Phnom Penh, Kamboja: Pemerintah Indonesia
menyampaikan kembali kepedulian terhadap konflik Rohingya, serta berharap agar
kekerasan dapat diakhiri dan dicegah agar tidak terjadi lagi di masa mendatang.
"Kita ingin pemulihan hukum dan keamanan, law and order, juga dijalankan dan kita ingin Myanmar terus menggandeng PBB, Organisasi Kerja Sama Islam, dan ASEAN sendiri untuk ikut menyelesaikan masalah ini tanpa mengganggu kedaulatan dan keutuhan teritotrial Myanmar," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada keterangan persnya di Hotel Sofitel Phokeethra, Phnom Penh, Kamboja, Rabu (21/11) pagi.
"Apa yang Indonesia sampaikan disambut baik Presiden Thein Sein, dan bahkan saya sampaikan kemarin Indonesia akan terus memberikan bantuan, termasuk bantuan ke depan ini, khususnya mereka-mereka yang berada di pengungsian, di negara bagian Rhakine di Myanmar. Dan tentunya yang paling banyak adalah komunitas Rohingya yang memang harus mendapat bantuan kemanusiaan yang serius," SBY menjelaskan.
Pemerintah Indonesia terus mendukung gerakan demokratisasi dan pemajuan hak-hak asasi manusia di Myanmar. "Saudara masih ingat, dulu semua memberikan sanksi dan embargo, serta memutus hubungan dengan Myanmar. Indonesia diam-diam menjalin hubungan dengan otoritas Myanmar waktu itu dengan tujuan mendorong, mempersuasi agar terjadi perubahan, reformasi, demokratisasi. Yang dulunya negara lain menyangsikan apakah cara itu cocok, tapi sejarah menunjukkan bahwa pendekatan soft power seperti itu membuahkan hasil. Sekarang berdatangan semua ke Myanmar, Presiden dan Perdana Menteri dari negara-negara yang dulu mengisolasi, memberikan sanksi, dan embargo," Kepala Negara menambahkan.
"Ketika di Bali, orang mengatakan jangan diberikan kesempatan Myanmar untuk menjadi chairman, saya sebagai tuan rumah tidak setuju. Saya yakin, saya percaya pada Presiden Thein Sein pasti ada perubahan. Nah, setelah kita tetapkan sebagai chairman, berubah betul meskipun masih panjang yang mesti dilalui oleh Myanmar, tetapi trust sudah mulai terbangun. Juga saya sampaikan dukungan saya seraya mengingatkan demokratisasi dan penghormatan kepada HAM di Myanmar," ujar SBY.
Lebih lanjut, Presiden SBY menerangkan bahwa Indonesia sering terlibat pada conflict resolution, namun untuk kerja sama bidang ekonominya, negara-negara lain lebih cepat. "Oleh karena itulah kemarin saya pastikan Myanmar bekerja sama dalam bidang ekonomi dan dalam waktu dekat tim Indonesia akan berangkat ke Myanmar untuk menjajaki dan mencari peluang di bidang investasi, perdagangan, energi, pembangunan infrastruktur, termasuk pertanian. Ingat Myanmar salah satu negara yang memproduksi pangan utamanya beras dalam jumlah yang besar. Kita ingin kerja sama untuk kepentingan Indonesia dan Myanmar," ujar SBY.
"Saya juga akan mengutus Menlu untuk segera melakukan pertemuan dengan Menlu Myanmar untuk memastikan bantuan kemanusiaan yang tepat. Sekarang komunitas Rohingya banyak yang berasa di pengungsian, rumah-rumahnya hancur, dan banyak sekali kerusakan akibat konflik itu. Kita ingin memastikan bantuan kemanusiaan ini tepat, karena kita juga pernah punya konflik dulu. Bantuan kemanusiaan akan kita rumuskan dengan baik, apalagi Presiden Thein Sein kemarin resmi meminta bantuan kepada Indonesia. Nanti kita lihat seperti apa agar tepat sasaran," tandasnya. (sumber : www.presidenri.go.id)
"Kita ingin pemulihan hukum dan keamanan, law and order, juga dijalankan dan kita ingin Myanmar terus menggandeng PBB, Organisasi Kerja Sama Islam, dan ASEAN sendiri untuk ikut menyelesaikan masalah ini tanpa mengganggu kedaulatan dan keutuhan teritotrial Myanmar," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada keterangan persnya di Hotel Sofitel Phokeethra, Phnom Penh, Kamboja, Rabu (21/11) pagi.
"Apa yang Indonesia sampaikan disambut baik Presiden Thein Sein, dan bahkan saya sampaikan kemarin Indonesia akan terus memberikan bantuan, termasuk bantuan ke depan ini, khususnya mereka-mereka yang berada di pengungsian, di negara bagian Rhakine di Myanmar. Dan tentunya yang paling banyak adalah komunitas Rohingya yang memang harus mendapat bantuan kemanusiaan yang serius," SBY menjelaskan.
Pemerintah Indonesia terus mendukung gerakan demokratisasi dan pemajuan hak-hak asasi manusia di Myanmar. "Saudara masih ingat, dulu semua memberikan sanksi dan embargo, serta memutus hubungan dengan Myanmar. Indonesia diam-diam menjalin hubungan dengan otoritas Myanmar waktu itu dengan tujuan mendorong, mempersuasi agar terjadi perubahan, reformasi, demokratisasi. Yang dulunya negara lain menyangsikan apakah cara itu cocok, tapi sejarah menunjukkan bahwa pendekatan soft power seperti itu membuahkan hasil. Sekarang berdatangan semua ke Myanmar, Presiden dan Perdana Menteri dari negara-negara yang dulu mengisolasi, memberikan sanksi, dan embargo," Kepala Negara menambahkan.
"Ketika di Bali, orang mengatakan jangan diberikan kesempatan Myanmar untuk menjadi chairman, saya sebagai tuan rumah tidak setuju. Saya yakin, saya percaya pada Presiden Thein Sein pasti ada perubahan. Nah, setelah kita tetapkan sebagai chairman, berubah betul meskipun masih panjang yang mesti dilalui oleh Myanmar, tetapi trust sudah mulai terbangun. Juga saya sampaikan dukungan saya seraya mengingatkan demokratisasi dan penghormatan kepada HAM di Myanmar," ujar SBY.
Lebih lanjut, Presiden SBY menerangkan bahwa Indonesia sering terlibat pada conflict resolution, namun untuk kerja sama bidang ekonominya, negara-negara lain lebih cepat. "Oleh karena itulah kemarin saya pastikan Myanmar bekerja sama dalam bidang ekonomi dan dalam waktu dekat tim Indonesia akan berangkat ke Myanmar untuk menjajaki dan mencari peluang di bidang investasi, perdagangan, energi, pembangunan infrastruktur, termasuk pertanian. Ingat Myanmar salah satu negara yang memproduksi pangan utamanya beras dalam jumlah yang besar. Kita ingin kerja sama untuk kepentingan Indonesia dan Myanmar," ujar SBY.
"Saya juga akan mengutus Menlu untuk segera melakukan pertemuan dengan Menlu Myanmar untuk memastikan bantuan kemanusiaan yang tepat. Sekarang komunitas Rohingya banyak yang berasa di pengungsian, rumah-rumahnya hancur, dan banyak sekali kerusakan akibat konflik itu. Kita ingin memastikan bantuan kemanusiaan ini tepat, karena kita juga pernah punya konflik dulu. Bantuan kemanusiaan akan kita rumuskan dengan baik, apalagi Presiden Thein Sein kemarin resmi meminta bantuan kepada Indonesia. Nanti kita lihat seperti apa agar tepat sasaran," tandasnya. (sumber : www.presidenri.go.id)
No comments:
Post a Comment