Tuesday 18 September 2012

Menteri ESDM : Disparitas Tinggi, Rawan Penyelewengan


PHNOM PENH – Pertemuan The 30th SOME and it’s Associated Meetings  yang membahas berbagai issue dan kerjasama energi di kawasan regional telah berakhir. Pertemuan selain menghasilkan kesepakatan ASEAN Plan of Actions for Energy Cooperation 2010-2015 juga sepakat untuk menekankan energy security.

“Bagi indonesia energy security menjadi prioritas, Indonesia beruntung karena Indonesia memiliki hampir semua energi baru terbarukan, kita memiliki panas bumi, hydropower, matahari, biomassa, angin, tenaga laut, dan sampah kita punya. Sekarang kita harus gerakan secara masif sehingga kita memiliki sumber energi baru terbarukan”. ujar Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik.

Seluruh peserta yang terdiri dari menteri energi baik yang ASEAN + 3 (China, Korea dan Jepang) dan EAS ASIA summit (Negara anggota ASEAN dan New Zealand, Australia, India, Jepang, Korea, Rusia serta Amerika), menyepakati semua negara konsen energy security, sesuai dengan tema ASEAN Green Conectivity, penggunaan energi harus dijaga, seminimal mungkin energi yang digunakan ramah lingkungan.  Terutama Indonesia harus mengamankan lingkungannya. Sekarang  kebutuhan energi batubara terus meningkat, yang perlu diwaspadai adalah masalah pencemaran lingkungan. Pemanfaatan batubara dengan teknologi clean coal diharapkan dapat lebih menjamin kelestarian lingkungan.

Kesepakatan pertemuan lainnya adalah, Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah AMEM ke-31 tahun depan. Penyelenggaraan SOME (Senior Officials Meeting on Energy)  akan diselenggarakan di Jakarta dan Penyelenggaraan AMEM di Bali. Bagi Indonesia ini adalah kepercayaan, kita siapkan dengan baik.

Menteri ESDM Jero Wacik menyatakan, bahwa ada sekitar 20 CEO dan perwakilan perusahaan-perusahaan minyak dunia yang ingin bertemu dengan MESDM. “ Kita seperti gadis cantik, banyak yang ingin bertemu. Mereka ingin berinvestasi karena Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi sekitar  6%, adanya pasar energi yang luas dan sumber energi yang melimpah. Menteri ESDM akan mengupayakan kemudahan dalam melakukan investasi di bidang Energi baru terbarukan. Selama ini lambatnya investasi di bidang energi baru terbarukan karena harga energi fosil masih murah,” pungkas Wacik.

Energy berbasis fosil di Indonesia lanjut Wacik, dikalangan negara-negara ASEAN, Indonesia paling murah. Menteri mencontohkan, Kamboja, Bahan Bakar Minyak seharga Rp. 10.000 , Laos PDR, Rp. 11.000, Malaysia, Rp. 7.100, Myanmar Rp. 7.000, Filiphina Rp. 9.800, Brunei Darussalam, untuk warga asing Rp. 11.000 dan Rp. 5.200 warga negara Brunei Darussalam.

Selanjutnya, Thailand, Bahan Bakar Minyak seharga Rp. 16.100, Vietnam, Rp. 7.700, Singapore, Bahan Bakar Minyak seharga Rp. 13.600.

“Harga BBM kita terlalu murah, sehingga disparitas tinggi dengan negara lain, sehingga mudah terjadi penyelundupan.  Data harga BBM berbagai negara ASEAN ini akan dijadikan referensi dalam pembahasan dengan DPR,” imbuhnya lagi. (esdm)

No comments:

Post a Comment