Wednesday, 19 December 2012

Pidato Penganugerahan Doktor Honoris Causa


Saya Belajar dari Kegagalan dan Keberhasilan

Presiden SBY dan PM Malaysia Mohd Najib Tun Abdul Razak melakukan pertemuan empat mata di Kantor PM Malaysia, di Putra Jaya, Selasa (18/12) malam. Setelah itu, keduanya memimpin delegasi masing-masing dalam Pertemuan Konsultasi Tahunan ke-9 antara Indonesia-Malaysia. Kedua negara sepakat untuk menuju hubungan yang lebih baik. (foto: abror/presidensby.info)
Kuala Lumpur, Malaysia: Isu keamanan dan perdamaian tak terpisahkan dari 43 tahun karir Presiden Susilo Bambang Yudhyono, baik sejak berdinas aktif di militer, maupun menjadi menteri dan kini presiden. Pengalaman menunjukkan bahwa sukses sebuah misi perdamaian sering banyak bergantung pada pendekatan personal. 

"Suksesnya suatu misi perdamaian tidaklah semata-mata ditentukan oleh strategi dan kebijakan yang tepat, serta pendekatan dan negosiasi yang efektif, ataupun segi-segi yang bersifat formal dan struktural, melainkan personal roles and engagement sering sangat menentukan," kata Presiden SBY dalam pidato penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Utara Malaysia, di Istana Negara Malaysia, Kuala Lumpur, Rabu (19/12) pagi. Presiden SBY mendapat gelar kehormatan Phd bidang kepeminpinan dalam perdamaian.

Menurut Presiden, isu perdamaian telah menjadi isu bagi orang-seorang, komunitas, negara, bahkan dunia. "Berbicara tentang peace atau perdamaian, setidaknya kita berbicara tentang tiga hal mendasar," Presiden SBY menambahkan.

Pertama, berkaitan dengan makna dan hakikat perdamaian. Presiden menyampaikan pengalamannya selama 30 tahun mengabdi sebagai perwira militer, kemudian 4 tahun menjadi menteri senior yang membidangi politik, hukum dan keamanan, dan hampir 9 tahun memimpin Indonesia. Bidang keamanan dan perdamaian telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam rangkaian tugas dan pengabdiannya. Peran dan keterlibatan personal sering menentukan dalam misi-misi perdamaian.

Hal kedua adalah menyangkut apa yang harus dilakukan oleh sebuah negara untuk menjaga dan menegakkan keamanan dan perdamaian di negaranya masing-masing. "Dalam kaitan ini, terus terang saya belajar banyak ketika saya mendapatkan kesempatan sejarah untuk menjadi salah satu pejabat senior militer dalam misi perdamaian PBB di Bosnia, 18 tahun yang lalu," SBY bercerita.

Kemudian, SBY juga terlibat aktif dalam mengakhiri konflik bersenjata di Aceh, tujuh tahun yang lalu. Juga menyelesaikan residu masalah Timor Leste dengan Indonesia, lima tahun yang lalu. "Saya banyak belajar dari kegagalan dan keberhasilan serta dari tantangan dalam upaya membangun perdamaian dalam artian yang luas," SBY menjelaskan.

Dan ketiga adalah bagaimana pula kawasan dan dunia bisa bekerja sama untuk menciptakan dunia yang lebih aman dan damai. Dalam lingkup internasional, suasana aman dan damai disamping ditandai dengan terbebas atau rendahnya intensitas peperangan dan berbagai aksi kekerasan, juga bisa diukur dari hubungan antarbangsa.

"Itulah hakikat dan makna 'peace' yang sesungguhnya. Fenomena dan realitas kehidupan seperti itu pulalah, baik dalam lingkup orang-seorang, masyarakat, negara maupun dunia, yang diharapkan oleh manusia sejagad dan bangsa-bangsa di dunia. Sebuah kehidupan yang teduh, aman, dan damai," ujar Presiden SBY. (www.presidenri.go.id)


No comments:

Post a Comment