Menteri KP, Sharif C.Sutardjo |
"Blue Economy" ini mampu menjadi referensi sebagai model pembangunan kelautan dan perikanan berkelanjutan untuk kesejahteraan rakyat, yang menitikberatkan pada pemanfaatan sumberdaya alam dengan mengikuti pola efisiensi alam namun menghasil produk dan nilai lebih besar, tanpa limbah, dan kepedulian social (social inclusiveness). Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C.Sutardjo di Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Provinsi Jawa Barat, Rabu (28/11).
Dalam siaran pers yang dikutip dari website KKP, Kepala Pusat
Data Statistik dan Informasi, Indra Sakti,
SE, MM menyebutkan, konsep “Blue Economy" merupakan
komponen penting di dalam rencana pembangunan kelautan dan perikanan Indonesia.
Konsep ini merupakan sebuah pendekatan secara komprehensif untuk mendorong
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dengan kerangka pikir seperti cara kerja
ekosistem Sebabnya, di dalam implementasi "blue economy" tidak hanya berkutat di masalah lingkungan,
melainkan bagaimana mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam untuk
meningkatkan kegiatan ekonomi secara berkelanjutan. Konsepsi tersebut berpegang
teguh pada inovasi dan kreatifitas untuk mengolah limbah menjadi bahan baku
sebuah produk (zero-waste).
Sehubungan
dengan hal tersebut, menurut menteri. Paradigma ini, membutuhkan sebuah inovasi
(cutting-edge) yang tidak hanya mampu
memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan, tetapi
inovasi-inovasi yang memanfaatkan limbah sebuah proses produksi menjadi barang
atau jasa. Blue Economy adalah sebuah
model bisnis yang mampu melipat-gandakan pendapatan (revenue), yang diikuti dengan dampak (multiplier effect) seperti penyerapan tenaga kerja dan peningkatkan
nilai tambah. Lantaran sifatnya yang non-linier dan efisien di dalam
memanfaatkan sumber daya dengan ongkos produksi lebih murah namun, harga dan
mutu produk lebih kompetitif.
Sebagai
langkah nyata, KKP bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) menyelenggarakan
seminar nasional bertajuk Blue economy
dan pembangunan nasional berkelanjutan. Kegiatan tersebut merupakan salah satu
wujud sinergitas KKP dengan Perguruan Tinggi dalam mencari format pembangunan
ekonomi nasional yang berkelanjutan yang diwarnai konsep Blue Economy. “IPB sebagai lembaga center of excellence memiliki kepakaran dalam dunia riset dan
pengembangan teknologi,” kata Sharif.
Seiring
dengan itu, diharapkan kegiatan dari seminar ini dapat memperkaya rencana aksi
penerapan kebijakan Blue Economy.
Indonesia sehingga dapat diusulkan menjadi bagian dari road-map pembangunan
2013-2025, sekaligus sebagai landasan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) sektor kelautan dan perikanan. Beberapa sektor yang perlu
dikoordinasikan dengan pihak terkait di dalam implentasi Blue Economy, diantaranya kelautan dan perikanan, transportasi
laut, industri maritim, wisata bahari, energi dan sumberdaya mineral.
“Kolaborasi dan integrasi antara dunia pendidikan atau riset, pemerintah dan
swasta adalah kunci dalam implementasi Blue
Economy,” ungkap Sharif.
KKP bersama
Direktur Blue Economy Holding KK. Gunter Pauli telah menyepakati 5 poin penting
di dalam pengembangan blue economy di Indonesia. Pertama, pemerintah akan
mengindentifikasi peluang-peluang investasi di sektor kelautan dan perikanan
yang dapat dikembangankan berbasis Blue
Economy. Kedua, mengembangkan usaha dan investasi berbasis model Blue Economy, yang dimulai dari
beberapa kegiatan utama seperti budidaya rumput laut, artemia, garam, pakan
ikan, perikanan tangkap, dan pengelolaan pulau-pulau kecil berkelanjutan yang
mengantisipasi isu ketahanan energi, pangan dan air bersih. Ketiga,
pengembangan sumber daya manusia di bidang kelautan dan perikanan melalui
pelatihan pemuda dan calon pengusaha-pengusaha muda. Keempat, pengembangan
dokumentasi dan materi Blue Economy
untuk publik dan terakhir upaya untuk mempromosikan penyelenggaraan dan
partisipasi bersama dalam pertemuan internasional.
Sejatinya,
prinsip-prinsip yang terkandung didalam blue economy, bertujuan untuk
mengefisiensi pemanfaatan sumber daya alam dengan menghasilkan lebih banyak
produk turunan dan produk lain terkait. Bahkan pendapatan produk-produk turunan
tersebut memberikan hasil jauh lebih besar dari produk awal. Selain itu,
yang penting adalah perubahan secara dramatis cara berbisnis dengan cara
berfikir (out of the box) yang
mengacu pada inovasi and kreativitas dalam berbisnis, diversifikasi produk,
sistem produksi, pemanfaatan teknologi, financial
engeneering, sehingga berpeluang untuk menciptakan pasar baru bagi
produk-produk yang dihasilkan. Untuk itu, KKP berupaya menciptakan iklim
investasi yang kondusif dan untuk menarik keterlibatan sektor swasta.
Sebagai
gambaran, Maroko telah mencatat keberhasilannya dalam mengadopsi Blue Economy. Negara tersebut mampu
membangun usaha penangkapan ikan berbasiskan masyarakat lokal yang mampu
melipat-gandakan pendapatan para nelayan hingga 5 kali lipat. Sementara
teknologi yang dikembangkan merupakan hasil adaptasi teknik yang digunakan paus
dan lumba-lumba dalam “menjaring” mangsa secara efektif dengan gelembung udara
(bubble). Selain itu,
dikembangkan juga teknologi kapal nelayan yang bebas bahan bakar fossil, sumber
energi di dapat dari penggunaan layar yang sekaligus berfungsi sebagai double-sided solar panel dan arus laut.
Paradigma tersebut sesuai untuk pengembangan usaha terintegrasi antara budidaya
udang, benih udang, mangrove, makanan ternak, usaha peternakan, kotoran ternak,
lalat, saliva, farmasi, dan rumput laut. Masing-masing produk mampu
meningkatkan revenue secara
signifikan sekaligus membuka kesempatan kerja masyarakat lokal.
Indonesia
sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia yang memiliki wilayah laut yang
sangat luas. Wilayah laut Indonesia dimulai dari laut teritorial, zona tambahan
(contiguous zone), Zona Ekonomi
Ekslusif (ZEE) sampai dengan Landas Kontinen (continental shelf). Wilayah tersebut memiliki sumberdaya alam yang
sangat berlimpah, baik sumber daya terbaharukan (renewable resources) seperti perikanan, terumbu karang dan mangrove
maupun sumberdaya tak terbaharukan (non-renewable
resources) seperti minyak bumi, gas, mineral dan bahan tambang lainnya.
Disamping itu, aktivitas ekonomi yang menggunakan media laut seperti pariwisata
dan perhubungan laut masih sangat terbuka untuk dikembangkan. Sebagai gambaran
potensi sumber daya kelautan yang dimiliki a.l. potensi perikanan tangkap
mencapai 6,5 juta ton ikan/tahun, potensi lahan budidaya laut lebih dari 12
juta ha, sekitar 70 persen dari 60 cekungan migas Indonesia berada di laut
dengan cadangan minyak bumi 9,1 milyar barrel. Selain itu, sekitar 80 persen
industri dan 59 persen kota berada di wilayah pesisir.
No comments:
Post a Comment