Presiden SBY meluncurkan laporan Panel PBB untuk Agenda Pembangunan
Pasca 2015 di Istana Negara, Selasa (18/6) siang. (foto: abror/presidenri.go.id)
|
JAKARTA- Tujuan inti dari agenda pembangunan mendatang adalah
mengakhiri kemiskinan ekstrim melalui pembangunan berkelanjutan dan
berkeadilan. Rumusan Panel Tingkat Tinggi untuk Agenda Pembangunan Pasca 2015
tersebut diberi judul 'Sebuah Kemitraan Baru Global: Memberantas Kemiskinan dan
Transformasi Ekonomi Melalui Pembangunan Berkelanjutan’.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan hal tersebut saat
meluncurkan laporan High Level Panel of Eminent Person (HLPEP) on the Post-2015
Development Agenda di Istana Negara, Jakarta, Selasa (18/6) siang.
"Mengakhiri kemiskinan ekstrim dalam segala bentuknya adalah
tanggung jawab kita bersama, panel meyakini itu. Dan ini adalah dalam konteks
pembangunan dan pertumbuhan berkelanjutan dengan ekuitas," kata Presiden
SBY.
Poin kritis dan utama dalam upaya untuk mengentaskan kemiskinan adalah
perlunya sebuah kemitraan dengan semua pemangku kepentingan untuk memiliki rasa
kesamaan tujuan dan bertindak dalam kepentingan bersama.
Lebih lanjut, Presiden SBY menjelaskan bahwa panel merumuskan lima
prinsip dasar dan komitmen dalam pengentasan kemiskinan. Prinsip dasar tersebut
adalah, pertama, leave no one behind. Kedua, put sustainable development at the
core. Ketiga, transform economies for jobs and inclusive growth. Keempat, build
peace and effective, open and accountable institutions for all. Kelima, forge a
new global partnership.
Dibentuk oleh Sekjen PBB pada September 2012, Panel berhasil mengadakan
lima pertemuan berturut-turut, yakni di New York, London, Monrovia, Bali, dan
kembali ke New York untuk secara resmi menyerahkan laporannya.
"Kami telah melakukan konsultasi terbuka dan inklusif, tidak hanya
melibatkan sistem PBB, tetapi juga pemangku kepentingan yang luas. Dari
kelompok masyarakat sipil, anggota parlemen, sektor swasta, akademisi, lembaga
penelitian, perempuan, dan pemuda dari seluruh kawasan," Presiden SBY
menjelaskan.
Dalam penyusunan laporannya, Presiden bersama dua ketua bersama
lainnya, yakni Presiden Liberia dan PM Inggris, dan seluruh anggota panel
banyak mendapat masukan dari berbagai pihak. "Misi panel ini adalah
merumuskkan kerangkan setelah MDGs. Ada 8 goals MDGs tidak dibuang, karena
masih relevan dan diperlukan oleh negara berkembang. Kita terus melakukan
evaluasi dan koreksi," SBY menambahkan.
Panel merumuskan tujuan agenda pembangunan mendatang dalam 12 tujuan.
Pertama, mengakhiri kemiskinan. Kedua, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan
gender. Ketiga, pendidikan yang berkualitas dan pembelajaran seumur hidup.
Keempat, memastikan kehidupan yang sehat. Kelima, menjamin ketahanan pangan dan
gizi yang baik. Keenam, akses universal terhadap air dan sanitasi, dan ketujuh
adalah perlunya ketahanan energi secara berkelanjutan.
Tujuan kedelapan, menciptakan lapangan kerja, pengidupan yang berkelanjutan,
dan pertumbuhan yang adil. Kesembilan, mengelola aset sumber daya alam secara
berkelanjutan. Kesepuluh, memastikan good governance dan institusi yang
efektif. Kesebelas, memastikan masyarakat yang stabil dan damai, dan keduabelas
adalah menciptakan lingkungan hidup dan katalisator pembiayaan jangka panjang
secara global.
Di akhir sambutannya, Preisden secara terbuka mengaku bahwa pilihan
yang akan diambil pemerintah menaikkan harga BBM adalah pilihan dengan
konsekuensi beban minimal bagi masyarakat, itulah sebabnya pengambilan
keputusan itu memerlukan waktu. Apapun pilihan yang diambil harus menjadikan
ekonomi kita lebih kuat dan tidak membebani pemerintahan berikutnya.
Presiden mengajak seluruh pihak untuk terus tekun memikirkan masa depan
bangsa Indonesia. "Teruslah tekun memikirkan masa depan. Yang berterima
kasih nanti adalah bukan kita, tetapi anak cucu kita di masa yang akan
datang," Presiden SBY menandaskan.
Twitter: @websitepresiden
Sumber: www.presidenri.go.id
No comments:
Post a Comment