Sunday 29 May 2011

Ratusan Etnis Tionghoa Teluk Haru Langkat Rayakan Hari Waisak 2555

THNews.com

Dengan mengambil thema “ Semua yang terkondisi tidak abadi. Dengan eling, berjuanglah untuk pembebasan” tidak kurang dari 300 warga etnis Tionghua sewilayah Teluk Haru merayakan Hari Waisak 2555 BE yang dipusatkan di Vihara Cetiya Sakyamuni jalan HOS Cokroaminoto Pangkalansusu, Sabtu (28/5)

Dalam acara itu Yang Ariya Bhikkhu Punnajato dari Medan menyampaikan tuntunan Tisarana dan Pancasila yang kemudian dilanjutkan dengan membacakan Paritta-paritta Suci meliputi Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, Saccakiriya Gatha dan Meditasi.

Sebelum meditasi diakhiri, Rina, Sag selaku pemimpin kebaktian penyampaian renungan Waisaka 2555 BE antara lain mengatakan, Hari Raya Vesakha mengingatkan kita pada tiga peristiwa agung yang terjadi dalam kehidupan Buddha Gotama, yaitu kelahiran, pencerahan sempurna, dan kemangkatan beliau.

1.Kelahiran Siddhattha, calon Buddha, pada hari purnama siddhi bulan Vesakha tahun 623 SM di Taman Lumbini, Nepal. 2.Pencerahan Sempurna Buddha pada hari purnama siddhi bulan Vesahk tahun 588 SM di bawah Pohon Bodhi, Bodhgaya, India. 3.Sedangkan kemangkatan Buddha pada hari purnama siddhi bulan Vesakha tahun 543 SM di Kushinara, India.

“Ketiga peristiwa itu mengandung nilai-nilai keutamaan kebenaran Dhamma yang sangat dihormati dan diyakini umat Buddha. Nilai pengorbanan hidup, nilai kebijaksanaan hidup, dan nilai kesempurnaan hidup, yang semuanya telah dilakukan dan diajarkan Guru Agung Buddha. Oleh sebab itu, Vesakha-puja sesungguhnya memuliakan Guru Agung Buddha yang telah hadir di tengah-tengah dunia untuk mengabarkan kebenaran,” kata Rina.
Lebih lanjut dikatakannya, dewasa ini keberadaan kebenaran Dhamma, bersamaan dengan perkembangan dunia yang terus mengalami perubahan memiliki dampak positif terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan dampak negatifnya, yaitu terhadap perangai sikap dan tindak-tanduk manusia. Akibatnya, muncullah pandangan picik, penyalagunaan kekuasaan, dan kehausan nafsu yang merajalela di mana-mana.
Konflik pribadi, konflik sosial bahkan konflik hidup sangat mudah terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Konflik pribadi antara niat baik dan keinginan buruk mudah terkondisikan; konflik sosial terjadi diantara indivudu, keluarga, kelompok masyarakat yang saling bertikai, sedangkan konflik lingkungan hidup terjadi antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Semua konflik itu menimbulkan penderitaan, baik derita individu, derita masyarakat maupun derita lingkungan hidup.
Konflik yang terjadi sebenarnya dapat diatasi apabila manusia memiliki kedamaian dalam hidupnya. Sedangkan kedamaian membutuhkan kondisi yang menyebabkannya terjadi. Tekad teguh untuk menghayati kebenaran Dhamma akan mengkondisikan timbulnya penyelasaian konflik.

“Buddha mengatakan, tidak ada kebahagiaan yang lebih tinggi daripada kedamaian,” ujar Rina.
Usai kebhaktian acara dilanjutkan dengan Pemandian Buddharupam (I Fo), prosesi lilin keliling kota, dan acara kesenian Waisak berupa Nyanyian Waisak, Tarian Daerah, Tarian Modern dan membaca puisi yang dilaksanakan oleh putra-putri Buddhis dari Pangkalan Brandan dan Pangkalansusu.

Sebagai penutup, Rina, SAg yang juga adalah pembina anak-anak dan muda-mudi Buddhis Kabupaten Langkat menyampaikan apresiasi kepada pengurus Vihara Cetiya Sakyamuni Pangkalansusu dan Wanita Buddhis Indonesia, Kabupaten Langkat yang telah bekerja keras menyukseskan acara Perayaan Hari Waisak 2555 BE di Pangkalansusu.

No comments:

Post a Comment