Monday 17 June 2013

Presiden SBY: Kekerasan Mengatasnamakan Agama Harus Kita Tolak

Presiden SBY melepas pawai Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXV di Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Denpasar, Sabtu (15/6) siang. PKB sendiri akan resmi dibuka malam nanti di Taman Budaya, Denpasar. Tahun ini, Papua mengirimkan tim keseniannya. (foto: abror/presiodenri.go.id)

DENPASAR, Bali - Bangsa Indonesia harus tegas dan keras kepada siapapun yang merusak persatuan, kerukunan, dan toleransi. "Segala bentuk kekerasan yang mengatasnamakan agama atau identitas apapun harus ditolak," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Presiden menyampaikan hal tersebut dalam sambutan pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXV, sekaligus Pembukaan 2nd World Hindu Summit di Taman Budaya, Denpasar, Bali, Sabtu (15/6) malam.

Tindakan merusak toleransi tersebut, lanjut Presiden, bukanlah nilai, karakter, dan jati diri Indonesia. "Bangsa yang majemuk yang harus senantiasa menjunjung tinggi dan mengimplementasikan sasanti Bhineka Tunggal Ika," Presiden menambahkan.

Kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk hendaknya dilihat sebagai rahmat yang harus disyukuri. Namun kemajemukan itu juga harus dikelola dengan arif agar tidak menjadi konflik.

"Menjadi sumpah dan kewajiban kita bersama untuk terus menjaga persatuan, kerukunan, dan toleransi di tengah keragaman yang kita miliki," SBY menegaskan.

Pada tahun 2005, Presiden SBY melakukan pertemuan dengan tokoh agama dan adat di Bali. Saat itu, Presiden menyampaikan untuk tidak perlu ada jarak dan pertentangan diantara komponen bangsa termasuk antara kaum mayoritas dan minoritas. "Kita semua adalah keluarga besar bangsa Indonesia," ujar SBY.

Pada bagian lain sambutannya, Presiden SBY mengingatkan kepada semua elemen bangsa tentang pentingnya melestarikan seni dan budaya Indonesia. Upaya pelestarian seni dan budaya bangsa harus digalakkan di tengah kehidupan yang semakin modern dan dunia yang dinamis serta semakin terintegrasi dalam globalisasi.

Twitter: @websitepresiden

No comments:

Post a Comment