Presiden SBY menyalami peserta pembukaan Forests Asia Summit 2014 di
Hotel Sganri-La, Jakarta, Senin (5/5) pagi. (foto: rusman/presidenri.go.id)
|
JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) Hutan Asia atau Forests Asia Summit 2014 di Hotel Shangri-La,
Jakarta, Senin (5/5) pukul 10.00 WIB. Forum yang diselenggarakan oleh Center for
International Forestry Research (Cifor) ini berfokus pada lanskap berkelanjutan
untuk Pertumbuhan Hijau di Asia Tenggara (Sustainable Landscapes for Green
Growth in Southeast Asia).
Di awal sambutannya, Presiden SBY sangat senang karena banyak anak muda
yang berpartisipasi. Hal ini menunjukkan kesamaan dedikasi untuk menjaga
lingkungan alam dan mengamankan hutan tropis Indonesia. "Mari kita
pastikan bahwa generasi anda dan juga generasi selanjutnya menikmati lingkuan
yang hijau dan berkelanjutan," ujar Presiden SBY.
Pertemuan dihadiri oleh para menteri Asia Tenggara, CEO perusahaan
swasta, tokloj masyarakat sipil, ahli pembangunan, dan ilmuwan terkemuka dunia.
Presiden menyambut baik antusiasme mereka. Presiden melihat semakin banyak
negara di kawasan yang mengadopsi pembangunan berkelanjutan dan praktik-praktik
investasi hijau.
Pemerintah Indonesia sendiri telah lama mengadopsi strategi pembangunan
yang pro-lingkungan melalui empat pilar strategi pembangunan, yakni pro-growth,
pro-jobs, pro-poor, dan pro-environment.. "Dengan startegi ini, kami
berusaha keras untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan sejalan dengan visi
ekonomi hijau. Dan salah satu dari kebijakan hijau baru di Indonesia adalah
program nasional penguranan emisi GHG (Greenhouse gases) dan untuk menambah
stok karbon kita," Presiden menjelaskan.
Indonesia juga mereformasi manajemen kehutanan ke tingkat berkelanjutan
yang lebih tinggi. Selain itu, juga meningkatkan penanaman pohon dan melarang
pembebasan hutan dan lahan utama. "Tahun 2011, saya menandatangani
moratrium ijin pemanfaatan dan koversi untuk melindungi lebih dari 63 juta
hektar hutan utama dan lahan gambut," ujar SBY yang tahun lalu
memperpanjang kebijakan tersebut hingga 2015.
Melalui kebijakan tersebut, Indonesia telah menurunkan tingkat
deforestasi dari 1,2 juta hektar per tahun diantara 2003 dan 2006, menjadi 450
dan 600 ribu hektar per tahun selama periode moratorium pada 2011 hingga 2013.
Presiden juga menegaskan bahwa dalam 4 tahun terakhir, Indonesia telah mampu
menanam lebih dari 4 miliar pohon.
Kisah sukses dalam mengadopsi kebijakan pro-lingkungan juga dalam
dilihat di beberapa tempat, seperti Lonca (Sulawesi Tengah) yang dulunya
melakukan praktik menebas dan membakar untuk pembebasan lahan, sekarang telah
berhenti melakukan hal tersebut setelah mendapatkan pengenalan program
komunitas untuk manajemen kehutanan dan area batas air.
Petani-petani di Gunung Kidul juga merupakan kisah sukses lain dari
kebijakan pro-lingkungan. Setelah mengikuti serikat petani dan mendapatkan izin
komunitas hutan, ratusan petani ini sekarang mengelola 115 hektar lahan secara
berkelanjutan. Diantara pohon kayu jati, mereka menanam tanaman kesehatan dan
tanaman untuk makanan hewan.
Namun, meski terdapat sejumlah pencapaian, masih terdapat banyak kasus
praktik penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan. Hutan dan lahan gambut di
Asia Tenggara terus menurun dan terdegradasi. "Di Provinsi Riau, meski
seluruh upaya pencegahan telah dilakukan oleh para pemangku kepentingan selama
bertahun-tahun, kebakaran hutan tetap terjadi dari waktu ke waktu. Saya pribadi
menjadi saksi mata kebakaran hutan di sana dan efek yang menghancurkan bagi
warga lokal dan provinsi-provinsi tetangga," kata SBY.
Karena pemerintah daerah gagal dalam memitigasi situasi yang disebabkan
oleh kebakaran tersebut, Presiden SBY memerintahkan misi penanggulangan bencana
di Riau, yang diikuti dengan aksi penegakan hukum. "Karena upaya ini,
lebih dari seratus individu dan selusin korporasi menghadapi pengadilan terkait
kejahatan kehutanan. Kejahatan yang menyebabkan bencana kemanusian dan
linkungan," Presiden SBY menegaskan.
Lebih lanjut SBY menegaskan, dua kasus yang sangat kontras di Lonca dan
Riau itu meyakinkan kita bahwa manajemen kehutanan harus diperkuat. "Ini
meliputi peta hutan yang akurat untuk konservasi dan penggunaan lahan
berkelanjutan. Dari inisiatif ini, kita akan memiliki sebuah peta Indonesia
untuk membantu menyelasaikan persaingan klaim terhadap lahan. Di waktu yang
sama, kita akan lebih mampu untuk mengurangi deforestasi dan meningkatkan
produktivitas lanskap alam kita. Upaya lain untuk memperkuat tata kelola
kehutanan adalah pembentukan Agensi REDD+," Presiden menambahkan.
Sebelum mengakhiri sambutannya, Presiden SBY memberikan pesan kepada
para peserta KTT Hutan Asia. Apa yang kita lakukan hari ini, ujar SBY, bukan
untuk keuntungan kita sendiri. "Miliaran orang akan mewarisi bumi kita.
Maka, tanggung jawab ada pada kita yang hidup hari ini untuk mengamankan dan
menjaga hutan kita untuk anak cucu kita," pesan Presiden.
Mendampingi Presiden dalam pertemuan ini, sejumlah menteri Kabinet
Indonesia Bersatu II, diantaranya Mensesneg Sudi Silalahi, Menteri Kehutanan
Zulkifli Hasan, Menteri Lingkungan Hidup Baltazhar Kambuaya, dan Seskab Dipo
Alam.
twitter: @websitepresiden
No comments:
Post a Comment