DENPASAR, Bali - Bangsa Indonesia harus tegas dan keras kepada siapapun
yang merusak persatuan, kerukunan, dan toleransi. "Segala bentuk kekerasan
yang mengatasnamakan agama atau identitas apapun harus ditolak," kata
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Presiden menyampaikan hal tersebut dalam sambutan pembukaan Pesta
Kesenian Bali (PKB) XXXV, sekaligus Pembukaan 2nd World Hindu Summit di Taman
Budaya, Denpasar, Bali, Sabtu (15/6) malam.
Tindakan merusak toleransi tersebut, lanjut Presiden, bukanlah nilai,
karakter, dan jati diri Indonesia. "Bangsa yang majemuk yang harus
senantiasa menjunjung tinggi dan mengimplementasikan sasanti Bhineka Tunggal
Ika," Presiden menambahkan.
Kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk hendaknya dilihat sebagai
rahmat yang harus disyukuri. Namun kemajemukan itu juga harus dikelola dengan
arif agar tidak menjadi konflik.
"Menjadi sumpah dan kewajiban kita bersama untuk terus menjaga
persatuan, kerukunan, dan toleransi di tengah keragaman yang kita miliki,"
SBY menegaskan.
Pada tahun 2005, Presiden SBY melakukan pertemuan dengan tokoh agama
dan adat di Bali. Saat itu, Presiden menyampaikan untuk tidak perlu ada jarak
dan pertentangan diantara komponen bangsa termasuk antara kaum mayoritas dan
minoritas. "Kita semua adalah keluarga besar bangsa Indonesia," ujar
SBY.
Pada bagian lain sambutannya, Presiden SBY mengingatkan kepada semua
elemen bangsa tentang pentingnya melestarikan seni dan budaya Indonesia. Upaya
pelestarian seni dan budaya bangsa harus digalakkan di tengah kehidupan yang
semakin modern dan dunia yang dinamis serta semakin terintegrasi dalam
globalisasi.
Twitter: @websitepresiden
Sumber: www.presidenri.go.id
No comments:
Post a Comment