Saturday 8 November 2014

SPTN Wilayah VI Terjunkan Tim Gabungan Untuk Amankan Taman Nasional Gunung Leuser


Tampak dalam gambar sebagian kawasan Hutan Lindung Taman Nasional Gunung Leuser yang berada di wilayah Resort Sei Betung Besitang telah gundul dirusak oleh perambah. (Foto: THNews/JP)

BESITANG, Langkat (Telukharunews.com), Akibat kian maraknya aksi perambahan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di wilayah Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, pihak SPTN Wilayah IV telah mengirim Tim Gabungan untuk menyelamatkan TNGL dari aksi pengrusakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.

Hutan Lindung TNGL disebut juga sebagai paru-paru dunia yang sebagian wilayahnya berada di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara kondisinya saat ini sudah semakin rusak ditandai dengan adanya puluhan ribu hektar lahan TNGL telah disulap oleh sejumlah pengusaha termasuk masyarakat awam menjadi perkebunan kelapa sawit, rambung, coklat dan sebagainya.

“Kawasan TNGL yang telah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit berada di Kecamatan Sei Lepan, Sekoci, Cinta Raja, Kecamatan Besitang yang masuk dalam pengawasan SPTN Wilayah VI Besitang, Langkat,” ujar salah seorang petugas TNGL kepada beberapa wartawan saat meninjau lokasi TNGL di Resort Sei Betung yang luluh lantak dibabat orang-orang tidak bertanggungjawab, Kamis (6/11/2014).

Kepala SPTN (Seksi Pemolaan Taman Nasional) Wilayah VI, Tuahman Tarigan  mengatakan, khususnya di Resort Sei Betung Besitang, sebelumnya di antara enam wilayah TNGL yang berada di Kabupaten Langkat minim dari gangguan perambahan. Tetapi belakangan ini sekira 300 hektar kawasan tersebut sudah ludes dibabat oleh “mafia tanah” yang diduga disponsori oleh oknum pemilik modal dari luar Kabupaten Langkat.

Akibat perambahan liar ini telah menyebabkan kawasan TNGL menjadi gundul. Sebagian kayunya dijadikan kayu olahan dan sisa penebangan lainnya dibakar. Kemudian lahan tersebut ditanami palawija seperti pohon pisang, cabai dan tanaman muda lainnya. Ungkap Tuahman.

“Tidak seperti sebelumnya ketika kondisi hutan TNGL masih asri dan belum terjamah oleh para perambah liar,  kawasan ini menjadi kebanggaan masyarakat Langkat khususnya dan Indonesia pada umumnya termasuk Manca Negara,” sebut Tarigan.

Oleh sebab itu, tambah Tarigan, kami terjunkan Tim Gabungan terdiri dari petugas TNGL, Satuan Polisi Reaksi Cepat (SPORC) dan Kepolisian ke lapangan untuk mengantisipasi aksi perambahan hutan agar tidak semakin meluas. Tim gabungan ini akan melakukan sweeping tanpa batas waktu sampai daerah ini bebas dari perambah.

“Seluruh petugas Tim Gabungan  ditempatkan di lokasi kejadian dan mereka akan menempati pos yang telah didirikan untuk berjaga siang-malam hingga kawasan ini benar-benar aman dari gangguan para perambah,” kata Tarigan.

Masih menurut Tarigan, sesuai informasi yang diterima khususnya di Resort Sei Betung, para perambah  rata-rata  berasal dari luar kota yang tidak mengetahui asal usul lahan, kemungkinan mereka dijanjikan oleh oknum tertentu untuk memiliki lahan di areal hutan lindung tersebut.

Ketika disinggung mengenai upaya yang telah dilakukan agar kawasan hutan lindung disesuaikan kembali fungsimya sebagai paru-paru dunia, Tuahman menjelaskan bahwa di era Pemerintahan Presiden SBY pihaknya telah berupaya melakukan koordinasi dengan para pihak terkait, tetapi sampai saat ini belum terealisasi tindak nyatanya. Semoga di era Pemerintahan Presiden Joko Widodo semuanya dapat terealisasi sebagaimana yang diharapkan.

Sementara Kepala Resort Sei Betung TNGL Besitang, Sabar Sitanggang saat dikonfirmasi di lokasi yang sama menyatakan, illegal logging dan perambahan marak terjadi sejak awal Maret 2013 lalu. Pihaknya telah beberapa kali melakukan sweeping. Namun karena minimnya personil dan medan yang dilalui untuk menuju ke kawasan tersebut relatif sulit dan jauh, maka upaya penyergapan tidak berjalan secara maksimal. (fi)

No comments:

Post a Comment