Ilustrasi (Foto PGE) |
JAKARTA (Telukharunews)
- Pemerintah menargetkan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Sarulla di
Tapanuli, Sumatera Utara bisa mulai dibangun tahun depan. Demikian disampaikan
Menteri ESDM Jero Wacik usai meresmikan PLTU-Biomassa di Medan, Senin
(9/7/2012).
"Surat
keputusan bersama menteri sudah siap tahun ini harus tanda tangan supaya tahun
depan bisa dimulai proyek Sarulla," ujar Jero Wacik.
Jero Wacik
menyampaikan, pengembangan PLTP tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah
dalam mengoptimalisasikan pengembangan pembangkit listrik berbasis panas bumi
apalagi dalam proyek percepatan 10.000 Megawatt (MW) tahap kedua panas bumi
memiliki porsi yang besar.
"Bila
pada proyek percepatan 10.000 MW tahap I bahan bakar didominasi batubara, untuk
tahap kedua ini prosentase pembangkit listrik berbasis panas bumi,
disusul air," ungkapnya.
Saat ini,
besaran tarif untuk listrik panas bumi diatur dalam Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Nomor 2 Tahun 2011 tentang penugasan kepada PT PLN
(Persero) untuk melakukan pembelian listrik dari PLTP dan harga patokan
pembelian tenaga listrik oleh PLN dari PLTP. Dalam pasal 2 aturan ini
disebutkan, harga patokan tertinggi untuk listrik panas bumi ditentukan sebesar
US$ 9,7 sen per kilowatt hour (kWh).
PLTP yang
dibangun di wilayah Jawa memang bisa menghasilkan listrik dengan harga di bawah
US$ 9,7 sen/kWh. Misalnya, harga listrik di PLTP Tampomas di Jawa Barat sebesar
US$ 6,6 sen/kWh, PLTP Tangkuban Perahu US$ 5,9 sen/kWh, dan PLTP Ungaran US$
8,09 sen/kWh. Sementara untuk PLTP Jailolo di Maluku Utara harga listrik panas
bumi mencapai US$ 19,1 sen/kWh, dan di PLTP Jaboi, Aceh sebesar US$ 18,9
sen/kWh.
Hingga saat
ini, kapasitas terpasang pembangkit panas bumi sampai pertengahan 2012 ini baru
1.226 MW. Padahal, potensi energi jenis ini di Indonesia mencapai 29.000 MW.
No comments:
Post a Comment