PLTU Lontar. Foto:ESDM |
JAKARTA – Program listrik 35.000 MW yang saat ini sedang dikerjakan
pemerintah dan bersama Independent power producer (IPP) didominasi Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) atau 56,97% dari total pembangkit listrik yang
dibangun. Untuk mengurangi polusi yang timbul Pemerintah mendorong penggunaan
teknologi efisiensi tinggi seperti Clean
Coal Technology (CCT) untuk PLTU utamanya di system kelistrikan Sumatera.
Clean Coal Technology (CCT)
tidak sepenuhnya menghilangkan emisi menjadi nol atau mendekati nol, tetapi
lebih bermakna bahwa emisi yang dihasilkan lebih sedikit. Meskipun begitu,
clean coal technologies dapat mengurangi emisi dari beberapa polutan dan limbah
serta peningkatan energi yang dihasilkan dari tiap ton batubara. Dengan
demikian maka teknologi CCT untuk PLTU saat ini lebih efisien dan ramah
lingkungan.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Jarman dalam acara Workshop Building Pathways for High
Efficiency Low Emissions Coal In Indonesia yang diselenggarakan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Selasa (6/9) lalu mengatakan,
penerapan teknologi ramah lingkungan untuk PLTU tersebut sesuai dengan Paris Agreement pada Konvensi Para Pihak
(Conferences of Parties-COP) UNFCCC ke-21 di Paris tahun 2015 lalu.
“Teknologi PLTU bersih melalui CCT merupakan salah satu upaya untuk
mengendalikan kenaikan suhu bumi yang tidak lebih dari 2 derajat celcius,” ujar
Jarman.
Jarman menambahkan, kebutuhan PLTU batubara akan mendominasi program
35.000 MW dengan porsi sebesar 56,97% dari total pembangkit listrik yang
direncanakan. Kebutuhan batubara untuk PLTU saat ini mencapai 87,7 juta ton.
Seiring dengan pembangunan program ketenagalistrikan 35.000 MW, kebutuhan
batubara diperkirakan meningkat menjadi 166,2 juta ton pada tahun 2019.
Saat ini masyarakat dunia tidak terkecuali Indonesia mengurangi
konsumsi energi yang bersumber dari fosil seperti minyak dan batubara. Semakin
sulit dan sedikitnya cadangan energi berbasis fosil dan dampak polutan yang
dihasilkan pada akhirnya menyadarkan masyarakat dunia untuk mulai memanfaatkan
energI terbarukan sebagai sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
Pada COP-21 di Paris, Presiden Joko Widodo telah mendeklarasikan
komitmen Pemerintah Indonesia untuk ikut aktif menurunkan emisi CO2 (Gas Rumah
Kaca-GRK) sebesar 29% di tahun 2030 dan melalui dokumen Intended Nationally Determined Contributions (INDCs), Indonesia
mencantumkan kegiatan pembangunan PLTU Batubara dengan menggunakan teknologi
efisiensi tinggi seperti Clean Coal
Technology untuk mencapai 29% penurunan emisi GRK di tahun 2030.
Editor: Freddy Ilhamsyah PA
No comments:
Post a Comment