Nusa Dua – Sebanyak lima perjanjian jual beli gas
(PJBG) ditandatangani saat pembukaan acara Gas Information Exchange in
the Western Pacific Area (GASEX) 2012 yang diselenggarakan di Nusa
Dua, Bali, Selasa (9/10). Seluruh kontrak diperuntukkan untuk memenuhi
kebutuhan domestik, khususnya kelistrikan.
“Potensi penambahan pendapatan Negara selama periode
konrak sebesar US$ 192 juta,” kata Kepala BPMIGAS, R. Priyono. Hadir
menyaksikan penandatangan tersebut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM), Jero Wacik.
Kontrak yang ditandatangani antara lain antara PT.
Pengembangan Investasi Riau dengan JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang.
Pengaliran gas dimulai 1 November 2012 sebesar 7 hingga 16 miliar british
thermal unit per hari (BBTuD) selama tujuh tahun. Perkiraan pendapatan
Negara untuk kontrak ini mencapai US$ 110 juta. Kontrak lainnya diperuntukkan
untuk sektor kelistrikan di Nunukan, Kalimantan Timur. Perusahaan Daerah Nusa
Serambi Persada dan JOB Pertamina – Medco Simenggaris sepakat untuk mengalirkan
gas sebesar 2,5 hingga 5 BBTuD mulai tahun 2013 selama 11 tahun. Perkiraan
pemdapatan Negara sebesar US$ 45,6 juta.
Priyono mengungkapkan, khusus untuk memenuhi kebutuhan
kelistrikan dan industri untuk daerah, BPMIGAS memberikan hak istimewa (privillage)
bagi daerah untuk mendapatkan gas. ”Tentunya dengan mempertimbangkan
keekonomian lapangan dan kemampuan daerah,” katanya.
BPMIGAS berkomitmen untuk meningkatkan pasokan gas
untuk domestik. Tahun 2011 lalu, volume yang dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri sebesar 3.177 BBTUD atau sekitar 44 persen dari lifting
gas. Dibanding volume gas dalam negeri lima tahun lalu besaran tersebut
meningkat 200 persen. “Tahun 2012 ini akan semakin meningkat lagi,” kata dia.
Untuk tahun ini, beberapa kontrak perjanjian jual beli
gas untuk domestik ditandatangani. Salah satunya, pada akhir Mei lalu, sebanyak
16 kontraktor kontrak kerja sama (KKS) telah menyatakan komitmen untuk memasok compressed
natural gas (CNG) ke 21 perusahaan daerah yang tersebar mulai dari
Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi.
Hanya saja, Priyono mengingatkan,
industri hulu migas tidak memiliki fleksibilitas memanfaatan gas yang diproduksikan
untuk konsumen dalam negeri apabila infrastruktur yang lengkap tidak terwujud.
“Pembangunan infrastruktur harus dipercepat. Terlebih ke depan akan lebih
banyak proyek gas yang berproduksi,” katanya. (bpmigas)
No comments:
Post a Comment