Suryo Bambang Sulisto (foto Republika) |
JAKARTA - Tidak dapat dipungkiri lagi, minyak bumi dalam penerimaan
negara sejak dulu hingga kini masih mendominasi. Sektor hulu migas menyumbang
penerimaan negara terbesar kedua setelah pajak. Setiap tahunnya, sekitar 30
persen penerimaan negara berasal dari sektor ini. Jauh sebelum industri lain
berkembang, sektor hulu migas adalah sumber utama devisa negara. Penerimaan
yang besar tersebut menempatkan sektor
hulu migas menjadi "pahlawan" bagi bangsa Indonesia.
"Permasalahan dan kepentingan bangsa jangka panjang sangat
tergantung pada ketersediaan energi, ketergantungan ini menjadi lebih besar,
karena eksploitasi sumber daya energi masih tergantung pada investasi asing,
oleh karena itu, permasalahan yang kita hadapi selama ini bukan saja tentang
bagaimana mengatur ketersediaan energi tetapi bagaimana mengatur kepentingan
nasional agar sejalan dengan kepentingan investasi oleh pihak asing," ujar
Ketua Umum KADIN (Kamar Dagang Dan Industri) Pusat, Suryo Bambang Sulisto saat
membuka Focus Group Discussion (FGD),
Kriminalisasi Perjanjian Perdata Dalam Kaitannya dengan Kontrak Kerja Sama,
Senin (9/9/2013).
"Tahukah Anda sejak perminyakan ini dimulai, diawal tahun 70an, tahukah
Anda berapa besar cost recovery yang
sudah dikeluarkan negara. Dari ratusan milayar bahkan trilunan itu, berapa yang
sudah dinikmati pengusaha dalam negeri untuk membangun usahanya, sangat
sedikit, yang terjadi adalah, dari dana yang dibiayai oleh negera itu banyak
lari untuk membesarkan, perusahaan-perusahaan asing," lanjutnya.
"Ini dapat menjadi bahan renungan kita, dimana Kemampuan kita dan
aset yang kita miliki untuk memberikan pelayanan bidang migas itu masih
sangat-sangat kecil," pungkas Suryo.
itu merupakan opportunity lost
yang luar biasa mahalnya yang tidak mungkin kita dapatkan kembali,
mudah-mudahan kedepan hal ini tidak terjadi lagi, untuk itu, saya kira yang
diperlukan adalah sedikit lebih banyak komitmen keberpihakan dari teman-teman
kita khususnya di pemerintahan, karena kalau tidak, akan kembali lagi hilang
begitu saja peluang itu, peluang yang seharusnya bisa dipakai, dimanfaatkan
membangun membina kemanpuan dan aset yang dimilik dalam negeri," imbuhnya
lagi.
Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswoutomo menyetujui pernyataan Ketua Umum
KADIN dengan mengatakan, Pemerintah akan terus memfasilitasi dan perihal cost recovery, saya setuju, kepentingan
nasional harus didahulukan, dan merupakan tanggung jawab kita bersama untuk
menjadikan Pengusahan nasional menjadituan rumah di negara sendiri, dan ini
bukan hanya masalah nasionalisme namun wujud keberpihakan negara bagi
kepentingan nasional.
Penyertaan produk-produk dalam negeri disektor migas lanjut Wamen,
bukan hanya dari sisi perlengkapan namun juga dari sisi sumber daya manusia dan
bagi KKKS tidak alasan untuk menolak selama yang ditawarkan memiliki kualitas
yang sama baik dengan yang ditawarkan pihak asing.
Sumber: Kemen esdm.
No comments:
Post a Comment