Friday 7 September 2018

Benarkah Hanifan Adalah Tokoh Pemersatu Jokowi dan Prabowo ?

[caption id="attachment_1171" align="aligncenter" width="600"] Trio rangkulan yang sempat jadi trending topic media massa beberapa waktu lalu.[/caption]

Oleh : Freddy Ilhamsyah PA

Pendahuluan

Akhir-akhir ini aksi pesilat peraih medali emas pada Asian Games ke 18 tahun 2018, Hanifan Yudani Kusuma dikabarkan oleh media massa sebagai tokoh pemersatu Joko Widodo dan Prabowo Subianto sehingga jadi viral di media sosial.

Kejadian itu digambarkan sebagai penyejukan untuk masyarakat Indonesia. Kedua calon presiden, Jokowi dan Prabowo berpelukan bersama dengan atlet pemenang medali emas. Prabowo mengatakan bahwa kejadian pelukan itu merupakan permintaan dari atlet tersebut.

Sementara Pakar Komunikasi Politik, Lely Arrianie Napitupulu mengatakan moment yang terjadi usai pertandingan Hanifan (di ajang pencak silat Asian Games 2018, pen) adalah moment yang sudah diatur oleh Tuhan dan Hanifan menjadi tokoh yang terpilih untuk mempersatukan kedua tokoh Jokowi dan Prabowo.

Dari hasil pemantauan penulis terhadap isi pemberitaan di media massa (electronik/televisi, online dan koran) terkait dengan peristiwa/moment trio rangkulan/pelukan antara kedua calon presiden (Jokowi-Prabowo) dengan Hanifan Yudani Kusuma, pesilat peraih medali emas jadi timbul dua pertanyaan dalam diri penulis, yaitu :

  1. Benarkah Hanifan Adalah Tokoh Pemersatu Jokowi dan Prabowo ? (judul tulisan ini).

  2. Benarkah pelukan itu merupakan keinginan pribadi dari Hanifan Yudani Kusumah ?


Penulis yang merasa penasaran atas pemberitaan yang sempat viral dan tersebar luas di media sosial lalu melakukan penelusuran dengan melacak video di youtube terkait kemenangan Hanifan dalam arena final Pencak Silat kelas C 55-60 kilogram Putra di ajang Asian Games 2018.

Moment “Trio Pelukan” itu dipublikasikan secara terus-menerus di media massa sehingga sempat menjadi “Trending Topic” yang menimbulkan kesan bahwa Hanifan adalah “tokoh” pemersatu Jokowi dan Prabowo dalam pelukannya. Di kabarkan oleh kompas.tv 1,7 juta lebih netizen membicarakan momen kebersamaan Jokowi & Probowo.

Akibat pemberitaan itu naluri penulis jadi bertambah terangsang ketika kompas.tv/interaktif menyampaikan pertanyaan untuk pemirsa, “Apa pendapatmu tentang momen kebersamaan Jokowi dan Prabowo di arena pencak silat, di saat tensi politik jelang Pilpres 2019 belakangan memanas?” dalam acara Sapa Pagi Indonesia Pagi pada 30 Agustus 2018.

Teka-teki lain yang muncul di benak penulis adalah, kenapa yang dipilih untuk naik ke tribun adalah Hanifan, bukan Iqbal Candra Pratama (kelas 60-65 kilogram Putra) atau Komang Harik (nomor Tarung 65-70 kilogram) yang juga adalah pesilat peraih medali emas di arena Asian Games ke 18 tahun 2018 ?

[caption id="attachment_1170" align="aligncenter" width="600"] Prabowo sambut kedatangan Presiden Joko Widodo di Pandepokan Pencak Silat TMII-Ancol.[/caption]

Kalau sekiranya tujuan momen Trio Rangkulan itu untuk menunjukan kepada publik bahwa hubungan Jokowi-Prabowo adalah rukun dan damai walaupun mereka berdua adalah rival dalam Pilpres 2019 mendatang. Kenapa bukan momen “kemesraan” Jokowi-Prabowo ketika Prabowo menyambut ke datangan Jokowi dengan salam dan pelukan mesra sebelum masuk ke gedung Pendepokan Pencak Silat di TMII-Ancol.

Terungkap

Akhirnya terungkap bahwa “Trio Pelukan” bukan merupakan ide pribadi Hanifan semata, tapi atas suruhan dari Edhy Prabowo, politikus Partai Gerindra yang juga merupakan orang kepercayaan Prabowo Subianto. (Lihat rangkaian foto momen ketika Edhy Prabowo menyuruh Hanifan memeluk Jokowi dan Prabowo).

[caption id="attachment_1169" align="alignnone" width="600"] Prosesi saat terjadinya Trio Rangkulan Jokowi-Prabowo dan Hanifan.[/caption]

Hal tersebut di atas terungkap dari ocehan Ahmad Dani dalam acara Rossy di kompas.tv berjudul “Pelukan Menyatukan Jokowi-Prabowo ketika dia menanggapi pernyataan Maruarar Sirait (politikus PDIP) yang mengatakan, yang bagus menurut saya adalah siperaih emas. Dia dengan keyakinannya merangkul Jokowi dan Prabowo. Inilah kemauan rakyat Indonesia Jokowi dan Prabowo bersatu. “Jadi bagi saya yang hebat bukanlah Jokowi dan Prabowo tapi sipesilat yang bisa menyatukan Jokowi dan Prabowo dengan hati.”

[caption id="attachment_1168" align="aligncenter" width="600"] Ahmad Dani memperagai gaya Edhy Prabowo saat menyuruh Hanifan memeluk Jokowi-Prabowo.[/caption]

Menurut Ahmad Dani, sebenarnya yang paling berjasa adalah pak Edhy Prabowo seperti yang kita lihat tadi pak Edhy Probowo yang menyuruh Hanifan merangkul Jokowi dan Prabowo.

[caption id="attachment_1172" align="aligncenter" width="280"] Ekspresi Hanifah (ketawa lebar) ketika membenarkan pertanyaan Timothy.[/caption]

Adalah Timothy (host kompas.tv) yang mempertegas prediksi penulis dan Ahmad Dani ketika dia mengatakan kepada Hanifan, “Itu pak Edhy (Edhy Prabowo) juga suruh tarik Jokowi dan Prabowo. Lalu dijawab oleh Hanifan, ya betul pak Edhy. Hal ini terungkap dari video kompas.tv berjudul “Momen pelukan Jokowi-Prabowo Harus Jadi Panutan Pendukung.”

Penutup

Dalam uraian tersebut di atas sudah jelas dan terang benderangan bahwa acara “Trio Rangkulan” itu terjadi adalah atas inisiatif dan komando dari Adhy Prabowo kepada dirinya. Inilah pengakuan Hanifan Yudani Kusuma kepada Timothy dengan harapan “rangkulan mesra” bisa membuat Indonesia rukun dan damai jelang Pilpres tahun depan.

Pertanyaannya, Apakah momen pelukan Joko Widodo dan Prabowo Subianto di final pencak silat Asian Games 2018 mampu mendinginkan suasana menjelang dan hingga Pilpres 2019 selesai dan seterusnya ? Jawabannya terpulang pada diri kita masing-masing.

Harapan penulis semoga para elit politik dan kelompok pendukungnya dapat senantiasa memelihara keharmonisan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Jangan ada lagi “sandiwara politik” dengan berbagai alasan, misalnya itulah dinamika politik yang dinamis. Intinya bukan “plintat-plintut.”

Mengakhiri tulisan ini penulis mengutip ungkapan Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra yang telah mendaftarkan dirinya sebagai calon presiden dalam Pilpres untuk periode 2019-2024 sebagai berikut : “Kalau sudah untuk Bangsa dan Negara, kita semua bersatu, tidak ada perbedaan.”

[caption id="attachment_1167" align="aligncenter" width="600"] Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra rival Joko Widodo dalam Pilpres untuk periode 2019-2024.[/caption]

 

No comments:

Post a Comment