Tuesday 12 February 2013

Presiden SBY Ajak Pers Gunakan Kekuasaan dengan Amanah


Presiden SBY menandatangani prasasti Monumen dan Museum Mendur Bersaudara. Foto kanan : Presiden SBY dan Ibu Ani bersama pimpinan media, pada peringatan ke-28 HPN di Manado, Sulut, Senin (11/2) siang. (foto: abror/presidensby.info)
Manado: Kekuasaan selalu mengundang godaan. Oleh karena itu, Presiden mengingatkan agar pers sebagai salah satu pilar demokrasi selalu menggunakan kekuasaannya dengan penuh amanah dan bertanggung jawab.

"Dimanapun di dunia ini, pemegang kekuasaan selalu menghadapi godaan. Oleh karena itu saya selalu menganjurkan dan mengajak kita semua untuk pandai-pandai, dengan penuh amanah, mengunakan kekuasaan itu untuk sebesar-besar kepentingan rakyat," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutan puncak peringatan ke-28 Hari Pers Nasional (HPN) di Grand Kawanua Ballroom, Hotel Novotel, Manado, Sulawesi Utara, Senin (11/2) pukul 14.00 WITA.

Presiden SBY kemudian menuturkan kisah Napoleon Bonaparte. Panglima perang Perancis itu pernah mengatakan bahwa pena wartawan lebih tajam dan mematikan dibanding pedang. Mengacu pada relevansi tersebut pena haruslah digunakan untuk mematikan kejahatan dan menghidupkan kebaikan. "Kalau kita salah salah menggunakan pedang atau pena maka akan menimbulkan malapetaka dan ketidakadilan," ujar SBY. 

"Kita membunuh dan menusuk secara sembarangan tentu itu menimbulkan ketidakadilan. Setetes darah dari siapapun yang ditusuk baik dari pedang atau pena, padahal orang itu tidak bersalah, maka akan berubah menjadi ketidakadilan," Kepala Negara mengingatkan.

Menyimak Kritik Pers dan Pengamat

Selain itu Presiden juga berharap pers dapat menyuarakan dua hal penting. Yakni, agar pers bersikap kritis dan objektif, serta membangun optimisme dan keyakinan bangsa.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan ini pada bagian lain sambutannya saat menghadiri peringatan ke-28 Hari Pers Nasional (HPN) di Grand Kawanua Ballroom, Hotel Novotel, Manado, Sulawesi Utara, Senin (11/2) siang.

Poin pertama, merupakan kewajiban moral bagi pers untuk mengkritisi dan mengkoreksi apa yang dilakukan oleh negara dan pemerintah. "Saya selalu menyimak kritik pers dan pengamat, misalnya terhadap masih banyaknya kasus korupsi, belum baiknya birokrasi, kurang responsifnya aparat keamanan untuk menanggulangi kekerasan, dan banyaknya pemberikan izin yang bermasalah dan tumpang tindih di tingkat daerah," Presiden SBY menjelaskan. 

"Semua itu saya dengar. Saya berharap semua lembaga negara beserta pejabatnya mendengarkan, menyimak, dan menjadikannya sebagai masukan untuk perbaikan di dalam mengelola kehidupan bernegara dan menjalan roda pemerintah," SBY menambahkan.

Kedua, di tengah masih banyaknya kekurangan dan ketidakberhasilan, tidak sedikit pula keberhasialan yang kita capai. "Yang dicapai negara ini, yang hakikatnya juga keberhasilan kita semua sejak negeri kita mengalami krisis besar 15 tahun yang lalu," kata Kepala Negara.

Kalau tidak ada keduanya, lanjut SBY, rakyat Indonesia akan bingung dan mempertanyakan mengapa pihak internasional dan pers asing yang juga terkenal kritis, mau dan mengkritik Indonesia, tetapi di sisi lain mereka juga berani memberikan apresiasi bila capaian kita bagus. "Ini barangkali kita kurang murah hati untuk melakukan hal itu," ujar Presiden.

Dalam setiap peringatan HPN, Presiden SBY selalu melihat adanya semangat untuk perbaikan dan pembaharuan dari insan pers. Presiden juga mengucapkan terima kasih atas kontribusi pers dan media dalam memekarkan kehidupan demokrasi di Indonesia. 

Pada kesempatan ini, Presiden SBY menandatangani prasasti Monumen dan Museum Alex Impurung Mendur dan Frans Soemarto Mendur. "Mari kita teladani kepahlawanan, kepedulian, dan apa yang dilakukan mereka untuk negerinya pada masa-masa yang paling bersejarah," kata Presiden SBY.

Sebelumnya, Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Margiono dalam laporanya mengatakan, rangkaian kegiatan peringatan HPN 2013 ini telah dimulai sejak 2 Febuari. HPN disii oleh sejumlah kegiatan sepertiworkshop yang Museum Rekor Indonesia (Muri) dinobatkan sebagai yang terbesar di dunia. Ada pula dialog, sepeda santai, donor darah, hiburan untuk rakyat, pameran foto yang dipusatkan di Manado Town Square, dan pemeran buku wartawan. HPN 2013 juga menganugerahi Presiden ke 3 RI BJ Habibie medali emas kemerdekaan pers.

Presiden SBY menerima buku Karya Jurnalistik Indonesia dari Ketua Umum PWI Margiono. Sedangkan Dewan Pers memberikan pengharaan untuk beberapa kategori kepada insan pers atas karya-karyanya.

Sumber : www.presidenri.go.id


No comments:

Post a Comment