Saturday 26 March 2011

Kumpulan Cerita Fabel Tiongkok Kuno Abad Ke XVI (seri-I)

Oleh : Freddy Ilhamsyah PA

Pengantar dari penulis :

Mengingat banyaknya minat pengunjung blog ini untuk membaca tulisan berjudul “ Apa Itu Fabel Tiongkok Kuno?”, maka penulis untuk merilis lagi beberapa Fabel yang merupakan bentuk tertinggi bagi kesusasteraan perumpamaan yang penulis rangkum dari buku “ Fabel Tiongkok Kuno” terbitan Pustaka Bahasa Asing Peking yang dicetak di China pada tahun 1958.

Semoga keingintahuan anda mengenai Fabel Tiongkok yang sudah tumbuh subur di Tiongkok antara abad ke 3 dan 4 sebelum Masehi (BC) dapat terpenuhi. Selamat membaca.

Ikan Di Dalam Lekukan Bekas Roda

Konon kisah ini dialami oleh keluarga Cuang Ce yang sangat miskin sehingga kehabisan beras. Kemudian diapun bergegas pergi ke rumah bangsawan terkaya di desa itu untuk meminjam beras. Setiba di rumah bangsawan itu, dia menyampaikan niatnya untuk meminjam beras.

“ Boleh. Tetapi tunggu sampai saya sudah selesai menagih uang sewa tanah, baru kupinjamkan uang perak 300 tahil kepadamu, setuju ?” ujar bangsawan itu.

Mendengar perkataan itu, Cuang Ce menjadi naik pitam, maka ia menyampaikan sebuah kiasan sebagai berikut :

Kemarin di tengah jalan, saya bertemu dengan seekor ikan yang terbaring lemas di dalam lekukan bekas roda pedati.

Ketika melihat saya datang, ikan itupun berteriak, “ Tuan, saya berasal dari Samudera Timur. Sungguh sial nasib saya hari ini bisa terjatuh ke dalam lekukan kering ini. Tidak lama lagi saya pasti mati. Tolonglah beri saya air satu timba saja,” pinta sang ikan.

Saya mengangguk-angguk menyanggupi permintaan itu sambil berkata, “ Baiklah. Kebetulan saya hendak pergi ke Selatan mengunjungi raja-raja di daerah itu, dan daerah itu terkenal sebagai negeri yang banyak airnya. Setiba di sana, saya pasti akan berusaha menyalurkan air Sungai Barat kemari untuk menolong anda.”

Mendengar perkataan saya, ikan itupun berkata, “ Ah ! Kalau sekarang tuan beri saya air satu timba, maka jiwa saya akan tertolong. Tetapi kalau menunggu air dari Sungai Barat yang akan dialirkan kesini, niscaya ketika itu tuan tidak akan bertemu saya disini, melainkan di pasar ikan.” (Cuang Ce)

Syak Wasangka

Sekali waktu adalah seorang kampung kehilangan kapak. Dia menduga kapaknya itu dicuri oleh anak tetangganya. Oleh sebab itu setiap hari dia mengamat-amati gerak-gerik anak itu. Terasa olehnya, bahwa tingkahlaku, air muka dan nada suara anak tetangganya itu lain dari biasanya. Dugaannya jadi bertabah kuat bahwa anak tetanggannya itu adalah pencuri kapaknya.

Selang beberapa hari kemudian, kapak yang disangka telah dicuri oleh anak tetangganya itu ternyata ditemukan kembali di lembah. Rupanya kapak itu tertinggal sewaktu dia menebang kayu di gunung.

Keesokan harinya, dia bertemu lagi dengan anak tetangganya itgu, dan diamat-amatinya pula gerak-gerik anak itu. Kini, anak itu tidak lagi seperti pencuri. (Lie Ce)

Resep Panjang Umur

Di suatu Ibukota, dari mulut ke mulut tersebarlah berita bahwa di atas sebuah gunung yang letaknya ribuan kilo meter dari kota itu bermukim seorang pendeta tua yang ahli mengenai ilmu panjang umur.

Berita itu terdengar oleh raja. Beliau segera menitahkan seorang menterinya mencari pendeta tua itu untuk meminta resep ajaib yang dapat membuat panjang umur.

Menteri itupun segera pergi mendaki gunung tempat pendeta tua bersemadi. Tetapi, sesampainya di puncak gunung, dia menemukan pendeta tua itu telah meninggal dunia belum lama berselang. Menteri itupun pulang dengan tangan hampa.

Setelah menerima laporan tersebut, sang Rajapun murka karena beliau menganggap bahwa menterinya berjalan lambat, sehingga pendeta tua itupun meninggal dunia. Akibatnya, menteri itu mendapat hukuman berat dari raja.

Kalau sang raja adalah orang yang bijaksana, seharusnya sang menteri tidak dihukum. Sebab kalau sang raja mau berpikir sejak, bagaimana pula seorang yang ahli meracik resep panjang umur bisa tidak luput dari kematian. Artinya apa, berita pendeta tua yang mahir membuat resep panjang umur itu adalah berita bohong. (Han Fei Ce)

Bertentangan Sendiri

Konon kabarnya, pada jaman dahulu ada seorang penjual tombak dan perisai. Sambil mengangkat perisainya, ia berteriak memuji-muji jualannya.

“Perisai ini adalah yang paling kokoh. Tidak ada senjata yang dapat menembusnya!”

Setelah itu, dia kembali memamerkan dan mempromosikan dagangan lainnya sambil berkata, “Tombak ini adalah yang paling tajam di negeri ini. Segala sesuatu akan tembus olehnya.”

Mendengar perkataan sipedagang, seorang yang berdiri di sampingnya merasa geli hatinya. “Bagaimana kalau perisaimu itu ditusuk dengan tombakmu?” Dia berceloteh sambil berlalu dari tempat itu.

Pedagang itupun terdiam seribu bahasa. (Han Fei Ce)

Pangkalansusu, 25 Maret 2011

No comments:

Post a Comment