Tuesday 27 August 2019

Paya Tampak FC Juara Sepak Bola HUT RI ke 74

Camat Pangkalansusu, T.Fahrizal Azmi, S.Sos menyerahkan piala kepada Paya Tampak FC. Foto; Fipa

PANGKALANSUSU, Telukharunews: Kesebelasan  Paya Tampak FC juara satu dalam ajang laga sepak bola HUT RI ke 74 tahun 2019 setelah berhasil menggusur 11 kesebelasan yang ada di Kecamatan Pangkalansusu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

Dalam laga “grand final” pada Senin, (26/8) antara Paya Tampak FC dan PLTU Tanjung Pasir FC yang berlangsung cukup alot dan seru di Lapangan Sepak Bola jalan Tambang Minyak Pangkalansusu, tidak ada satupun gol yang tercipta selama 90 menit, sehingga wasit nasional Rohadi dari PSSI Langkat yang memimpin pertanding harus menghakhiri pertandingan dengan adu pinalti. Dalam adu pinalti yang dilakukan oleh 5 pemain masing-masing dari Paya Tampak FC dan PLTU Tanjungpasir FC berakhir dengan skor 3 - 2  untuk Paya Tampak FC.
Sang Juara bergembira sebagai Juara I Sepak Bola HUT RI ke 74 di Pangkalansusu. Foto: Freddy Ilhamsyah PA
Camat Pangkalansusu, T. Fahrizal Azmi, S.Sos dalam sambutannya antara lain menyampaikan terima kasih kepada Panpel Pertandingan Sepak Bola HUT RI ke 74 yang dipimpin oleh Herman atas keberhasilnya melaksanakan pertanding dari awal hingga akhir tanpa ada keributan.

“Dengan adanya fakta itu dan animo masyarakat juga cukup besar, maka saya berkeinginan agar kegiatan pertandingan sepak bola tetap diadakan dalam ivent HUT RI setiap tahunnya,” ujar Fahrizal.

Sementara itu Herman kepada Telukharunews menyebutkan, baru untuk yang pertama sekali kita sediakan Piala Bergilir yang akan diperebutkan setiap tahun dalam ivent kegiatan HUT RI. “Untuk kali ini, piala bergilir berhasil diboyong oleh Paya Tampak FC (sebagai pemegang pertama, red.),” ujarnya.
Camat Pangkalansusu, T. Fahrizal Azmi serahkan bingkisan untuk anak yatim-piatu. Foto: Freddy Ilhamsyah PA
Selain memboyong  piala bergilir dan piala tetap, Paya Tampak FC juga mendapat dana pembinaan sebesar Rp2 juta. Sedangkan untuk pemenang II (PLTU FC) mendapat dana pembinaan sebesar Rp1.500.000,-, pemenang III (Pulau Sembilan FC) Rp1.000.000,-  dan pemenang IV (Bukit Jengkol FC) Rp500.000,-
Marching Band SMP Dharma Patra Pangkalansusu unjuk gelar. Foto: Freddy Ilhamsyah PA
 Pada acara penutupan pihak Panpel selain menampilkan atraksi marching band dari siswa-siswi SMP Dharma Patra Pangkalansusu juga menyerahkan sejumlah uang dan bingkisan secara simbolik kepada 20 orang anak yatim-piatu. *

Tuesday 5 February 2019

Akhirnya Pertamina DOK PB/PS Pangkalansusu Ditutup

[caption id="attachment_1191" align="aligncenter" width="600"] Floating Dock Pertamina DOKPB-PS jadi besi tua. Foto Freddy Ilhamsyah PA [/caption]

Oleh: Freddy Ilhamsyah PA

Pendahuluan

Setelah dinanti-nantikan selama satu tahun, Pertamina DOK PB/PS yang berpusat di Pangkalansusu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara “tidak kunjung sadar dari matisurinya” dan akhirnya jadi “mati benaran”.Bagaimana kisah selengkapnya mengenai keberadaan Pertamina DOK PB/PS dari masa ke masa, di bawah ini ceritanya.

Seperti diketahui bahwa Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang wilayahnya terbentang sepanjang sekitar 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, dan luas perairannya 3.257.483 km² sehingga tidak salah kalau Indoneia juga disebut sebagai Negara Maritim.

Dengan kondisi demikian maka peran armada angkutan laut adalah merupakan semacam urat nadi (tol laut) penghubung antar pulau yang teramat penting untuk terciptanya kelacaran berputarnya roda perekonomian dan pengembangan pembangunan secara merata di Tanah Air. Ada sekitar 132 pelabuhan yang harus dilayani oleh ratusan kapal tanker pengangkut BBM, LPG dan kapal barang mulai dari ujung Indonesia Timur hingga ke ujung Indonesia Barat.

Seiring dengan perkembangan Pertamina sebagai perusahaan industri migas besar yang strategis di Indonesia, maka berdampak kepada peningkatan armada milik Pertamina dan kapal carteran yang digunakan untuk mendistribusikan BBM sampai ke seluruh pelosok negeri mulai dari Sabang sampai  ke Merauke. Oleh sebab itu Pertamina sudah harus memiliki sendiri galangan kapal untuk merawat dan memperbaiki kapal-kapal tersebut.

Perjalanan panjang Pertamina DOK PB/PS

[caption id="attachment_1192" align="aligncenter" width="600"] Kantor Pertamina DOK Pangkalanusu nyaris jadi sarang hantu. Foto Freddy Ilhamsyah PA[/caption]

Mengingat bahwa Pelabuhan Pangkalansusu merupakan pelabuhan pengekspor minyak mentah tertua di Indonesia, maka Pertamina memilih untuk membangun galangan kapal (floating dock) sendiri di bibir pantai Teluk Aru, Kecamatan Pangkalansusu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1967.

Menurut catatan dan data yang ada pada penulis dapat diketahui sejak tahun 1972 Pertamina Dock Yard Pangkalan Brandan/Pangkalansusu (PB/PS) mulai melakukan pengembangan sarana dan tenaga skill di Pangkalansusu dengan memperluas areal dock, rehabilitasi perkantoran dan bengkel, pembangunan baru bengkel mekanik, workshop, bengkel listrik, bengkel plat/las, bengkel pipa, bengkel perkayuan, gudang logistik, power house lengkap dengan jaringan listriknya.

Sedangkan di DOK Pangkalan Brandan dibangun dan dioperasikan 3 slipway dock untuk melayani perbaikan kapal berbobot 50 sampai 250 ton, dan 1 Galangan Kapal (Floating Dock) kapasitas 1.000 TLC di Pangkalansusu yang direkomendasikan maksimum berat kapal pada saat naik ke galangan adalah berbobot 750 ton dengan ukuran panjang kapal 60 meter, lebar 14 meter, tinggi 6 meter dan sarat kapal 4 meter.

Fasilitas yang tersedia di Bengkel Plat dan Las meliputi mesin gunting plat kapasitas sampai 16 mm x 3000 mm, mesin press plat kapasitas sampai 200 ton x 3000 mm x 1000 mm, dan mesin roll plat kapasitas sampai 16 mm x 3000 mm.

Sedang di Bengkel Mekanik tersedia mesin bubut kapasitas sampai panjang 12 meter x Ø 0,5 meter, mesin bor horisontal kapasitas Ø 750 mm, mesin bor vertikal kapasitas sampai Ø 75 mm, mesin sekrap kapasitas sampai 800 mm, alat balancing statis sampai Ø 3 meter, dan mesin frais kapasitas sampai 1000 mm x Ø 3.00 mm.

Dengan adanya dukungan dari manajemen Pertamina, maka sejak tahun 1972 Pertamina DOK PB/PS Pangkalansusu secara terus-menerus melakukan pengembangan diri menjadi galangan kapal terlengkap di Sumatera Utara yang bukan hanya melayani pemeliharaan, perawatan dan perbaikan kapal milik Pertamina saja tapi sudah merambah pada perbaikan kapal-kapal milik swasta dan instansi lainnya termasuk perawatan dan perbaikan sarana pelabuhan seperti rambu-rambu laut (bouy) dan SBM (Single Bouy Mooring) dan sebagainya.

Sementara itu kemampuan produksi di Pertamina DOK PB/PS (Pangkalan Brandan/Pangkalansusu) khusus untuk docking repair, yaitu memperbaiki permesinan kapal kapasitas sampai 2500 HP, perbaikan sistem propulsi kapasitas sampai panjang 12 meter x Ø 3 meter, replating sampai 500 kg/hari (juru las bersertifikat BKI), perbaikan instalasi pipa, listrik dan perbaikan sistem navigasi dll.

Selain itu Floating Dock Pangkalansusu juga dirancang untuk membuat bangunan baru kapal tanker sampai 900 DWT; Tongkang sampai 500 GRT; dan Tugboat sampai 400 GRT.

Di era tahun 1972-an hingga tahun 2000 sudah ribuan kapal yang di perbaiki di galangan kapal Pertamina DOK PB/PS mulai perbaikan ringan hingga berat.

Sedangkan di Pangkalan Brandan dekat sungai Babalan ada 3 (tiga) Slipway dock, yaitu Slipway-I mampu mendukung kapal tugboat berbobot 250 ton, panjang 35 meter x lebar 8 meter dan tinggi kapal 4 meter. Slipway-II menampung tugboat berbobot 250 ton x panjang 20 meter x 8 meter lebar kapal dan sarat kapal 3 meter. Slipway-III untuk kapal berbobot 50 ton x panjang 15 meter x 4 meter lebar kapal.

Mengingat bahwa armada tanker sungai sejenis MT Raharja dan MT Slamet sudah lenyap dari peredarannya karena sudah jadi besi tua, dan lebur di dapur pabrik besi, selanjutnya Dock Yard Pertamina PB/PS selain melakukan docking repair kapal tugboat milik Pertamina juga melayani perbaikan kapal tugboat milik PT Arun, PT AFR (RGM-Besitang), kapal tanker sekelas MT Raharja/MT Slamet dan kapal Ferry penyeberangan milik swasta dan instansi pemilik kapal jenis lainnya.

Muncul konflik Aceh

Pada masa konflik politik di Aceh sedang berkecamuk, situasi perairan di wilayah Kabupaten Langkat sangat rawan gangguan bagi pelayaran dan bahkan banyak kapal nelayan yang melakukan penangkapan ikan dirompak oleh  OTK dan ABK nya diculik dengan meminta sejumlah uang tebusan dari pemilik kapal agar ABK nya dibebaskan.

Dari catatan penulis dapat diketahui di perairan Kabupaten Langkat berbatasan dengan perairan Aceh Timur (sekarang Aceh Tamiang) sangat rawan gangguan keamanan dari OTK yang menggunakan boat kayu dengan serangkaian teror tembakan untuk menakut-nakuti korbannya termasuk beberapakali terjadi peristiwa penculikan ABK kapal yang berlayar ataupun menangkap ikan di wilayah perairan itu.

Peristiwa penembakan kapal tugboat TB Masela milik Pertamina yang dilakukan oleh sekelompok OTK saat melakukan kegiatan pengapalan (mooring) minyak mentah di perairan lepas pantai Teluk Aru pada 31 Agustus 2002 merupakan peristiwa yang sangat mencekam. Pasalnya dalam radius tertentu di kawasan itu merupakan daerah bebas api. Jadi, apabila sasaran tembaknya ditujukan ke kapal tanker, maka sudah dapat diprediksikan akan terjadi kebakaran hebat karena kapal tanker Vicky-I sedang memuat minyak mentah.

Peristiwa yang terjadi pada pukul 21:40 WIB sempat mengenai lambung kiri TB Masela yang ketika itu sedang menarik atau menahan buritan kapal tangker MT Vicky-I yang sedang memuat minyak mentah dari SBM yang berlokasi di dekat koordinat 4 derajat, 13 menit, 5 detik Lintang Utara dan 58 derajat, 24 menit, 30 detik Bujur Timur sekitar 15 km dari Teluk Kerang, Desa Pintu Air, Pangkalansusu.

Setelah mendapat tembakan balasan dari aparat keamanan yang bertugas jaga di TB Marsela sehingga terjadi kontak senjata selama beberapa saat, akhirnya OTK itu melarikan diri dikegelapan malam. Kemudian TB Masela minta bantuan aparat keamanan yang berjaga atau berpatroli dengan TB Sele di sekitar daerah mooring untuk mengantisipasi kemungkinan menyusul serangan balasan dari OTK.

Prediksi petugas keamanan dan petugas mooring yang dikomandokan oleh M. Simorangkir (Loading Master) pada pukul 03:30 WIB terbukti dengan munculnya boat kayu tidak dikenal yang coba merapat ke sebelah kiri lambung TB Masela dengan alasan menawarkan ikan. Namun sebelum boat itu merapat, aparat keamanan di TB Masela mengeluarkan tembakan peringatan menghalau boat tersebut agar tidak mendekati TB Masela. Boat tersebut kemudian kabur dan beberapa ratus meter jauhnya dari TKP, boat itu mematikan lampu dan menghilang dikegelapan malam.

Selain gangguan tersebut pada waktu dan tempat yang terpisah juga telah terjadi penculikan dan perampasan kapal cepat KM Arbey Jaya milik JOB Pertamina-JNS Ltd pada 24 April 2001 yang dilakukan oleh OTK di wilayah perairan Teluk Aru, Pangkalansusu. Peristiwa itu terjadi ketika petugas JOB Costa sedang melakukan tugas pengecekan sumur migas lepas pantai (off shore) di perairan tidak jauh dari Pelsus Migas Pertamina Pangkalansusu. Kapal itu berhasil dikuasai oleh 5 OTK bersenjata api pistol jenis FN dan granat tangan, setelah salah seorang OTK menodongkan pistol ke nakhoda kapal dan membawa kabur kapal berikut ABK nya ke arah perairan Aceh Timur.

Gangguan keamanan di perairan lepas pantai Teluk Aru Pangkalansusu dan di perbatas Aceh Timur mulai marak dilakukan oleh OTK yang diantaranya adalah peristiwa OTK memberondong perahu nelayan Belawan di perairan Langkat pada Kamis, 24 Oktober 2002, 3 orang nelayan tertembak.

Pembajakan dan penyanderaan ABK KM Cipta Indah dan KM Melati yang merupakan kapal carteran perusahaan industri kayu lapis PT AFR (RGM) Besitang, dan peristiwa gangguan lainnya yang tidak sempat tercatat oleh penulis.

Sebelum terjadi pergolakan politik di Aceh, kegiatan operasional DOK PB/PS cukup ramai dan padat. Tetapi ketika marak aksi perompakan dan penculikan ABK kapal di perairan Kabupaten Langkat dan sekitarnya, maka secara otomatis berdampak terhadap kegiatan operasional DOK PB/PS sehingga menjadi sepi karena tidak ada kapal yang mau melakukan perbaikan (docking) di Pangkalansusu. Para pemilik kapal lebih memilih untuk docking ke galangan kapal di Belawan, Dumai atau ke Singapura.

Setelah situasi kondusif, denyut nadi Dock Yard Pertamina DOK PB/PS mulai berjalan walaupun terasa masih lamban. Namun Alhamdulillah, kini kami sudah bisa mendapatkan untung dan tidak perlu lagi disubsidi oleh pusat hanya untuk membayar gaji karyawan dan tenaga kerja kontrak (outsourching) yang sekitar 80 orang.

Chairul Anwar ketika itu merasa optimis bahwa kiprah Dock Yard PB/PS akan berjaya kembali bila didukung oleh para pemilik kapal untuk memperbaiki kapalnya di galangan kapal Pangkalansusu (floating dock) dan di Slipway Pangkalan Brandan, mengingat fasilitas dan sarana yang dimiliki oleh Dock Yard  PB/PS Pangkalansusu adalah yang terlengkap bila dibandingkan dengan usaha sejenis di Sumatera Utara. Ungkap Ka.DOK PB/PS itu mengakhiri perbincangannya dengan penulis di ruang kerjanya pada Rabu, 15 September 2010.

Namun apa yang mau dikatakan lagi, walau upaya mempromosikan keberadaan dan kehandalan para tenaga kerja (tenaga ahli/skill yang bersertifikat) Pertamina DOK PB/PS sudah dilakukan sampai ke luar daerah, seperti Sibolga dan Aceh, tapi tampaknya tidak ada respon dari para pemilik kapal di daerah untuk memperbaiki kapal mereka di galangan kapal Pertamina DOK PB/PS Pangkalansusu, sehingga mengakibatkan Pertamina DOK PB/PS bagaikan “mati-suri.”

Ditutup

Setelah 50 tahun beroperasi mengemban tugas perusahaan untuk melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan kapal milik Pertamina dan milik swasta sejak tahun 1967 akhirnya Pertamina DOK PB/PS (Pangkalan Brandan-Pangkalansusu) yang berkantor di Jalan DOK PB/PS Pangkalansusu, Kecamatan Pangkalansusu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara secara resmi telah menghentikan semua kegiatan operasionalnya sejak akhir Desember 2017, menyusul ditutupnya Pertamina Unit Pengolahan I Pangkalan Brandan belasan tahun lalu.

Penghentian kegiatan operasional Pertamina DOK PB/PS dilakukan oleh pihak Pertamina Pusat setelah melalui pengkajian secara mendalam sejak beberapa tahun terakhir ini, apakah galangan kapal di Pangkalansusu dan Pangkalan Berandan akan dipertahankan keberadaannya atau ditutup.  Akhirnya diputuskan ditutup juga.

Sejak Agustus 2017 sudah tidak ada lagi aktivitas di Pertamina DOK PB/PS. Semua pekerja pegawai DOK PB/PS sudah dimutasikan, dan tenaga kerja outsourching sudah dialihfungsikan ke beberapa wilayah kerja Pertamina lainnya. Sedangkan menurut sumber terpercaya tinggal 12 orang tenaga kerja outsourching yang bertahan di DOK PB/PS Pangkalansusu untuk menjaga aset perusahaan. Tetapi kini (November 2018) yang tersisa tinggal 9 orang (4 orang di Pangkalan Brandan dan 5 orang di Pangkalansusu).

[caption id="attachment_1194" align="aligncenter" width="600"] Rumah dinas Pertamina DOK di jln Mahakam Raya Bukit Kunci Pangkalansuu dirusak OTK. Foto Freddy Ilhamsyah PA[/caption]

Seperti yang telah penulisan sampai di awal tulisan ini setelah Manajemen Pertamina DOK melakukan kajian secara mendalam sejak beberapa tahun terakhir ini, apakah galangan kapal di Pangkalansusu dan Pangkalan Brandan akan dipertahankan keberadaannya atau ditutup.  Akhirnya diperoleh kata sepakat bahwa keberadaaan Pertamina DOK PB/PS sudah tidak dapat dipertahankan lagi alias dengan perasaan hati yang berat Pertamina DOK PB/PS terpaksa ditutup.

Satu hal yang patut diacungkan jempol untuk pimpinan Pertamina DOK baik di pusat (Jakarta) maupun di daerah (Pangkalansusu) yaitu, menjelang ditutup secara total Pertamina DOK PB/PS, pihak manajemen telah melakukan pembenahan terhadap tenaga kerja kontrak (outsourching) yang berjumlah sebanyak 61 orang yang umumnya masih berusia produktif dan memiliki skill (keahlian) di bidangnya masing-masing. Kalau mereka “dirumahkan”, maka keahliannya akan “terkubur” digerus masa, padahal tenaga mereka masih dibutuhkan oleh Pertamina.

Setelah melakukan musyawarah dan mufakat antara tim manajemen di fungsi lainnya (masih dalam jajaran Pertamina Pesero) kemudian dilakukan pertemuan dengan para pekerja outsourching terkait, maka sebagian besar dari mereka (outsourching) bersedia disalurkan ke berbagai daerah kerja Pertamina Persero.

Dari 61 tenaga kerja itu tercatat sebanyak 18 orang yang dirumahkan atas permintaan sendiri dan 3 orang memasuki usia pensiun. Sisanya sebanyak 28 orang dialihtugaskan ke beberapa wilayah kerja Pertamina Persero seperti di Siak (2 orang) dan Dumai (2 orang), di Pulau Sambu-Batam (14 orang), Teluk Kabung-Padang (3 orang), Arun (1 orang), Pulau Simeulue (1 orang) dan di Kualanamu-Belawan (5 orang). Sementara sebanyak 12 orang lain masih tetap bertahan di DOK PB/PS sampai berakhir atau ditutupnya secara total Pertamina DOK PB/PS pada akhir tahun 2017 (Desember).

Para pekerja outsourching itu adalah pekerja yang disalurkan oleh kontraktor jasa tenaga kerja PT Labuan Jaya, Pangkalansusu, dan kepada para pekerjanya pihak perusahaan telah menyelesaikan pembayaran seluruh kewajibannya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, ungkap H.Tarkun selaku pimpinan PT Labuan Raya pada penulis, Kamis (10/08/2017).

Sementara dari pihak Pertamina DOK PB/PS juga telah memberi sejumlah uang sebagai bingkisan “Tali-Asih” dan tanda peduli Pertamina terhadap pekerja tenaga kontrak yang sudah dianggap sebagai keluarga sendiri karena mereka sudah cukup lama bekerja di Pertamina DOK PB/PS baik di Pangkalansusu dan di Pangkalan Brandan. Ungkap Hartoyo (Ka. DOK PB/PS/Head of Dockyard Pangkalansusu/Pangkalan Brandan terakhir) kepada penulis sebelum mengakhiri masa baktinya di Pertamina DOK.

Unik

Sementara menurut hasil pengamatan penulis pada akhir Januari 2019 kondisi gedung perkantoran dan bangunan lainnya sudah tidak terurus lagi, apalagi kompleks perumahan karyawan Pertamina DOK PB/PS di jalan Merkaptan Pangkalansusu (5 kopel/10 pintu) yang telah kosong ditinggalkan penghuninya sudah hancur total karena “dijarah oleh OTK” termasuk satu kopel bangunan di jalan Mahakam 1 simpang jalan Merkaptan BK 425-A dan BK 425-B dan 2 kopel bangunan (4 pintu) di jalan Mahakam Raya simpang Mahakam 1 BK 426-A dan BK 426-B serta 1 kopel bangunan di jalan Mahakam Raya Ujung kawasan Puraka-III Bukit Kunci, Pangkalansusu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

[caption id="attachment_1193" align="aligncenter" width="600"] Rumah dinas Pertamina DOK PB/PS di jln Mahakam 1 BK-425-A dan B dirusak oleh OTK. Foto Freddy Ilhamsyah PA[/caption]

Berdasarkan hasil pemantauan penulis, dibangunan rumah dinas  jalan Makaham 1 BK 425-A dapat diketahui ada lebel/sticker yang menyatakan bahwa bangunan itu adalah merupakan Aset Tetap Pertamina dengan Nomor Aset mySAP/Unit: 000015177/Doc, Cost center A140 2006 dan kondisi DB

Yang jadi tanda-tanya besar bagi penulis, “penjarahan” bagian atas bangunan (hanya diambil kayu rangka atapnya saja termasuk kabel listrik) apakah memang atas instruksi pimpinan Pertamina DOK di Jakarta atau hanya inisiatip OTK ? Kalau memang benar ada instruksi atau persetujuan dari pimpinan Pertamina DOK Pusat di Jakarta, maka menurut penulis itu adalah tindakan yang konyol.

[caption id="attachment_1195" align="aligncenter" width="600"] Salah satu dari 5 kopel rumah dinas Pertamina DOK PB/PS di jln Merkaptan Pangkalansusu di rusak OTK. Foto Freddy Ilhamsyah PA[/caption]

Soalnya penjarahan bangunan itu dilakukan secara kasat mata di siang dan sore hari (kata sumber penulis). Sedangkan bangunan kosong lainnya di jalan yang sama tidak diganggu dan/atau dijarah oleh OTK. Mungkin mereka tahu kalau bangunan kosong itu masih dikelola oleh PT Pertamina EP Lapangan Pangkalansusu yang nota bene merupakan barang (aset) milik Negara ex Pertamina.

Itulah sekilas tentang kondisi dan keberadaan Pertamina DOK PB/PS berikut asetnya yang sudah beroperasi selama 50 tahun di Pangkalansusu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Pertamina DOK PB/PS Pangkalansusu yang kini tinggal kenangan.

Penutup

Yang jadi pertanyaan saat ini, apakah seluruh aset Pertamina DOK PB/PS khususnya bangunan perkantoran dan perbengkelan akan dialihgunakan/dialihfungsikan kepada pihak Pertamina EP Asset I Pangkalansusu Field atau kepada pihak Pertamina Perkapalan Pangkalansusu. Selain itu apakah peralatan mekanik dan aset lainnya akan dilelang sebagai peralatan yang masih bisa digunakan atau dilelang sebagai besi tua ?

Kalau rongsokan beberapa unit kapal tugboat yang kini sandar di bibir pantai dekat Floating Dock (galangan terapung) pasti akan dilelang sebagai besi tua seperti TB Engtak, TB Combi, TB Bula, TB Sele dan TB Komering.

[caption id="attachment_1196" align="aligncenter" width="600"] 9 kapal Tugboat sudah tidak laik berlayar siap dijadikan besi tua. Foto Freddy Ilhamsyah PA[/caption]

Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada 26 November 2018 terpantau ada sebanyak 7 kapal jenis Tugboat dan 3 kapal jenis Fireboat (FB) atau kapal pemadam kebakaran yang sudah tidak laik berlayar (termasuk surat kapal sudah mati) yang kini sandar di Dermaga Eks Japex Pangkalansusu (dermaga ujung) dekat Kantor Bea dan Cukai Pangkalansusu. Kapal itu masing-masing adalah TB Udawa III dan IV, TB Karim, TB Kampar, TB Masela, TB Serang, TB Kuda Laut, FB Wisnu IV, V dan VII

Info terkini menyatakan Floating Dock galangan kapal yang sudah tua itu tenggelam sedalam sekitar sekitar 2,5 meter sejak 4 Agustus 2017 lalu akibat bocor yang tidak dapat lagi dipompa untuk mengosongkan air yang masuk ke dalam palka pengapung.  Sampai 26 November 2018 belum terlihat ada upaya untuk mengapungkan kembali galangan kapal yang sudah tua itu.

Pertanyaan lain muncul, apakah galangan kapal yang sudah tidak layak pakai itu memang akan dijadikan besi tua termasuk dengan 15 kapal jenis Tugboat yang sudah tidak laik melaut ? Jawaban pastinya ada pada pihak terkait di Jakarta.

Kini Pertamina DOK PB/PS Pangkalaansusu hanya tinggal kenangan bagi warga Kabupaten Langkat khususnya warga Pangkalansusu. ***

Pangkalansusu, Selasa, 05 Februari 2019