Wednesday 28 November 2018

Mengenang 30 Tahun Struktur Arbei Offshore Di Perairan Teluk Aru, Pangkalansusu

[caption id="attachment_1183" align="aligncenter" width="789"]DSC_1111- Sumur Migas peninggalan JOB Pertamina-Japex North Sumatera Ltd. di perairan Teluk Aru Pangkalansusu, Kabpaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
Foto: Freddy Ilhamsyah PA[/caption]

Oleh : Freddy Ilhamsyah PA

Pendahuluan

Untuk mengenang 30 Tahun (November 1988-2018) keberadaan Struktur Arbei Offshore yang mulai dieksplorasi oleh JOB Pertamina-Japex (Japan Petroleum Exploration Co., Ltd.) North Sumatera Ltd pada November 1988 maka penulis menampilkan tulisan ini untuk Anda.

Lapangan Arbei (Arbei Field) di perairan (offshore) Teluk Aru, Pangkalansusu merupakan lapangan minyak dan gas bumi yang pertama ada di Kecamatan Pangkalansusu, Kabupaten Langgkat, Provinsi Sumatera Utara.  Lapangan Arbei mulai dieksplorasi pada November 1988 dengan membor sumur migas pertama yaitu ABY-1 yang dilakukan oleh JOB Pertamina-Japex (Japan Petroleum Exploration Co., Ltd.) North Sumatera Ltd. Kemudian ABY-1 dinyatakan sebagai sumur migas yang komersial.

[caption id="attachment_1182" align="alignnone" width="1396"]Kegiatan mooring.1 Ilustrasi kegiatan pengapalan/lifting minyak mentah di lepas pantai Pangkalansusu.               Foto: Freddy Ilhamsyah PA[/caption]

Pengapalan perdana Arbei Crude

Setelah beroperasi selama sekitar 5 tahun, pada Jum’at, 19 Februari 1993 penulis selaku wartawan Harian Bukit Barisan terbitan Medan mendapat undangan dari Act. Field Manager JOB Pertamina-Japex North Sumatera Ltd, Teuku Syahrul untuk meliput kegiatan acara syukuran pengapalan perdana minyak mentah jenis Arbei hasil produksi JOB Pertamina-Japex North Sumatera Ltd, Pangkalansusu yang akan diresmikan oleh Insinyur Ibrahim Yahya (dia adalah rekan dan tetangga penulis semasa remaja di Medan).

General Manager JOB (Joint Operating Body) Pertamina-Japex North Sumatera Ltd. Ibrahim Yahya dalam sambutannya menyebutkan peresmian lifting (pengapalan) perdana minyak mentah jenis Arbei Crude sebanyak 135.000 barrel pada 22 Februari 1993 akan dikapalkan bersama minyak mentah jenis Katapa Crude sebanyak 130.000 barrel melalui Single Bouy Mooring (SBM) system di perairan lepas pantai Pangkalansusu dengan kapal tanker MT. Chariot tujuan Lawi-lawi, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Kepala Lapangan (KL) Pertamina EP Pankalansusu, H. Utama Rasyid dalam sambutannya antara lain menjelaskan semula pengapalan Arbei crude direncanakan dilaksanakan pada awal Februari 1993 tapi terpaksa diundurkan untuk melakukan penggantian underbouy hose dan floating hose di SBM (Single Bouy Mooring) untuk menjamin kelancaran dan keamanan operasi pengapalan terhadap bahaya pencemaran di laut. Selain itu dengan adanya penggantian hose baru maka tekanan operasi pemompaan dapat ditingkatkan hingga kapasitas pompa mencapai maksimum.

“Dengan demikian pelaksanaan kegiatan operasional lifting (pengapalan, pen) dapat diselesaikan sekitar 40 jam yang diperhitungkan sejak kedatangan kapal, tambat, lifting sampai documen clearance,“ kata Utama Rasyid.

Pada kesempatan itu KL juga mengucapkan selamat atas keberhasilan JOB Pertamina-Japex North Sumatera Ltd dalam memproduksikan minyak bumi jenis Arbei crude dapat dikapalkan pada hari ini. “Semoga peristiwa bersejarah ini dapat menjadi tonggak awal untuk keberhasilan di masa mendatang.”

Sekilas tentang Lapangan Arbei

Menurut Ibrahim Yahya, pembangunan fasilitas produksi fase pertama dimulai pada April 1992 di Pulau Panjang, Pangkalansusu diresmikan oleh Direktur EP Ir. G.A.S. Nayoan pada tangal 26  November 1992.

Sedangkan pengembangan fase kedua dilakukan pada akhir Maret 1993, yaitu dengan pemboran (menajak) 3 sumur pengembangan di perairan Teluk Aru. Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan tambahan fasilitas produksi, antara lain pemasangan 6 buah wellhead platform, pengembangan gathering manifold dan pemasangan kompressor.

Ibrahim menambahkan, sejak lapangan Arbei dieksplorasi pada November 1988 hingga 22 Februari 1993 telah dibor sebanyak 9 sumur migas. Dari 9 sumur migas yang diproduksikan sejak 29 Oktober 1992 hingga 22 Februari 1993 telah mampu memproduksi minyak mentah sebanyak 3.700 BOPD (Barrels Oil Per Day/barel minyak per hari) atau 600 m3 per hari, dan produksi gas sebanyak 9 MMSCFD (juta kaki kubik gas per hari). Produksi itu berasal dari 5 sumur atau 6 string karena sumur ABS-4 diproduksi melalui 2 string.

Kendala di lapangan

Field Manager JOB Pertamina- Japex North Sumatera Ltd. Pangkalansusu, H. Djakfar Ali dalam sambutan pada acara syukuran itu melaporkan, sejak Arbei Field (Lapangan Arbei) berproduksi pada 29 Oktober 1992 hingga 22 Februari 1993 JOB Pertamina-Japex North Sumatera Ltd. telah berhasil memproduksi sekitar 270.000 barrel minyak mentah (crude oil) dan 730 juta kaki kubik gas alam.

Seiring perjalanan waktu produksinya ada mengalami sedikit gangguan, yaitu telah terjadi 3 kali setop produksi (shut-down), 2 kali pada saat commisioning dan ketiga pada tanggal 18-19 Februari 1993. “Walaupun demikian, laju produksi minyak menunjukkan hasil yang cukup memuaskan,” kata Djakfar.

Setelah empat bulan berproduksi, masih menurut Djakfar, setiap bulan produksi dari Lapangan Arbei terus menunjukkan peningkatan. Dia mencontohkan pada November 1992 angka rata-rata produksinya tercatat sebesar 200 m3 (meter kubik) perhari. Bulan berikutnya naik menjadi 320 m3 dan naik lagi menjadi 460 m3 pada Januari 1993 dan terus naik menjadi 600 m3 perhari pada Februari 1993.

Selain minyak mentah, gas alam juga dihasilkan dari Lapangan Arbei yang produksinya juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan hampir 90 persen gas itu disuplai ke Medan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Sebagai contoh pada November 1992 rata-rata perhari dikirim gas sebanyak 2 juta kaki kubik (MMSCFD). Pada Desember naik menjadi 4 MMSCFD, dan naik lagi menjadi sebesar 6,6 MMSCFD di Januari 1993 dan terus naik di Februari 1993 menjadi 9 MMSCFD.

Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya masa jaya produksi minyak mentah dan gas bumi dari Lapangan Arbei mulai dirasakan tidak komersial lagi oleh pihak Jepang, maka struktur Lapangan Arbei ditinggalkan oleh Japex (Japan Petroleum Exploration Co., Ltd.). Dengan demikian JOB Pertamina-Japex North Sumatera Ltd. Pangkalansusu kini tinggal nama yang selalu dikenang oleh warga Pangkalansusu.

[caption id="attachment_1184" align="aligncenter" width="768"]DSC01090-- Kantor Lapangan JOB Pertamina-Costa International Group Ltd. di Pangkalansusu.                       Foto: Freddy Ilhamsyah PA[/caption]

Muncul JOB Pertamina-Costa International Ltd.

Selanjutnya Lapangan Arbei dikelola oleh PT. Costa International Group Ltd. (CIGL) yang kemudian dikenal dengan nama JOB Pertamina-Costa IGL atau biasa disebut oleh warga Pangkalansusu sebagai JOB Costa.

Dalam perkembangan berikutnya JOB Pertamina-Costa IGL dikabarkan telah menemukan cadangan gas yang cukup besar di struktur Secanggang Offshore dan Anggor Offshore yang diperkirakan mencapai sekitar 215 BCF (miliyar kaki kubik).

Penemuan kedua struktur itu diakui oleh CEO PT. Costa International Group Ltd. Rennier A.R. Latief dalam acara penandatangan MoU pada 7 Mei 2003 di Aula Pertemuan Gedung JOB Pertamina-Costa IGL di Pangkalansusu antara PT. Costa International Group Ltd. dengan pihak PT. PLN Persero yang diwakili oleh Ali Herman Ibrahim selaku Director of Generation & Primery Energy, dan disaksikan oleh petinggi PT. Costa International Group Ltd. Indra Bakri, Nazaamuddin Latief dan Julianto Benhayudi. Sedangkan dari pihak PLN selain Ali Herman Ibrahim juga ada Mulyadi Sudinata, Idra Vichary dan Monang MT Sirumapea termasuk di dalam rombongan itu ada Direktur PT. Menamas, Bakti Santoso.

Menurut Rennier dari kedua struktur itu dapat diproduksikan gas alam sebesar 60 hingga 90 MMSCFD masing-masing dari struktur Secanggang Offshore sebesar 40-65 MMSCFD dan struktur Anggor (ARO) Offshore sebesar 20-25 MMSCFD. Hal ini dapat diketahui berdasarkan data awal hasil pengeboran delineasi SCG-1 Secanggang dan 2 sumur gas di Anggor Offshore, Gebang Block di Kabupaten Langkat, Provensi Sumatera Utara. “Hasil pastinya baru dapat diketahui atau terkonfirmasi pada kuartal 1 tahun 2004,”kata Rennier

Dalam Kesepakatan Bersama (MoU) itu direncanakan pihak CIGL akan melakukan pengeboran delineasi di Secanggang pada kuartal 4 tahun 2003 dan diperkirakan pada kuartal ke-4 tahun 2004 akan diproduksi gas sebesar 22 MMSCFD dan akan ditingkatkan menjadi 65 MMSCFD pada tahun 2005. Sedangkan produksi gas dari lapangan Anggor direncanakan akan dilakukan pada tahun 2005 dengan jumlah angka produksi sebesar 9 MMSCFD dan akan ditingkatkan menjadi 25 MMSCFD di tahun 2006. Hal ini penulis ketahui karena diundang untuk meliput kegiatan itu selaku staf Hupmas Pertamina Lapangan EP Pangkalansusu bidang media.

Selain itu juga disebutkan dalam MoU bahwa PLN dan CIGL secara bersama-sama akan berupaya mendapatkan dana untuk keperluan pembangunan dan pengoperasian jaringan pipa gas, dan pihak PLN akan membantu CIGL mendapatkan dana untuk membangun fasilitas pemrosesan gas. (berita ini telah penulis terbitkan di Buletin Pertamina DOH NAD-Sumbagut edisi No.83/VIII/Juni 2003 halaman 7).

Ternyata apa yang telah dirancang dalam MoU antara pihak  PT. Costa International Group Ltd. dengan pihak PT. PLN Persero tidak berjalan mulus sebagaimana yang diharapkan hingga masa kontrak JOB Pertamina-Costa International Ltd berakhir.

Berdasarkan data laporan tahunan produksi minyak bumi Indonesia yang ada pada penulis dapat diketahui bahwa minyak bumi yang diproduksi oleh JOB PSC (lepas pantai/offshore) JOB Pertamina-Costa International Ltd sejak tahun 2007 hingga tahun 2010 terus mengalami penurunan dari 20.339 barrel atau 56 BOPD (barel per hari ) di tahun 2007 telah merosot menjadi 7.857 barrel atau 22 BOPD di tahun 2010, kecuali di tahun 2008 ada sedikit kenaikan 3 BOPD menjadi 59 BOPD dari 56 BOPD di tahun 2007.

Sementara menurut Performa Produksi (Working Interest EMP) Produksi Minyak KKS Gebang JOB pada tahun 2007 tercatat sebesar 27 bopd (barrels oil per day/barel minyak per hari), dan di tahun 2008 terjadi kenaikan 3 bopd menjadi 30 bopd. Sejak itu produksinya terus turun di tahun 2009 tercatat 24 bopd dan di tahun  2010: 11 bopd. Sedangkan di tahun 2011 terjadi kenaikan 8 bopd sehingga menjadi 19 bopd. (sumber: Laporan Tahunan 2011 Energi Mega Persada).

Produksi Gas Bumi (mmcfd) KKS Gebang JOB Tahun 2007: 1 mmcfd; Tahun 2008: 1 mmcfd; Tahun 2009: 1 mmcfd; Tahun 2010: 1 mmcfd dan Tahun 2011: 0.66 mmcfd.

Performa Produksi Minyak WI (Working Interest) KKS Gebang JOB pada Tahun 2007 tercatat sebesar 27 mmboe (million barrels of oil equivalent/juta barel minyak ekuivalen); Tahun 2008 sebesar 30 mmboe: Tahun 2009 sebesar 24 mmboe; Tahun 2010 sebesar 11 mmboe dan di Tahun 2011 turun menjadi 19 mmboe. (Sumber Energi Mega Persada Annual Report 2011).

Setelah era JOB Pertamina- Costa IGL berakhir, selanjutnya muncul perusahaan migas PT. Energi Mega Persada Tbk yang kemudian dikenal dengan nama Energi Mega Persada (EMP) Gebang atau JOB Pertamina – EMP Gebang Ltd. selaku Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang akan melanjutkan kegiatan yang “terkendala” diwujudkan oleh PT Costa International Group Ltd. di struktur Secanggang Offshore dan Anggor Offshore, Gebang Block.

Hal yang sama kembali terjadi di era JOB Pertamina – EMP Gebang Ltd. yang terkesan minim kegiatan sehingga Pemerintah memperpanjang kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract) blok Gebang, Sumatera yang dikelola Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) PT. Energi Mega Persada Tbk (EMP) selama 20 tahun mendatang.

CNN Indonesia mengabarkan, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja menjelaskan dalam perpanjangan kontrak tersebut, porsi bagi hasil pemerintah semakin besar, Jumat (12/11/2015).

Untuk bagi hasil minyak bumi, pemerintah akan mendapatkan 82,5 persen dari porsi awal 80 persen. Sedangkan untuk bagi hasil gas bumi, pemerintah akan mendapat bagian 72 persen dari posisi sebelumnya 70 persen.

"Saya sangat senang dengan negosiasi ini karena negara lebih baik porsinya. Kami harap produksi dari blok Gebang ini bisa lebih baik ke depannya. Apalagi EMP juga sudah berkomitmen untuk menambah investasi dalam tiga tahun ke depan," kata Wiratmaja di kantornya.

Investasi yang akan dibenamkan EMP memiliki total nilai US$ 23,1 juta yang nantinya digelontorkan selama tiga tahun ke depan.

Untuk tahun pertama, rencananya anak usaha Grup Bakrie akan melakukan studi geografi, geologi dan produksi (GGRP) dengan biaya US$ 500 ribu. Sedangkan untuk tahun kedua, perusahaan berencana untuk melakukan survei seismik dan mengebor satu sumur pengembangan dengan nilai pengeluaran US$ 14,8 juta, dan akan mengeluarkan US$ 7,8 juta lagi di tahun ketiga untuk studi G dan G serta pengeboran satu sumur baru lagi.

Kas Internal

Direktur Utama EMP Imam Agustino mengatakan, masih menurut CNN Indonesia, kalau seluruh investasi tersebut akan menggunakan kas internal perusahaan dan akan segera digelontorkan 26 November 2015 mendatang. Bahkan, ia pun yakin kalau investasi-investasi ini akan berdampak baik bagi produksi EMP.

"Untuk perusahaan seperti EMP, blok Gebang cukup baik untuk dikembangkan. Prospek cukup bagus. Di luar pengembangan-pengembangan berikutnya, kami yakin produksi gas existing dari blok ini bisa mencapai 30 juta kaki kubik di kuartal II 2017 dari posisi sekarang 3 juta kaki kubik," ujarnya.

Untuk mengembangkan blok ini ke depan, EMP belum berencana untuk menggandeng pihak lain. Padahal di PSC (Production Sharing Contract) sebelumnya, EMP menggandeng PT Pertamina (Persero) untuk mengelola blok Gebang ini. "100 persen akan dikelola oleh EMP," jelasnya.

Sebagai informasi, blok Gebang memiliki luas 977,51 kilometer persegi yang berisikan tiga lapangan yaitu Anggor, Arbei, dan Secanggang. Hingga saat ini (2015, pen), cadangan minyak di lapangan Arbei tercatat 3,38 MMSTB dan gas sebesar 84,05 BSCF. Sedangkan potensi gas di lapangan Anggor tercatat 62 BSCF.

Selain itu, EMP berencana mengembangkan blok Gebang di Sumatera Utara. Di blok ini, EMP akan mengebor sumur di lapangan (struktur) Secanggeng dan Anggor. Perinciannya pengeboran satu sumur appraisal dan dua sumur delineasi. Harapannya pengeboran ini akan menambah sebesar 60 MMSCFD.

Namun sayangnya berdasarkan hasil pengamatan penulis hingga November 2018 (tulisan ini dibuat) tidak terlihat adanya aktivitas tanda-tanda akan dimulainya apa yang sudah direncanakan oleh pihak EMP Gebang. Tunggu apa lagi ?

Penutup

Menurut data yang ada pada penulis dapat diketahui sampai Semester I tahun 2015, EMP membukukan rugi sebesar US$ 50,39 juta atau menurun dibandingkan perolehan laba periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 70,51 juta. Mungkin itulah sebabnya kegiatan operasional JOB PSC Pertamina-EMP Gebang sampai berakhirnya kontrak pertama yang kemudian kontraknya diperpanjang tapi sampai tulisan ini dibuat (medio November 2018) belum ada tanda-tanda akan dikerjakan pada hal kontrak perpanjangan sudah berjalan sejak November 2015 lalu.

Direktur Utama EMP Imam P Agustino menyebutkan, dalam empat tahun terakhir, EMP menurunkan pinjaman dari US$ 706 juta pada Desember 2013 menjadi US$ 284 juta pada September 2017. Imam menargetkan utang-utang itu bisa diselesaikan paling lambat kuartal III 2019.

Dengan adanya penurunan utang ini, rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio/DER) perusahaannya menjadi lebih turun. "Saat ini debt to equity ratio kami di bawah satu kali. Waktu itu kami pernah sampai hampir tiga kali," kata Imam.

Mengingat omongan Direktur Utama EMP Imam Agustino yang pernah disampaikan kepada CNN Indonesia dan dipublikasikan pada Jumat, 13 November 2015, "Untuk perusahaan seperti EMP, blok Gebang cukup baik untuk dikembangkan. Prospek cukup bagus. Di luar pengembangan-pengembangan berikutnya, kami yakin produksi gas existing dari blok ini bisa mencapai 30 juta kaki kubik di kuartal II 2017 dari posisi sekarang 3 juta kaki kubik," ujar Imam Agustino.

Untuk mengembangkan blok ini ke depan, EMP belum berencana untuk menggandeng pihak lain. Padahal di PSC sebelumnya, EMP menggandeng PT Pertamina (Persero) untuk mengelola blok Gebang ini.

Apapun cerita dan alasan yang diungkapkan seperti tersebut di atas harapan penulis dan mungkin juga stakeholders (pemangku kepentingan) dan warga Pangkalansusu agar pihak Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) PT. Energi Mega Persada Tbk JOB PSC Gebang dapat segera keluar dari “gangguan” dana sehingga dapat secepatnya melaksanakan kegiatan operasional semaksimal mungkin di Struktur Arbei, Anggor dan Secanggang yang berada di wilayah Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

Dari uraian tersebut di atas, permasalahannya jadi terang benderang mengapa hingga November 2018 belum ada tanda-tanda kegiatan operasional di kantornya di Pangkalansusu maupun di lapangan mungkin karena pihak EMP terkendala dana operasional untuk mengembangkan Struktur Arbei, Anggor dan Secanggang.

Mengingat mungkin masih ada keterbatasan pengetahuan penulis terkait hal tersebut di atas, maka penulis mohon koreksi dan masukan dari para pihak yang lebih mengetahui terkait dengan apa yang telah penulis uraikan demi melengkapi data di tulisan ini.

Yang jelas pada kesempatan ini penulis telah berupaya untuk memberikan sedikit gambaran melalui tulisan ini dengan maksud agar generasi muda dan orang-orang yang belum tahu dapat mengetahui sekilas mengenai keberadaan Lapangan (struktur) Arbei yang telah berusia 30 tahun, dan kemudian menyusul ditemukannya struktur Anggor Offshore dan struktur Secanggang di wilayah perairan (offshore) Kabupaten Langkat. ***

Pangkalansusu, Medio November 2018

 

No comments:

Post a Comment