Foto: Reuters |
JAKARTA, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said
memberikan tugas Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi dan Direktur Jenderal Minyak
dan Gas Bumi, I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja untuk mencari konsultan independen
yang memiliki reputasi internasional untuk melakukan kajian lebih dalam semua
opsi yang ada terkait pengembangan proyek Masela.
“Konsultan tersebut selanjutnya diminta memberikan rekomendasi
profesional sebagai pertimbangan pemerintah mengambil keputusan,” kata Amien di
Jakarta, Rabu (7/10).
Sebelumnya, SKK Migas telah membentuk unit percepatan untuk melakukan
evaluasi dan pembandingan terkait proyek Masela. Hasilnya, opsi pembangungan
kilang gas alam cair (LNG) di darat dan kilang terapung LNG (FLNG) di laut
dapat diterapkan untuk pengembangan proyek tersebut. Secara parelel, Shell dan
INPEX melakukan evaluasi pengembangan Lapangan Abadi dibuat dalam dua skenario,
yaitu darat dan laut. Hasilnya, dengan kapasitas tahunan kilang sebesar 7,5
metrik ton per tahun, biaya kapital untuk membangun kilang di darat sebesar
US$19,3 miliar dan di laut sebanyak US$14,8 miliar. Sementara biaya operasional
per tahun untuk kilang di darat diperkirakan sebesar US$356 juta dan di laut
sebesar US$304 juta.
SKK Migas menerima pengajuan revisi rencana pengembangan lapangan (plan
of development/PoD) 1, Lapangan Abadi, Blok Masela dari Kontraktor Kontrak
Kerja Sama (Kontraktor KKS), INPEX pada 2 September 2015. PoD-1 Lapangan Abadi
sebelumnya telah disetujui oleh Menteri ESDM pada akhir 2010. INPEX mengajukan
revisi PoD-1 karena adanya penambahan cadangan akibat keberhasilan pengeboran
lanjutan. Beberapa perubahan dari persetujuan PoD-1 sebelumnya antara lain
jumlah cadangan terbukti, kapasitas kilang, serta produksi gas dan kondensat.
Dalam revisi itu, INPEX tetap mengajukan pembangunan FLNG sebagai opsi pertama.
Sesuai hasil evaluasi, SKK Migas kemudian merekomendasikan revisi PoD-1
tersebut untuk mendapat persetujuan Menteri ESDM. “Jadi, keputusan persetujuan
revisi PoD-1 Lapangan akan menunggu rampungnya kajian dari konsultan
independen,” kata Amien.
Dia berharap, penunjukan dan kajian konsultan independen dapat
terlaksanakan secepat mungkin. Dengan demikian, proyek segera diputuskan
menggunakan skenario apa dan dapat segera dieksekusi pembangunannya.
Menurutnya, dalam mempertimbangkan pengembangan lapagan gas, SKK Migas beserta
mitranya harus melakukan penghitungan tata waktu produksi pertama (onstream)
dengan melihat kompetitor penghasil LNG yang lain agar Indonesia bisa
mendapatkan pasar yang ekonomis. Sebagai informasi, saat ini sedang dilakukan
pengembangan proyek LNG di beberapa wilayah di sekitar Indonesia, yaitu
Lapangan Gorgon, Itchis, dan Prelude di Australia Utara.***
Sumber: SKKMigas
No comments:
Post a Comment