Friday 13 April 2012

Balitbang ESDM Selenggarakan Deep Offshore Forum

MWPS Platform of Total E&P Indonesie. by Seth Villaflor
JAKARTA - Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral bersama dengan TOTAL E&P INDONESIE menyelenggarakan “Deep Offshore Forum” di Jakarta pada tanggal 11-12 April 2012. Acara yang dibuka Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Evita Legowo ini merupakan tindak lanjut Nota Kesepahaman antara Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM dengan Total E&P Indonesie mengenai Penelitian dan Pengembangan dalam Teknologi Minyak dan Gas Bumi, yang telah ditandatangani pada tanggal 20 Desember 2011 di Jakarta. 

Nota kesepahaman tersebut bertujuan untuk saling bersinergi dalam mengembangkan kemampuan kedua pihak dalam pelaksanaan kerja sama penelitian dan pengembangan di bidang teknologi minyak dan gas bumi, dengan ruang lingkup kegiatan yang meliputi geosience umum, teknologi perminyakan, teknologi penunjang migas, laboratorium dan lindungan lingkungan.

Melalui tukar menukar pengetahuan dan pengalaman mengenai pengembangan teknologi laut dalam, Kepala Badan Litbang ESDM, Bambang Dwiyanto mengharapkan agar TOTAL E&P Indonesie dan Badan Litbang ESDM dapat berbagi pengalaman agar tenaga ahli Indonesia bidang migas dapat mencari solusi bagi pengembangan teknologi masa depan untuk menggali cadangan minyak dan gas bumi di laut dalam di Indonesia.

Badan Litbang ESDM menggandeng TOTAL E&P Indonesie mengingat perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan multinasional yang berpengalaman eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi di laut dalam, TOTAL E&P Indonesie telah melakukan sejumlah eksplorasi laut dalam, di antaranya di Laut Utara, Angola,  Nigeria dan Indonesia. Di tanah air, TOTAL E&P Indonesie telah memulai ekplorasi laut dalam di tiga blok cekungan lepas pantai Selat Makassar bagian selatan dengan kedalaman air berkisar antara 400 sampai dua ribu meter, yaitu  KKS Sageri, KKS South Sageri dan KKS Sadang

Eksplorasi ke wilayah laut dalam cukup menarik meskipun tantangannya juga rumit karena memerlukan inventasi sangat besar, penguasaan teknologi pencitraan bawah permukaan yang sangat canggih, penguasaan teknologi tinggi untuk produksi dan instalasi serta erobosan teknologi untuk menyalurkan hasil produksi. Namun demikian potensi migas wilayah laut dalam di Indonesia cukup besar untuk dieksplorasi secara intensif, misalnya di Selat Makassar, Kepulauan Natuna dan di Indonesia Bagian Timur.

Para investor dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) diajak untuk memberikan perhatian yang serius terhadap wilayah kerja penambangan minyak dan gas bumi yang terletak di laut dalam, mengingat pengembangan wilayah tersebut memerlukan kerja sama, modal dan teknologi. Guna menarik investor, Evita menyatakan bahwa pemerintah menawarkan bagi hasil yang menarik, pembebasan bea masuk, pembebasan kewajiban menyampaikan komitmen pasti.

Insentif bagi hasil eksplorasi minyak untuk pemerintah mencapai 65% dan investor sebesar 35%, sedangkan untuk ekplorasi gas, perbandingannya 60% bagi pemerintah dan 40% investor. Pemerintah juga berjanji memberikan pembebasan bea masuk dan meniadakan kewajiban bagi KKKS untuk menyampaikan komitmen pasti berupa pemboran eksplorasi pada 3 tahun pertama. KKKS hanya diwajibkan melaksanakan survei seismik dan kontraknya dibatasi maksimal 3 tahun. Saat ini Kementeri ESDM juga sedang mengupayakan pembebasan pajak bumi dan bangunan bagi kegiatan eksplorasi kepada Kementerian Keuangan. (www.esdm.go.id)


No comments:

Post a Comment