Lapangan Sambidoyong (Foto Bisnis.com) |
Area Operasi Sambidoyong terletak
sekitar 180 km dari Jakarta dan memiliki luas sekitar 16.5 km2. Area
Operasi migas ini berlokasi di wilayah Indramayu, propinsi Jawa Barat.
Optimalisasi produksi di wilayah kerja Pertamina EP utamanya dilaksanakan dalam
pola pengelolaan operasi sendiri. Sedangkan pengelolaan di beberapa wilayah
kerja lainnya, Pertamina EP menjalin kerja sama dengan mitra dalam bentuk KSO.
Melalui KSO Produksi selama 15 tahun diharapkan Axis Sambidoyong Energi dapat
bersinergi dengan Pertamina EP untuk mengoptimalkan produksi migas di area
Operasi Sambidoyong yang dikerjasamakan.
Axis Sambidoyong Energi adalah anak
perusahaan dari Fountain Energy Corp yang merupakan suatu perusahaan yang
dimiliki oleh kelompok usaha yang berasal dari Korea Selatan, dengan fokus
bisnis di bidang investasi dan manajemen proyek-proyek minyak dan gas.
Saat ini, Pertamina EP telah melakukan Kerja
Sama Operasi dengan 6 KSO Eksplorasi, 13 KSO Produksi, dan 3 KSO enhanced
Oil Recovery. Secara keseluruhan, KSO tersebut memberikan kontribusi
produksi sekitar 4 persen terhadap total produksi Pertamina EP.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Hulu
Pertamina Muhamad Husen mengatakan total sumbangan produksi dari lapangan yang
dikerjasamakan operasinya mencapai 10%--20%.
"Lapangan yang di-KSO-kan itu dari sisi produksi bisa berkontribusi antara 10%--20% terhadap total produksi minyak Pertamina. Yang di Cirebon ini, adalah salah satu lapangan di sana yang dulu pernah kita tawarkan dua kali tapi ngga laku," ujarnya.
Husen menambahkan lapangan-lapangan migas eksisting yang dikelola Pertamina EP saat ini merupakan lapangan tua. Selain dikerjakan sendiri, sebagian pengelolaan lapangan memang dibuka kepada pihak lain untuk membuka peluang KSO.
"Kami punya banyak lapangan yang dikelola. Saya kira di mana-mana, perusahaan yang sehat itu ada yang sebagian dikerjakan sendiri, ada sebagian yang kita memang ajak partner karena adanya keterbatasan SDM dan sumber daya uang juga," ujarnya.
"Lapangan yang di-KSO-kan itu dari sisi produksi bisa berkontribusi antara 10%--20% terhadap total produksi minyak Pertamina. Yang di Cirebon ini, adalah salah satu lapangan di sana yang dulu pernah kita tawarkan dua kali tapi ngga laku," ujarnya.
Husen menambahkan lapangan-lapangan migas eksisting yang dikelola Pertamina EP saat ini merupakan lapangan tua. Selain dikerjakan sendiri, sebagian pengelolaan lapangan memang dibuka kepada pihak lain untuk membuka peluang KSO.
"Kami punya banyak lapangan yang dikelola. Saya kira di mana-mana, perusahaan yang sehat itu ada yang sebagian dikerjakan sendiri, ada sebagian yang kita memang ajak partner karena adanya keterbatasan SDM dan sumber daya uang juga," ujarnya.
Sebagai informasi tambahan disebutkan bahwa PT Pertamina
EP merupakan anak perusahaan dari PT Pertamina (Persero) yang mendapatkan
kepercayaan dari pemerintah dan pemegang saham untuk melaksanakan kegiatan
operasi hulu minyak dan gas bumi di Indonesia untuk wilayah kerja seluas
138.611 km2 berdasarkan kontrak minyak dan gas bumi Pertamina dengan BPMIGAS
pada tanggal 17 September 2005.
Produksi minyak dan gas Pertamina EP pada bulan
Juni 2012 mencapai 131,5 MBOPD dan gas sebesar 1.078 MMSCFD. Sedangkan
rata-rata produksi Pertamina EP dalam semester pertama 2012 mencapai 127,8 ribu
barel per hari (MBOPD) dan gas sebesar 1.050 juta standar kaki kubik per hari
(MMSCFD).
Dengan demikian Pertamina EP saat ini merupakan
penyumbang porsi paling besar dalam produksi minyak Pertamina, dan jauh di atas
produksi Pertamina Hulu Energi sebesar 60.000 bph dan Pertamina EP Cepu sekitar
24.000 bph. Untuk meningkatkan produksi, Husen mengatakan akan ada KSO-KSO
lainnya dalam semester II/2012.
"Setelah KSO batch 4 ini, saya kira nanti akan ada batch 5. Kami sudah punya rencana-rencana selanjutnya untuk KSO," ujarnya tanpa mau merinci rencana itu lebih jauh.
Sementara menurut Yung Cho Chung, CEO Fountain Energy Corporation, induk usaha Axis Sambidoyong asal Korea, pihaknya sudah lama ikut membantu mengelola pendidikan untuk masyarakat di daerah Sambidoyong, sebelum akhirnya juga terjun ke bisnis migas yang ada di daerah itu.
"Kami sudah lama mengembangkan Sambidoyong Foundation, dan membantu pendidikan tingkat Sekolah Dasar, sama halnya seperti yang kami lakukan di Kamboja," ujarnya.
Chung mengatakan selama 6--9 bulan pertama setelah tandatangan perjanjian KSO hari ini, pihaknya akan menyiapkan peralatan produksi. Ada pun produksi minyak pertama diharapkan bisa tercapai pada tahun depan sebesar 500 bph. "Puncak produksi minyak nantinya bisa mencapai sekitar 2.000--4.000 bph," ujarnya. (bpmigas/bisnis.com)
"Setelah KSO batch 4 ini, saya kira nanti akan ada batch 5. Kami sudah punya rencana-rencana selanjutnya untuk KSO," ujarnya tanpa mau merinci rencana itu lebih jauh.
Sementara menurut Yung Cho Chung, CEO Fountain Energy Corporation, induk usaha Axis Sambidoyong asal Korea, pihaknya sudah lama ikut membantu mengelola pendidikan untuk masyarakat di daerah Sambidoyong, sebelum akhirnya juga terjun ke bisnis migas yang ada di daerah itu.
"Kami sudah lama mengembangkan Sambidoyong Foundation, dan membantu pendidikan tingkat Sekolah Dasar, sama halnya seperti yang kami lakukan di Kamboja," ujarnya.
Chung mengatakan selama 6--9 bulan pertama setelah tandatangan perjanjian KSO hari ini, pihaknya akan menyiapkan peralatan produksi. Ada pun produksi minyak pertama diharapkan bisa tercapai pada tahun depan sebesar 500 bph. "Puncak produksi minyak nantinya bisa mencapai sekitar 2.000--4.000 bph," ujarnya. (bpmigas/bisnis.com)
No comments:
Post a Comment