JAKARTA - Kuota volume BBM Bersubsdi tahun 2012 akan habis sebelum
akhir tahun, kekurangan BBM bersubsidi tahun ini bukan karena perencanaan yang
kurang matang namun diyakini karena disparitas harga yang tinggi, pertumbuhan
ekonomi dan perilaku yang belum hemat energy. Berdasarkan daerah penyalurannya,
dari 33 provinsi di Tanah Air, 23 provinsi di antaranya telah mengalami
kelebihan kuota dengan rata-rata realisasi penyaluran 107% dimana DKI Jakarta
dan Jawa Barat mengalami kelebihan penyaluran paling besar, yaitu masing-masing
128% dan 116%.
“Yang menyebabkan over kuota, tahun ini konstalasi terhadap tahun lalu yang konsumsi BBM Bersubsidi 41,7 juta Kl, ketika tahun lalu 41,7 juta KL ditambah ada penambahan mobil mendekati 1000.000, motor 7.000.000 tahun ini, industri bertambah kemudian kebutuhan individu bertambah maka akibatnya, kita akan ada penambahan ekuivalen dengan tahun lalu menjadi 45,7 juta Kl, tetapi karena kita sudah melakukan penghematan yang disebarkan seluruh Indonesia, dimana untuk Jabodetabek sejak bulan Juni mobil dinas dan BUMN dan BUMD tidak boleh menggunakan BBM Bersubsdidi, Jawa Bali sejak bulan Agustus dan perkebunan dan pertambangan sejak bulan September, akibat daripada kegiatan itu, maka tahun ini, kira-kira bukan lagi 45,7 juta Kl jadi 44 juta Kl, namun kita punya catatan di APBN waktu itu, rencananya bukan di 45,7 atau 46 justru pakai 40 mengapa?, karena waktu itu rencananya BBM Bersubsidi akan dinaikan, ech ...tiba-tiba BBMnya tidak naik 40nya tetap dipegang, maka 40 itu tidak bisa tercapai,” ujar Wakil Menteri ESDM, Rudi Rubiandini dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi nasional, Kamis (13/9/2012).
“Ketika kita ikuti, di bulan Juni saja kuota BBM sudah terpakai 21,7 juta Kl, berarti kira-kira kita membutuhkan BBM Bersubsidi 43,4 ditambah 1 semester tambahan mobil dan motor maka jatuhlah perkiraan kita di 44 juta Kl , oleh karena itu kita meminta tambahan kepada DPR 4 juta Kl lagi untuk tahun ini,” lanjut Rudi.
khusus untuk Jakarta Rudi menambahkan, “kuota BBM Bersubsidi untuk Jakarta itu ternyata akan habis kira-kira 15 September ini, kalau 15 September ini kuota BBM Bersubsidi habis, normalnya pada tanggal 16 temen-teman kita di Jakarta harus menggunakan non subsidi, maka kita harus cari solusinya untuk permasalahan ini”.
Selanjutnya Rudi menambahkan, jangka panjang, untuk energy security anak cucu kita agar dapat terjamin, maka kita harus menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT), kita tambahkan biofuel, biosolar, untuk kelistrikan kita gunakan matahari, geothermal, angin dan lainnya, akan tetapi semua EBT itu mati, dan tidak bisa tumbuh selama pesaingnya yaitu BBM itu masih disubsidi sehingga membuat disparitas harga BBM Bersubsidi dengan Non Subsidi menjadi tinggi.
“Jika disparitas terlalu tinggi, jangankan menggiring pengguna premium ke pertamax yang pertamax saja kembali menggunakan premium,” imbuhnya lagi.
Menurut Rudi, yang membuat volume BBM naik yaitu disparitas harga, meningkatnya pertumbuhan dan ketiga perilaku kurang hemat, yang dilakukan pemerintah sekarang adalah melakukan penghematan dan hal ini sudah dilakukan, kemudian disparitas, ini harus menunggu apakah kita mau menaikkan harga minimal hingga menyentuh harga 6000, dengan menaikkannya secara bertahap. "Didunia ini hanya belasan negara saja yang masih harga BBMnya 4500 lebih bawah yang lainnya ratusan negara lainnya sudah diatas.di ASEAN saja, negara GDPnya dibawah Indonesia seperti Thailand, Vietnam harga BBM sudah 12000-14000, Indonesia ini sudah sekarang net importir juga mensubsidi tidak apa-apa tapi jangan jor-joran dari 9800 kok cuma 4500," tutur Wamen.
Pemerintah belum berencana menaikkan harga BBM bersubsidi tahun 2013. Namun penggunaannya akan diperketat, termasuk juga menyiapkan teknologi informasi untuk pengawasannya. (esdm)
“Yang menyebabkan over kuota, tahun ini konstalasi terhadap tahun lalu yang konsumsi BBM Bersubsidi 41,7 juta Kl, ketika tahun lalu 41,7 juta KL ditambah ada penambahan mobil mendekati 1000.000, motor 7.000.000 tahun ini, industri bertambah kemudian kebutuhan individu bertambah maka akibatnya, kita akan ada penambahan ekuivalen dengan tahun lalu menjadi 45,7 juta Kl, tetapi karena kita sudah melakukan penghematan yang disebarkan seluruh Indonesia, dimana untuk Jabodetabek sejak bulan Juni mobil dinas dan BUMN dan BUMD tidak boleh menggunakan BBM Bersubsdidi, Jawa Bali sejak bulan Agustus dan perkebunan dan pertambangan sejak bulan September, akibat daripada kegiatan itu, maka tahun ini, kira-kira bukan lagi 45,7 juta Kl jadi 44 juta Kl, namun kita punya catatan di APBN waktu itu, rencananya bukan di 45,7 atau 46 justru pakai 40 mengapa?, karena waktu itu rencananya BBM Bersubsidi akan dinaikan, ech ...tiba-tiba BBMnya tidak naik 40nya tetap dipegang, maka 40 itu tidak bisa tercapai,” ujar Wakil Menteri ESDM, Rudi Rubiandini dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi nasional, Kamis (13/9/2012).
“Ketika kita ikuti, di bulan Juni saja kuota BBM sudah terpakai 21,7 juta Kl, berarti kira-kira kita membutuhkan BBM Bersubsidi 43,4 ditambah 1 semester tambahan mobil dan motor maka jatuhlah perkiraan kita di 44 juta Kl , oleh karena itu kita meminta tambahan kepada DPR 4 juta Kl lagi untuk tahun ini,” lanjut Rudi.
khusus untuk Jakarta Rudi menambahkan, “kuota BBM Bersubsidi untuk Jakarta itu ternyata akan habis kira-kira 15 September ini, kalau 15 September ini kuota BBM Bersubsidi habis, normalnya pada tanggal 16 temen-teman kita di Jakarta harus menggunakan non subsidi, maka kita harus cari solusinya untuk permasalahan ini”.
Selanjutnya Rudi menambahkan, jangka panjang, untuk energy security anak cucu kita agar dapat terjamin, maka kita harus menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT), kita tambahkan biofuel, biosolar, untuk kelistrikan kita gunakan matahari, geothermal, angin dan lainnya, akan tetapi semua EBT itu mati, dan tidak bisa tumbuh selama pesaingnya yaitu BBM itu masih disubsidi sehingga membuat disparitas harga BBM Bersubsidi dengan Non Subsidi menjadi tinggi.
“Jika disparitas terlalu tinggi, jangankan menggiring pengguna premium ke pertamax yang pertamax saja kembali menggunakan premium,” imbuhnya lagi.
Menurut Rudi, yang membuat volume BBM naik yaitu disparitas harga, meningkatnya pertumbuhan dan ketiga perilaku kurang hemat, yang dilakukan pemerintah sekarang adalah melakukan penghematan dan hal ini sudah dilakukan, kemudian disparitas, ini harus menunggu apakah kita mau menaikkan harga minimal hingga menyentuh harga 6000, dengan menaikkannya secara bertahap. "Didunia ini hanya belasan negara saja yang masih harga BBMnya 4500 lebih bawah yang lainnya ratusan negara lainnya sudah diatas.di ASEAN saja, negara GDPnya dibawah Indonesia seperti Thailand, Vietnam harga BBM sudah 12000-14000, Indonesia ini sudah sekarang net importir juga mensubsidi tidak apa-apa tapi jangan jor-joran dari 9800 kok cuma 4500," tutur Wamen.
Pemerintah belum berencana menaikkan harga BBM bersubsidi tahun 2013. Namun penggunaannya akan diperketat, termasuk juga menyiapkan teknologi informasi untuk pengawasannya. (esdm)
No comments:
Post a Comment