Bambang Soesatyo (Foto Antara) |
Jakarta
(ANTARA) - Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo menilai para pembantu
terdekat presiden tidak kapabel.
Mereka dinilai tak mampu memaknai kekecewaan Presiden Soesilo
Bambang Yudhoyono (SBY) yang terefleksikan dari pernyataannya tentang
kontroversi grasi untuk terpidana mati kasus narkoba, Meirika Franola alias
Ola.
"Presiden perlu mengingatkan para pembantu terdekatnya untuk
kembali fokus pada fungsi dan tugas masing-masing. Kalau mereka terus dibiarkan
bergerak liar seperti sekarang, presiden akan kecolongan lagi karena tidak
mendapatkan perlindungan maksimal dari para pembantu terdekatnya," katanya
di Jakarta, Minggu (18/11).
Menurut Bambang Soesatyo, ketika presiden secara terbuka
menyatakan tidak ingin menyalahkan siapa-siapa terkait kontroversi grasi Ola,
itu adalah pernyataan sikap seorang pimpinan eksekutif yang merasa sangat
kecewa, dan sudah teraniaya akibat kesalahan para pembantu terdekatnya.
Sayangnya, kata Bambang, para pembantu presiden tidak cerdas
memaknai esensi pernyataan ini.
"Itu sebabnya, saya menilai mereka tidak kapabel dalam
melayani dan melindungi presiden," kata Bambang.
Menurut Bambang, jika presiden menyatakan tidak ingin menyalahkan
siapa pun dan mengambil alih semua tanggung jawab atas ketidaklayakan grasi
Ola, presiden secara tidak langsung sudah menyatakan ada yang salah dalam
proses pengajuan usul hingga terbitnya keputusan grasi itu.
Bambang menilai kesalahan itu bersumber dari informasi tidak
akurat mengenai status Ola sebagai kurir narkoba.
"Sangat keterlaluan kalau sampai para pembantu terdekat
presiden tidak malu oleh pernyataan itu," kata Bambang.
Lebih lanjut Bambang menjelaskan para pembantu presiden seharusnya
mencari sumber kesalahan informasi itu. Dari pihak mana pun sumber
informasinya, para pembantu presiden wajib mengolah informasi itu terlebih
dahulu, melakukan cek ulang dan konfirmasi ke pihak-pihak terkait lainnya
sebelum direkomendasikan kepada presiden.
"Mereka seharusnya ekstra hati-hati mengingat MA sendiri
merekomendasikan presiden untuk menolak permohonan grasi Ola," kata
Bambang.
Namun, katanya, alih-alih malu dan mempertanggungjawabkan kesalahan
itu, para pembantu presiden justru sibuk dengan urusannya sendiri- sendiri.
Dalam
kasus ini, kata Bambang, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi justru sibuk
berdebat dengan Ketua MK, Mahfud MD, sementara Sekretaris Kabinet Dipo Alam
sibuk dengan agendanya sendiri.
"Saya menangkap kesan bahwa mereka sama sekali tidak
terpanggil untuk mempertanggungjawabkan kesalahan itu di hadapan presiden.
Mereka juga tidak peduli dengan presiden yang jelas-jelas sangat kecewa akibat
kesalahan itu," kata Bambang Soesatyo.
No comments:
Post a Comment