Thursday 27 December 2012

Perkiraan Realisasi Penerimaan Negara Dari Sektor ESDM Sebesar Rp 415,20 Triliun

Menteri ESDM Jero Wacik
JAKARTA, Telukharunews - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik pada hari ini, Rabu (26/12) menggelar jumpa pers terkait Kinerja Sektor ESDM Tahun 2012. Dikemukakan, sektor ESDM masih menjadi penggerak utama roda perekonomian nasional. Baik sebagai sumber penerimaan negara, pembangunan daerah, investasi, subsidi, energi dan bahan baku domestik, serta efek berantai termasuk menciptakan lapangan kerja, yang secara tidak langsung akan memperbaiki HDI (Human Development Index).

Kepala Biro Hukum dan Humas ESDM, Susyanto dalam siaran persnya menyebutkan, pada tahun 2012, sektor ESDM mencatatkan perkiraan realisasi penerimaan negara sebesar Rp 415,20 Triliun. Angka ini mencapai 103 % dari target penerimaan pada APBN-P Tahun 2012 sebesar Rp 404,68 T. Sedang dibanding dengan realisasi 2011 sebesar Rp 387,97 T, angka tersebut mencapai 107 %. Persen.

Sub sektor migas masih menjadi penyumbang terbesar yaitu sebesar Rp 289 T (104 % dari target APBN-P). Berikutnya adalah sub sektor pertambangan umum sebesar Rp 123, 59 T (98 % terhadap target APBN-P), sub sektor panas bumi sebesar Rp 0,74 T (212 % dari target APBN-P) dan lainnya Rp 1,87 T (235 % dari target APBN-P).

Sektor ESDM juga memberikan peran dalam menarik investasi. Pada 2012, perkiraan realisasi investasi mencapai 28,34 Miliar US$. Subsektor migas juga menjadi pennggerak investasi terbesar dengan nilai sebesar 18,21 Miliar US$. Berikutnya sub sektor ketenagalistrikan sebesar 5,62 Miliar US$, minerba sebesar 4,20 Miliar US$ dan EBT sebesar 0,31 Miliar US$.

Sub sektor migas

Penerimaan sub sektor migas terutama disumbang oleh produksi minyak mentah dan gas bumi. Pada 2012, perkiraan realisasi produksi minyak mentah sebesar 860 ribu barel per day (bpd) atau 92 % dibanding target sebesar 930 bpd.  Sedang proyeksi realisasi produksi gas bumi sebesar 8.196 MMSCFD atau 92 % dari target.

Pada APBN-P 2012, proyeksi harga minyak mentah (ICP) sebesar 105 US$/barel. Dalam perkembangannya, harga minyak mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada bulan Maret 2012 yang mencapai sebesar 128 US$/barel. Namun pada bulan Juni turun menjadi sekitar 99,08 US$/barel. Sehingga harga rata-rata ICP selama Januari 2012 hingga 24 Desember 2012 sebesar 112,7 US$/barel. Pada tahun 2013 diproyeksikan sebesar 100 US$/barel.

Penyaluran BBM bersubsidi selama 2012 mencapai 45,27 juta KL, melebihi kuota APBN-P sebesar 40 juta KL. Peningkatan ini terutama disebabkan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor akibat peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selama 2012 harga BBM tidak dinaikan karena sesuai APBN-P 2012 harga ICP selama 6 bulan terakhir 2012 tidak melampaui 15 % dari  asumsi dalam APBN-P sebesar US$ 105/barel.

Perkiraan realisasi penyaluran BBM bersubsidi yang melampaui target membuat realisasi subsidi energi juga melebihi target APBN-P 2012. Dari target subsidi BBM sebesar Rp 137,4 T, perkiraan realisasi sebesar Rp 216,8. Jika ditambah dengan perkiraan realisasi subsidi listrik sebesar Rp 93 T (target Rp 65 T), maka perkiraan realisasi subsidi energy secara keseluruhan mencapai Rp 309,8 T (137 % dari target) atau sekitar 18 % dari APBN-P2012.

Pada tahun 2013, subsidi energi diproyeksikan turun menjadi sebesar Rp 272,4 T. Terdiri dari subsidi BBM sebesar Rp 193,8 T dan subsidi listrik sebesar Rp 78,6 T. Hal ini dengan mempertimbangkan bahwa pada tahun 2013 dilakukan penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) sebesar 15 persen secara bertahap kecuali untuk golongan pelanggan 450) VA dan 900 VA.

Meski nilai subsidi energi mengalami kecenderungan meningkat, namun neraca sektor ESDM masih positif. Artinya penerimaan sektor ESDM masih lebih besar dibanding subsidi energi. Pada tahun 2012, untuk subsidi energi sebesar Rp 309,78 T, penerimaan sektor ESDM mencapai Rp 415,2 T. Sedang pada 2013 diperkirakan dari subsidi energi sebesar Rp 272,44 T, penerimaan sektor ESDM mencapai Rp 403,36 T.

Pada tahun 2012 pasokan gas untuk domestik mengalami kenaikan yang berarti. Jika tahun 2011 alokasi gas untuk dalam negeri sebesar 3,267 Miliar British Thermal Unit Per Day (BBTUD), maka tahun 2012 meningkatkan menjadi 3,615 BBTUD. Tahun 2013, volumenya masih meningkat, diproyeksikan menjadi 4,020 BBTUD.

Sub sektor kelistrikan


Selama 2012 realisasi pertumbuhan permintaan listrik mencapai 8,4 %. Sedang rasio elektrifikasi mencapai 75,83%, lebih tinggi dari target sebesar 75,3%. Sedang jika dibandingkan dengan tahun 2011 naik sebesar 2,9 %. Adapun rasio desa berlistrik menjadi 96,70 % naik dibanding tahun 2011 sebesar 96,02 %. Untuk tahun 2013 rasio desa berlistrik diproyeksikan menjadi 97,80 %.

Total realisasi kapasitas terpasang hingga 2012 mencapai 43.879 MW, sedikit lebih rendah dari target sebesar 44.224 MW. Namun meningkat dibanding tahun 2011 sebesar 40.000 MW. Tambahan kapasitas pembangkit sebesar 3.879,2 MW ini antara lain berasal dari PLTU Lontar Unit 2&3, PLTU Paiton, PLTU Kendari, PLTU Amurang, PLTP Ulubelu Unit 1, PLTU Cirebon, PLTU Tanjung Jati B Unit 4, PLTU Paiton Unit 3, PLTU Jeneponto, PLTM Bonehau dan PLTM Panaran.

Sub Sektor Energi Baru Terbarukan (EBT)

Pemerintah terus mendorong pengembangan EBT. Sejumlah kebijakan telah dikeluarkan guna memacu investasi dan pengembangan EBT antara lain feed in tariff untuk panas bumi sebesar 10-18,5 sen US$/kWh pada Agustus 2012.  Saat ini sedang dikaji untuk menyiapkan kebijakan feed in tariff PLT Mini dan Mikro Hydro, PLT Sampah Kota, PLTS dan PLT Bayu.

Selama 2012 juga telah dilakukan pembangunan proyek-proyek EBTKE antara lain, PLTS 100 MW yang melibatkan Samsung dan Sharp, PLTU Biomass (2 x 15 MW) di Medan, PLT Biogas POME (3,9 MW) di Kebon Tandun PTPN V dan Siak, Riau, PLTMH (APBN), PLTMH (APBN/DAK), PLTS di Bali, PLTS di NTB dan sebagainya Sedang realisasi produksi biodiesel mencapai 2 juta KL naik 37 % dibanding 2011. Adapun penyerapan prosentase campuran BBN pada BBM bersubsidi naik dari 5% menjadi 7,5%.

Sub Sektor Mineral dan Batubara

Selama tahun 2012 produksi batubara mencapai 386 juta ton atau sebesar 109 % dari produksi 2011 yang mencapai 353 juta ton. Dari produksi tahun 2012 tersebut sebesar 82 juta ton untuk kebutuhan dalam negeri dan sebesar 304 juta ton untuk ekspor. Pada tahun 2013 produksi diperkirakan mencapai 391 juta ton dengan alokasi DMO sebesar 74,32 juta ton. Naik dibanding DMO 2012 sebesar 67,3 juta ton.

Untuk produk mineral lain selama tahun 2012 realisasi produksi adalah konsentrat tembaga sebesar 804 ribu ton (naik dibanding tahun 2011: 618 ribu ton), emas 66 ton (turun dibanding tahun 2011: 78 ton), timah 91 ribu ton (naik dibanding 2011: 54 ribu ton), bijih nikel 35 juta ton (naik dibanding tahun 2011 sebesar 33 juta ton), ferro nikel 19 ribu ton (tahun 2011: 18 ribu ton), bauksit 29 juta ton (201: 41 juta ton) dan bijih besi 10 juta ton (2011 sebesar 11 juta ton).

Bauran Energi (Energy mix)


Perkembangan bauran energy (energy mix) selama tahun 2012 mengalami perkembangan yang berarti. Porsi Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami penurunan seiring dengan peningkatan pemanfaatan batubara dan EBT. Bauran energi tahun 2012 adalah BBM (13,83 %), Bio Diesel dan EBT (0,52%), hydro (6,29 %), panas bumi (4,79 %), gas (23,18 %) dan Batubara (51,40 %). Pada tahun 2011 BBM masih menyumbang 22,95%.

Proporsi atau bauran energi yang lebih memberikan porsi peran batubara dan mendorong peran EBT terus dilakukan. Untuk itu tahun 2013 diproyeksikan bauran energi menjadi BBM turun menjadi 9,70 %, bio diesel dan EBT menjadi 0,52 %, hydro menjadi 6,19 %, panas bumi naik menjadi 4,80 %, gas menjadi 22,12 %, batubara naik menjadi 56,66 %.

No comments:

Post a Comment