan Andaman II sebagai wilayah kerja lepas pantai.

“Indonesia memiliki peluang pasar yang menarik di sektor minyak dan gas serta energi bersih. Kami berharap dapat memperkuat kerjasama di sektor energi Indonesia, baik dari sisi Pemerintah maupun Swasta,” papar H.E. Vegard Kaale, Duta Besar Norwegia.

Industri energi selalu menghadapi tantangan dan tren terbaru. Norwegia telah menjadi mitra yang baik bagi Indonesia terutama dalam hal pertukaran teknologi dan keahlian. Diharapkan, acara ini akan menjadi peluang yang baik bagi Pemerintah, swasta, serta ahli sektor energi, baik dari Indonesia maupun Norwegia untuk membahas tren dan tantangan. Keterlibatan antara perusahaan Indonesia dan Norwegia di sektor energi akan membantu percepatan pengembangan energi di Indonesia dan juga pertumbuhan bisnis di kedua negara. (Ditjen Migas)

Tuesday 3 April 2018

ICP Maret 2018 Naik Tipis Jadi US$ 61,87 per Barel


Anjungan migas di lepas pantai. Foto: Ditjen Migas
JAKARTA, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi melalui laman resminya pada Selasa, 03 April 2018 menginformasikan bahwa berdasarkan perhitungan Formula ICP, harga minyak mentah Indonesia pada bulan Maret 2018 mengalami kenaikan dibandingkan bulan Februari 2018. Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia mencapai US$ 61,87 per barel, naik sebesar US$ 0,26 per barel dari US$ 61,61 per barel.

Sedangkan ICP SLC mencapai US$ 62,85 per barel, naik sebesar US$ 0,54 per barel dari US$ 62,31 per barel.

Perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada bulan Maret 2018 dibandingkan bulan Februari 2018 juga mengalami kenaikan: 
  • Dated Brent naik sebesar US$ 0,71 per barel dari US$ 65,19 per barel menjadi US$ 65,90 per barel.
  • Brent (ICE) naik sebesar US$ 0,99 per barel dari US$ 65,73 per barel menjadi US$ 66,72 per barel.
  • WTI (Nymex) naik sebesar US$ 0,59 per barel dari US$ 62,18 per barel menjadi US$
    62,77 per barel.
  • Basket OPEC (sampai dengan tanggal 28 Maret 2018) naik sebesar US$ 0,17 per barel dari US$ 63,48 per barel menjadi US$ 63,65 per barel.
Kenaikan harga minyak mentah utama di pasar internasional  diakibatkan oleh beberapa faktor yakni:

1. Permintaan minyak mentah gobal :
  • Berdasarkan publikasi IEA (IEA OMR, tanggal 15.03.2018), Permintaan minyak global diperkirakan meningkat sebesar 1,5 juta barel per hari menjadi 99,3 juta barel per hari pada 2018, atau meningkat 90 ribu barel per hari dibandingkan dengan laporan bulan sebelumnya.
  • Berdasarkan publikasi OPEC (OPEC MOMR, tanggal 14.03.2018), bahwa untuk tahun 2018, permintaan minyak dunia diperkirakan naik 1,60 juta barel per hari ke rata-rata 98,63 juta barel per hari, sedikit lebih tinggi dari perkiraan bulan sebelumnya.
2. EIA (Energy Information Administration) bulan Maret 2018 melaporkan :
  • Stok distillate fuel oil Amerika Serikat bulan Maret 2018 mengalami penurunan sebesar 9 juta barel dibandingkan bulan Februari 2018 menjadi 129,0 juta barel.
  • Stok gasoline Amerika Serikat bulan Maret 2018 mengalami penurunan sebesar 12,2 juta barel dibandingkan bulan Februari 2018 menjadi 243,5 juta barel.
3. Kondisi perekonomian dunia berdasarkan publikasi OPEC (OPEC MOMR, tanggal 14.03.2018), bahwa momentum pertumbuhan yang kuat telah dimulai dari tahun 2017, pertumbuhan global secara signifikan naik ke tingkat 3,8% untuk 2018 dan 2017 dan masih stabil hingga saat ini.

4. Meningkatnya ketegangan geopolitik di wilayah Timur Tengah bahwa berdasarkan informasi dari Reuters 26 Maret 2018 telah terjadi penyerangan Houthi Yaman kepada Arab Saudi pada 26 Maret 2018 dengan melakukan peluncuran rudal ballistic.

5. Berdasarkan informasi RIM Intelligence (RIM, tanggal 19.03.2018), apabila harga minyak global lebih dari US$ 66,00 per barel maka penjualan akan tertekan oleh kekhawatiran peningkatan produksi minyak mentah Amerika Serikat, namun apabila harga di bawah US$ 63,00 per barel maka pembelian minyak akan cenderung meningkat. Dengan demikian pasar akan memiliki gerak naik atau turun yang terbatas.

Untuk kawasan Asia Pasifik, kenaikan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh permintaan minyak mentah di :
  1. Korea Selatan : tahun 2018 diproyeksikan terus mengalami peningkatan, terutama karena pembangunan ekonomi dan perkembangan di sektor petrokimia serta transportasi.
  2. India : terdapat permintaan kebutuhan minyak diesel yang tinggi guna mendukung proyek infrastruktur pemerintah.
Harga NSC/Katapa/Arbei Anjlok

Walaupun pada Januari 2018 rata-rata ICP adalah sebesar US$ 65,59 per barel, tapi pada Februari turun menjadi US$ 61,61 per barel dan terkoreksi sedikit pada Maret 2018 menjadi US$ 61,87 per barel.  

Sementara menurut data ICP (file pdf) yang dikutip dari laman resmi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi sejak Februari hingga Maret 2018 harga minyak mentah Indonesia jenis NSC/Katapa/Arbei terus mengalami penurunan dari US$ 68,07 per barel (Januari) turun menjadi US$ 63,95 (Februari) dan turun lagi menjadi US$ 63,88 per barel pada Maret 2018.

Info terkini

Menurut data oil-price.net harga minyak mentah dunia jenis Brent pada penutupan Senin, 02 April 2018 tercatat sebesar US$ 70,14 per barel dan jenis WTI (West Texas Intermediate) US$ 63,01 per barel.

Editor: Freddy Ilhamsyah PA