Monday 15 November 2010

TUHAN JANGANLAH MEMBUAT AKU MENANGIS

Oleh : Inge S. Purwita

Pada suatu hari ada seorang anal laki-laki sedang mengikuti perlombaan mobil balap mainan. Hari itu suasananya sangat meriah karena telah memasuki babak final, dan yang tersisa hanya tinggal 5 orang lagi, termasuk Kevin, demikian nama anak itu.

Sebelum pertandingan dimulai, Kevin menundukkan kepala, melipat tangan sambil mulutnya berkomat-kamit memanjatkan doa.

Tidak lama berselang, pertandinganpun dimulai, ternyata mobil balap Kevin berhasil mengalahkan 4 orang rivalnya di garis finis. Hal ini membuat Kevin sangat gembira ketika menerima piala juara pertama.

Usai pembagian hadiah, ketua panitia pelaksana bertanya kepada Kevin, “ Hai Jagoan, tadi kamu pasti berdoa kepada Tuhan agar kamu menangkan ?” Kevin menjawab, “ Bukan pak, rasanya tidak adil minta kepada Tuhan untuk menolong mengalahkan orang lain. Aku hanya minta kepada Tuhan, supaya aku tidak menangis kalau aku kalah.” Semua hadirin terdiam ketika mendengar jawaban Kevin.

Keheningan tidak berlangsung lama karena tiba-tiba terdengar gemuruh tepukan tangan para penonton. Mereka menilai permohonan Kevin merupakan doa yang luar biasa, karena dia tidak meminta kepada Tuhan untuk mengabulkan semua permintaannya, tetapi dia berdoa agar diberikan kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi dengan hati yang kuat dan teguh.

Seringkali kita berdoa supaya Tuhan menggabulkan setiap permintaan kita. Kita ingin Tuhan menjadikan kita yang terbaik dalam setiap kesempatan. Kita minta agar Tuhan menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Hal itu memang tidak salah, tetapi bukankah semestinya yang kita butuhkan adalah bimbingan-Nya dan rencana-Nya yang paling sempurna dalam hidup kita ?

Seharusnya kita berdoa minta kekuatan untuk bisa menerima kehendak Tuhan sebagai yang terbaik dalam hidup dan kehidupan kita.

Kita adalah sahabat Allah

Memahami bahwa kita adalah sahabat Allah Yakobus 2:23 “ Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan ; Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran,” Karena itu Abraham disebut : Sahabat Allah,” (Amsal 17:17)

“ Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran,” Ketika benih iman itu kita terima dari Allah (inilah Anugrah Allah kepada kita), sesungguhnya kita telah disebut sebagai keturunan Abraham, bapa orang percaya itu. Selain Abraham disebut bapa orang percaya, ia juga disebut sebagai sahabat Allah juga menjadi sahabat Allah karena kita telah menerima benih iman dari Allah. Namun banyak orang tidak menyadari bahwa diri mereka sudah sahabat Allah. Mereka tidak menyadari jika selama ini Roh Kudus, Roh Penolong dan Penghibur yang telah berada di dalam diri mereka yang membuat mereka masih dapat bertahan.

Kita harus tahu bahwa Allah sebagai sahabat di dalam nama Tuhan Yesus oleh Roh Kudus tidak pernah meninggalkan kita ketika kita berada dalam kesukaran, tekanan dan penderitaan. Kekuatan kuasa tanganNyalah yang telah membuat kita tidak jatuh tergeletak dan mampu untuk membangkitkan semangat yang ada di dalam kita lagi. Walaupun sepertinya kita sudah jauh dari Tuhan dan hidup dalam kenajisan, namun Tuhan sebagai sahabat tidak pernah melepaskan tanganNya dari kita, Ia selalu ingin menarik kita kembali untuk hidup di jalan-jalan yang sudah ditetapkan, agar kita dapat mengalami janji-janji-Nya sesuai dengan rancangan-Nya atas kita.

Marilah kita terus belajar untuk tetap bersyukur kepada Tuhan, karena Ia telah menjadikan kita sebagai sahabat-Nya yang selalu menaruh kasih di setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran, dan bahwa “ DIAlah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus, sebelum permulaan zaman,” (2 Timotius 1:9) Amen. Jbu

Note :

Shalom, COOL/PA, setiap hari Sabtu di rumah keluarga Edward, Inge S. Purwita, Bryan dan Naomi di Jalan Pinang Merah 5/6 Pondok Indah, Jakarta Selatan. Pukul 17.00 WIB. Pintu rumah keluarga Edward dan Inge S. Purwita terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin bergabung.


Biodata penulis :

Inge Suryani Purwita. Lahir di Jakarta, 1959. Lulusan sarjana Akuntansi dari Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti, dan memulai karirnya sebagai Akuntan di PT Warna Sari, tekstil dan perusahaan distribusi (1984-1988). Karir perbankan dimulai dari Bank International Indonesia (1988-1997) dengan berbagai posisi seperti sebagai Marketing Manager- Credit Card Center, Senior Manager-Traveler's Cheque Center, Deputi Branch Manager, dan posisi terakhir sebagai Assistant Vice President-Divisi Perbankan di Cabang Bursa Efek Jakarta. Dia bergabung dengan PT Bank Arta Pratama pada tahun 1998 sebagai Direktur Pemasaran dan Sumber Daya Manusia, dan setelah merger antara PT Bank Arta Pratama dan PT Bank Artha Graha pada tahun 1999 ia menjabat sebagai Direktur Perbankan Konsumer. Juni 2004, ia diangkat sebagai Komisaris PT Bank Artha Graha. Sekarang dia adalah Komisaris Independen PT Bank Artha Graha Internasional Tbk. Selain itu, kini dia juga mendalami ajaran agama Kristen yang dianutnya.

No comments:

Post a Comment