MEDAN (Telukharunews)
- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik, mendorong pelaku usaha
agar dapat membangun pembangkit listrik biomassa sebanyak mungkin karena selain
ramah lingkungan juga dapat menggantikan pembangkit-pembangkit listrik berbahan
bakar minyak yang berbiaya tinggi.
"Kita
akan dorong semua perkebunan kelapa sawit untuk membangkitkan listrik sendiri,
sehingga lebih efisien dan tidak tergantung PLN," ujar Menteri ESDM usai
peresmian PLTU biomassa berkapasitas 2 x 15 megawatt di Kawasan Industri Medan
3, Medan, Sumatera Utara, Senin (9/7/2012).
Jero Wacik
menuturkan, 70 persen bahan baku pembangkit biomassa ini adalah cangkang sawit,
sehingga menurutnya, bila semua perkebunan tidak mengekspor cangkang kelapa
sawit tetapi memanfaatkannya untuk pembangkit listrik biomassa, maka kita tidak
akan kekurangan listrik.
Dengan
perbaikan harga listrik dari PLTU biomassa melalui Peraturan Menteri ESDM No. 4
Tahun 2012, diharapkan harga cangkang sawit untuk pembangkit akan naik sehingga
pengusaha kelapa sawit akan memilih menjual cangkang sawit di dalam negeri
dibanding mengekspornya.
CEO Growth
Steel Group Fadjar Suhendra menyatakan optimismenya terhadap pengembangan
bisnis pembangkit listrik tenaga uap biomassa yang menggunakan bahan bakar
cangkang sawit, sekam padi, dan jenis limbah biomassa seiring perbaikan harga
listrik dan dukungan pendanaan dari perbankan nasional.
Ia mengakui,
untuk membangun PLTU biomassa 2 x 15 MW, pihaknya menginvestasikan dana Rp 220
miliar. Dari total kapasitas daya, 10 MW di antaranya digunakan untuk produksi
GSG, 20 MW dijual ke PLN wilayah Sumatera Utara.
Lebih lanjut
Fadjar menjelaskan, setiap hari dibutuhkan sekitar 600 ton material organik
yang dibakar dengan material utama berupa cangkang sawit (sebagai material
utama), sekam padi, kayu karet, serpihan kayu kering dan serbuk kayu. Harga
material tersebut berkisar Rp 200 sampai Rp 600 per kilogram. (esdm)
No comments:
Post a Comment