JAKARTA – Presiden Republik Indonesia hari ini meresmikan Mega Proyek
Pertamina Terintegrasi yang merupakan proyek hulu hingga hilir minyak dan gas
bumi dengan nilai total investasi US$5,8 miliar. Peresmian dilakukan di lokasi
kilang Donggi Senoro LNG, Desa Uso, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai,
Sulawesi Tengah.
Hadir dalam peresmian tersebut para Menteri Kabinet Kerja dan Direktur
Utama PT Pertamina (Persero) beserta jajaran direksi.
Proyek-proyek tersebut, yaitu Central Processing Plant yang dikelola
oleh Join Operating Body Pertamina-Medco Tomori Sulawesi dengan investasi
sebesar US$1,2 miliar. Fasilitas tersebut memiliki kapasitas produksi total
315 juta kaki kubik per hari (MMSCFD)
dan akan memproses gas yang bersumber dari pengembangan Blok Senoro-Toili, di
mana 250 MMSCFD akan dipasok ke Kilang LNG Donggi-Senoro, dan 55 MMSCFD untuk
pabrik amoniak PT Panca Amara Utama.
Bersama Blok Senoro-Toili, Blok Matindok yang dikelola oleh PT
Pertamina EP juga akan memasok gas untuk Kilang LNG Donggi Senoro sebanyak 85
MMSCFD. Blok Matindok akan memiliki dua Central Processing Plant, yaitu CPP
Donggi dan CPP Matindok dengan kapasitas total 105 MMSCFD dan menyerap
investasi sebesar 0,8 miliar. Selain untuk kilang LNG, gas dari Matindok juga
akan dipasok ke pembangkit listrik.
Kilang LNG Donggi Senoro |
Kilang LNG Donggi Senoro berkapasitas 2,1 million ton per annum (MTPA)
dengan investasi senilai US$2,8 miliar. Investasi kilang tersebut telah mejadi
kunci bagi upaya pengembangan dan monetisasi cadangan gas yang 30 tahun belum
dikembangkan di Sulawesi Tengah.
Kilang LNG Donggi Senoro yang dikelola oleh PT Donggi Senoro LNG
tersebut merupakan kilang LNG yang dibangun dengan model hilir pertama di
Indonesia, tidak membebani negara untuk investasinya dan memberikan multiplier
efek yang tinggi bagi perekonomian nasional dan setempat. Proyek ini merupakan
proyek kilang LNG pertama di Indonesia yang melibatkan perusahaan-perusahaan
Asia, yaitu PT Pertamina (Persero), PT Medco Energi Internasional Tbk,
Mitsubishi Corporation, Korea Gas Corporation (KOGAS) tanpa melibatkan major
oil and gas companies.
Selanjutnya, sebagai bagian dari upaya pemenuhan kebutuhan domestik JOB
Pertamina Medco Tomori Sulawesi telah berkomitmen menyalurkan gas sebanyak 55
MMSCFD untuk pabrik amoniak berkapasitas 700.000 ton per tahun, yang akan
dikelola oleh PT Panca Amara Utama. Pabrik amoniak tersebut memulai
groundbreaking dan diperkirakan akan menyerap investasi sebesar US$800 juta.
Dari proyek-proyek gas tersebut, potensi penerimaan negara selama 13
tahun mendatang diproyeksikan mencapai US$7,02 miliar. Total gas yang akan
tersalurkan kepada konsumen, baik untuk kilang LNG, pabrik amoniak, dan
pembangkit listrik sekitar 415 MMSCFD dan membuka lapangan kerja hingga 10.000
tenaga kerja.
Selain proyek-proyek di Sulawesi Tengah tersebut, Presiden juga
meresmikan Lapangan GG PHE Offshore North West Java yang terletak di Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat. Lapangan GG telah memiliki fasilitas satu anjungan lepas
pantai tanpa awak, pemboran 3 sumur gas, pipa bawah laut sepanjang 35 km, dan
onshore processing facility Balongan denqagan total investasi sekitar US$150
juta.
Lapangan GG mulai onstream dengan kapasitas produksi 31 MMSCFD dan 150
barel kondensat per hari. Gas dari lapangan tersebut dipasok untuk Kilang
Pertamina Balongan, Kilang LPG Pertamina Mundu, dan PLN Sunyaragi.
“Mega Proyek Pertamina Terintegrasi ini menunjukkan komitmen kuat
Pertamina bersama mitra-mitra terbaiknya untuk dapat berkontribusi bagi
pembangunan ekonomi Indonesia. Tidak sekadar sebagai sumber penerimaan negara,
tetapi juga menjadi kunci bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah setempat melalui
multiplier efek yang ditimbulkan dari proyek-proyek ini,” kata Direktur Utama
PT Pertamina Dwi Soetjipto.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyatakan Mega Proyek
Pertamina Terintegrasi dan juga pabrik amoniak sejalan komitmen pemerintah
untuk memperkuat infrastruktur energi nasional, mengoptimalkan pemanfaatan gas
untuk pemenuhan kemandirian energi dan menciptakan nilai tambah di dalam
negeri. Dengan total investasi yang mencapai US$5,8 miliar ini, katanya,
menunjukkan kepercayaan dan minat pelaku usaha yang tinggi untuk berinvestasi
di Indonesia, khususnya di sektor energi.
“Percepatan pembangunan infrastruktur energi merupakan kunci utama bagi
terciptanya kemandirian energi di masa kini dan yang akan datang. Oleh karena
itu, pemerintah sangat mendukung dan memberikan apresiasi yang tinggi kepada
Pertamina dan para mitranya yang telah menggagas dan merealisasikan Mega Proyek
Pertamina Terintegrasi ini,” pungkas Presiden.
Berikut profil empat proyek Pertamina terintegrasi tersebut :
- JOB Pertamina Medco Tomori Sulawesi (JOB PMTS), dikelola oleh JOB PMTS yang dimiliki oleh PT Pertamina Hulu Energi 50%, PT Medco Tomori E&P 30% dan Tomori E&P Ltd. 20%.Terdiri dari 1 Central Processing Plant (CPP) dengan kapasitas produksi total 310 MMCFD.
- Kilang LNG Donggi Senoro, dikelola oleh PT Donggi Senoro LNG yang dimiliki oleh PT Pertamina Hulu Energi 29%, PT Medco Energi Indonesia 11,1%, dan Sulawesi LNG Development Ltd. 59,9% (75% oleh Mitsubishi Corporation dan 25% oleh KOGAS). Kapasitas kilang 2,1 MTPA, menerima pasokan dari JOB PMTS 250 MMCFD dan dari Matindok pengembangan proyek 85 MMCFD.
- Pabrik Amonia, dikelola oleh PT Pancara Amara Utama (PAU) dan akan mulai Groundbreaking untuk konstruksi kilang. Kapasitas produksi 0,7 MTPA, menerima pasokan dari JOB PMTS 55 MMCFD.
- Lapangan GG (PHE-ONWJ), dikelola oleh PT Pertamina Hulu Energi Offshore North Swest Java (PHE-ONWJ). Kapasitas produksi 31 MMCFD dan 150 barrel kondensat per hari.
No comments:
Post a Comment