Menteri ESDM Sudirman Said. Foto dok, |
JAKARTA, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian ESDM, Sujatmiko
dalam Siaran Pers No. 00043.Pers/SJI/04/2016 pada Rabu, 27 April 2016 pukul 17:26
WIB menyebutkan, Pemerintah, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM), telah mencanangkan Gerakan Konservasi Energi “Potong 10%” pada setahun
yang lalu. Sebagai gerakan, upaya ini sebetulnya sudah dilakukan sejak 2012.
Gerakan ini bertujuan untuk mendorong kesadaran mengenai efisiensi dan tanggung
jawab dalam hal pemanfaatan energi.
Pertumbuhan konsumsi energi yang terus meningkat disertai dengan
penurunan jumlah cadangan energi fosil, menuntut kesadaran segenap pihak
pengguna energi untuk melakukan penghematan.
Penghematan yang dilakukan sebanyak 10 persen hingga tiga tahun kedepan
sama dengan menghemat pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru.
“Konservasi energi harus kita tempatkan sebagai sumber energi kelima setelah
minyak, gas, batubara, dan energi terbarukan. Menghemat 10% lebih mudah
dilakukan daripada membangun sumber energi baru sebesar 10% atau setara 3,5
Gigawatt (Gw) yang membutuhkan dana sekitar Rp 43 triliun,” ungkap Menteri
ESDM, Sudirman Said, di Jakarta (27/4) saat menyampaikan penjelasan mengenai
“Program Konservasi Energi: Potong 10%”.
Konsumsi energi nasional terbesar saat ini berada pada kelompok
pelanggan rumah tangga, industri, dan bisnis. Oleh karena itu, Gerakan Potong
10 Persen akan fokus pada sektor-sektor tersebut. Pada tahap ini program akan
dilaksanakan di provinsi dengan tingkat konsumsi energi tinggi, atau di atas 87
persen total konsumsi nasional, seperti di Sumatera Utara, Riau, Sumatera
Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Bali, dan Sulawesi Selatan. Penghematan sebesar 10 persen yang dilakukan di
provinsi tersebut dapat melistriki sekitar 2,5 juta kepala keluarga di seluruh
desa dalam Program Indonesia Terang (setara 10 juta jiwa akan mendapatkan akses
listrik).
“Potong 10%” merupakan gerakan/aksi bersama yang melibatkan Pemerintah,
pelaku bisnis/industri, organisasi masyarakat sipil, dan individu, yang bisa
diterapkan pada aktivitas sehari-hari,” papar Menteri Sudirman. Gerakan itu,
imbuhnya, apabila dilaksanakan secara konsisten dan masif dapat mendukung upaya
mewujudkan kedaulatan energi.
Menurut Menteri Sudirman, kita harus menjadikan hemat energi sebagai
gaya hidup sehari-hari. Contoh yang mudah, misalnya, dengan mematikan lampu dan
peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai, atau mencabut outlet listrik.
“Ilustrasinya begini, dengan mematikan lampu dan peralatan elektronik
di rumah anda selama satu jam per hari akan menghemat konsumsi listrik setara
600 Wh. Penghematan tersebut setara dengan pemberian akses listrik kepada satu
rumah tangga di daerah terpencil,” jelas Menteri.
Secara resmi, Menteri ESDM akan mengajak publik bergabung dalam Gerakan
Potong 10 Persen pada Minggu pagi, 15 Mei 2016 bersamaan dengan Car Free Day di
Jakarta. Dimulai dari Kantor Kementerian ESDM di Medan Merdeka Selatan, Menteri
ESDM akan berjalan kaki menuju Bundaran Air Mancur Hotel Indonesia bersama
dengan jajarannya dan masyarakat umum mengkampanyekan penghematan energi.
Beberapa panduan praktis gaya hidup hemat energi untuk mensukseskan
Gerakan Konservasi “Potong 10%” adalah:
- Mematikan lampu saat keluar ruangan,
- Mematikan televisi saat tidak digunakan,
- Mencetak kertas secara bolak-balik,
- Mematikan perangkat elektronik saat tidak digunakan,
- Menutup kulkas dengan rapat,
- Mematikan pendingin ruangan saat ruangan tidak digunakan,
- Mengatur pendingin ruangan pada suhu 24 derajat,
- Menggunakan lampu hemat listrik/LED.
No comments:
Post a Comment