Wednesday, 13 April 2016

CSR Pertamina EP Pangkalansusu Field Dukung Perajin Purun Langkat



Kerajinan Puun hasil anyaman KPR Serasi. Foto THNews

PANGKALANSUSU, PT Pertamina EP Asset 1 Pangkalansusu Field melalui program CSR (Corporate Social Resposibility/Tanggungjawab Sosial Perusahaan) dukung Kelompok Perajin Purun Serasi yang berdomisili di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

Menurut Ka.Humas Pertamina EP Pangkalansusu Rusmidah, kepedulian Perusahaan terhadap kelompok perajin Purun di Desa Lubuk Kertang selain untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat juga untuk mempertahan warisan leluhur suku Banjar yang sudah lama menetap di Desa Lubuk Kertang agar kerjaninan tradisional itu tidak tergerus jaman, Jum’at (8/4).
Dir. Keuangan PT Pertamina EP Lukitaningsih bekunjung ke Kelompok Perajin Purun Serasi di Desa Lubuk Kertang, Kec. Brandan Barat, Kab.Langkat, Sumatera Utara. Foto THNews
“Kerajinan anyaman berbahan baku Purun yang ramah lingkungan dan bahan bakunya cukup banyak di Desa Lubuk Kertang perlu kita lestarikan dan tingkatkan mutunya agar tidak kalah bersaing dengan jenis anyaman berbahan tidak ramah lingkungan,” ujar Rusmidah.

Anggota inti Kelompok Perajin Purun Serasi berjumlah 15 orang yang berdomisili di Dusun I Janggus, Dusun II Paluh Tabuhan dan Dusun V Kelapa 6 Desa Lubuk Kertang. Ungkap Nur Janah (35).

Mimpi Nur Janah Kelompok Perajin Purun Serasi akan maju dan berkembang dengan hasil produksi yang berkualitas setelah mendapat dukungan dan bantuan mesin jahit dari Pertamina. “Terima kasih Pertamina EP Pangkalansusu,” ujar Nur Janah.
Arbaiyah (2 kiri) membimbing perajin pemula di kediamannya di Janggus. Foto THNews
Sementara menurut Arbaiyah (55) yang juga adalah anggota inti Kelompok Perajin Purun Serasi saat ditemui di kediamannya di Dusun I Janggus menjelaskan, bahan baku purun di Desa Lubuk Kertang cukup banyak dan tumbuh subur di lahan bekas galian sirtu Pertamina di kawasan Pantai Kodok, Janggus dan sekitarnya.

Gulma tanaman liar itu tumbuh secara alami sehingga tidak memerlukan pemeliharaan dan selalu siap dipanen. Panenan terbaik dihasilkan dari rumpun yang telah berusia 2-3 tahun.

Menurut Arbaiyah, batang-batang purun yang telah dipanen kemudian dijemur hari hingga kering lalu ditembuk hingga pipih dan dibersihkan. Setelah melewati proses tersebut baru purun benar-benar dapat dijadikan bahan baku dan dianyam menjadi tikar dan barang kerajinan jenis lainnya.

Arbaiyah (kedua dari kiri) sedang menuntut peserta pelatihan untuk mengayam tikar yang baik dan benar.

“Mudah-mudahan dengan adanya perhatian dan bantuan pelatihan dari CSR Pertamina EP Pangkalansusu diharapkan untuk kedepan para pengrajin anyaman tikar di Desa kami dapat menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing dengan pangsa pasar,” imbuh Arbaiyah seraya memberi arahan kepada peserta latihan membuat tikar purun di kediamannya.

Waridi warga Janggus penjual Purun basah. Foto THNews
Ditemui di tempat terpisah, Waridi (54) warga Dusun I Janggus selaku penyalur bahan baku Puruh basah kepada para anggota Kelompok Perajin Purun setempat menjelaskan, satu ikat purun basah dihargai sebesar Rp50.000,- “Saat ini sudah sulit mendapatkan bahan baku purun karena dimusim kemarau ini rawa kering, dan diperparah lagi dengan terbakarnya kawasan induk purun di Pantai Kodok, Janggus,” keluh Waridi. 
 

No comments:

Post a Comment