Sunday 20 November 2011

BNPT Sosialisasi Anti Terorisme Di Pangkalansusu

Islam tidak pernah mengajari untuk melakukan tindak kekerasan (Mayjen TNI H.Agus Surya Bhakti)

TelukHaruNews

Deputi-I Badan Nasional Penaggulangan Teroris (BNPT) Mayjen TNI H.Agus Surya Bhakti bersama Direktur Pencegahan Terorisme, Brigjen Pol Esa Permadi menggelar Sosialisasi Pencegahan Terorisme kepada seratusan siswa-siswi tingkat SMP, SMU sederajat serta para tokoh masyarakat dari berbagai etnis, pemuka agama, para lurah dan kepala desa, pimpinan BUMN (Pertamina EP Pangkalansusu & JOB Costa) serta unsur kepemudaan di Gedung Serba Guna Pangkalansusu, Sabtu (19/11).

Dalam paparannya, Agus menjelaskan fungsi dan tugas BNPT dalam mengantisipasi dan menindak aksi teroris, yaitu Deputi I bertugas melakukan upaya pencegahan agar teroris itu tidak terjadi lagi. Apabila Deputi-I (Pencegahan Terorisme) tidak berhasil melakukan pencegahan, maka Deputi-II (Penindakan dan Kesiapsiagaan Nasional) yang melakukan penindakan. Sedangkan Deputi-III tugasnya melakukan kerjasama internasional karena terorisme adalah musuh utama internasional. Dari ketiga fungsi tugas tersebut yang menjadi titik point utama adalah upaya melakukan pencegahan agar teroris itu tidak terjadi lagi.

Mayjen TNI H.Agus Surya Bhakti

“Kita mengira sudah aman dan tenang-tenang saja, rupanya terjadi lagi di Cirebon, di masjidnya polisi pula. Kemudian menyusul aksi teroris di gereja. Ke depan kita tidak tahu akan terjadi di mana lagi,” kata jenderal bintang dua asal Stabat itu.

Yang jelas, menurut alumni Kopasus yang pernah mengatasi kerusuhan di Aceh beberapa tahun lalu, teroris itu melaku perencanaan berada di tengah-tengah masyarakat, dan masyarakat pasti ada yang melihat dan mendengar, karena mereka berada di dalam komunitas masyarakat. Oleh sebab itu upaya pencegahan itu menjadi amat penting.

Dalam acara yang juga dihadiri oleh unsur Muspika Plus dan Satuan Marinir, Deputi-I Mayjen H.Agus Surya Bhakti mengatakan, mungkin ada di antara yang hadir bertanya, kenapa pelaksanaan sosialisai anti terorisme ini dilakukan di Pangkalansusu, karena Pangkalansusu merupakan daerah potensil bagi masuknya pengaruh-pengaruh radikalisme. Kita lihat di Aceh, ada pelatihan teroris, di Medan ada perampokan bank dan sebagainya. Jadi daerah ini cukup rawan.

Selain itu, Agus juga menjelaskan, radikalisme adalah bibit-bibit terorisme. Radikal bermula dari kekerasan. Kekerasan bermula dari orang tidak puas, orang iri hati, dan ini dapat memicu orang untuk berbuat kekerasan.

Kalau dulu teroris itu murni, alasannya idiologis dan keyakinan. Dia memberi contoh, radikalisme ini bukan barang baru, kalau kita lihat sejarah masa lalu, ada Kartosuryo dengan Darul Islam. Di situlah mulai muncul bibit-bibit radikalisme, di mana Kartosuryo ingin mendirikan negara Islam, menjalankan syariat-syariat Islam, banyak pengikutnya, dan yang terkenal diantaranya adalah Abubakar Baasyir dan Abdulah Sungkar. Gerombolan itu berhasil ditumpas oleh TNI, Kartosuryo tewas. Tetapi ajarannya tidak mati bahkan mereka membentuk Darul Islam di Sumatera Utara, Aceh dan di Ujung Pandang.
Kanit Intel Polsek Pangkalansusu, Aipda TLP Marbun (2 kanan) foto bersama Mayjen TNI H.Agus Surya Bhakti (3 kanan).

Ketika Indonesia memasuki era orde baru, ada peraturan ISA (International Security Act). Peraturan ini sangat keras, sehingga mereka (penganut paham radikalisme, red) lari ke Malaysia, hidup sumbur di Malaysia. Pada saat yang bersamaan muncul intervensi Rusia di Afganistan (negara Islam), sehingga muncul solidaritas Islam di seluruh dunia terpanggil untuk membantu teman-temannya di Afganistan melawan Rusia, termasuk pemuda-pemuda Indonesia dari Darul Islam yang berada di Malaysia. Mereka berangkat ke Afganistan bertempur melawan Rusia karena sentimen agama. Mereka berjihad membela agamanya yang telah ditindas oleh Rusia pada masa itu. Inisiatipnya adalah semangat untuk membela Islam.

Sama juga pada masa Rasulullah, ketika agama Islam ditindas, mereka berjihad melawan sipenindas. Inisiatipnya adalah semangat untuk membela Islam. Akhirnya Rusia kalah.

Tetapi banyak hal yang mempengaruhi pemuda-pemuda Indonesia yang pernah bertempur melawan Rusia di Afganistan, mereka sudah pernah bergabung dengan para mujahit ajaran-ajaran Islam dari Pakistan, Timur Tengah dan aliran Al Qaidah yang ajaran-ajarannya sangat keras.

“Di situlah mereka terkontaminasi ajaran-ajaran Islam yang lebih keras dan lebih radikal,” kata Deputi-I BNPT.

Ketika orde baru tumbang muncul reformasi, demokratisasi, semua boleh bicara apa saja dalam era reformasi. Semua bisa bertindak apa saja. Pulanglah mereka ke Indonesia. Sejak itu mulailah tumbuh subur ajaran radikalisme aliran keras dan ajaran-ajaran terorisme di Indonesia. Para pemuda mantan pejuang di Afganistan terpecah jadi dua, satu pihak yang telah terkontaminasi dengan Al Qaidah menjadi Jemaah Islamiyah dan yang satunya lagi berpendapat tugas mereka membela agama di Afganistan sudah selesai, Rusia berhasil dikalahkan, mereka hidup damai lagi di Indonesia.

Sedangkan kelompok Jemaah Islamiyah tetap berpendirian Amerika dan sekutunya adalah musuh Islam termasuk Indonesia yang bersahabat dengan Amerika. Pemerintah Indonesia itu kafir, mari kita lawan pemerintah Indonesia. Akhirnya mereka membuat teror bom di Bali, di Hotel JW Marriot.

Di atas permukaan, Jamaah Islamiyah sudah hancur ditumpas Densus 88, tetapi akar permasalahannya belum selesai, justeru muncul terus semangat-semangat jihad versi lain. Karena kelihatannya perekonomian negara ini tidak ada kemajuan, lihat di tv beritanya terus menjelek-jelek Pemerintah, sinetron kekerasan, kekecewaan dsbnya. “Itulah yang terus meracuni pikiran anak-anak muda kita,” kata Agus.

Menyinggung mengenai masalah jihad, Deputi-I BNPT bidang Pencegahan Aksi Teroris menjelaskan, ada yang berpendapat bahwa ajaran-ajaran yang dianut para teroris adalah jihad fisabilillah. Apakah ini jamannya berperang ? Ada pula yang berpendapat, untuk menghancurkan orang. Apakah Islam mengajari orang untuk berbuat kekerasan ? Islam tidak pernah mengajari kita untuk melakukan tindak kekerasan, tetapi mengajari kita untuk melakukan kebaikan bagi umat manusia, bahkan bukan hanya untuk manusia, kepada alam dan segala isinya kita juga harus berlaku baik.

“Jadi, janganlah berpendapat kalau sudah membunuh sekian banyak orang,langsung masuk surga disambut bidadari. Jadi untuk apa saya susah-susah bekerja, saya bawa bom kemudian ditabrakkan, saya mati langsung masuk surga. Ini pemahaman yang tidak benar,” lanjut Agus.

Oleh sebab Deputi-I BNPT mengajak seluruh elemen masyarakat dan para orangtua untuk mengawasi tingkahlaku anak-anaknya agar tidak masuk perangkap tindak kekerasan, radikalisme apalagi terperangkap dalam jaringan terorisme.-Freddy Ilhamsyah PA

No comments:

Post a Comment