Kerajinan Puun hasil anyaman KPR Serasi. Foto THNews |
PANGKALANSUSU, PT Pertamina EP Asset 1 Pangkalansusu Field melalui
program CSR (Corporate Social Resposibility/Tanggungjawab Sosial Perusahaan)
dukung Kelompok Perajin Purun Serasi yang berdomisili di Desa Lubuk Kertang,
Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
Menurut Ka.Humas Pertamina EP Pangkalansusu Rusmidah, kepedulian
Perusahaan terhadap kelompok perajin Purun di Desa Lubuk Kertang selain untuk
meningkatkan taraf perekonomian masyarakat juga untuk mempertahan warisan
leluhur suku Banjar yang sudah lama menetap di Desa Lubuk Kertang agar
kerjaninan tradisional itu tidak tergerus jaman, Jum’at (8/4).
Dir. Keuangan PT Pertamina EP Lukitaningsih bekunjung ke Kelompok Perajin Purun Serasi di Desa Lubuk Kertang, Kec. Brandan Barat, Kab.Langkat, Sumatera Utara. Foto THNews |
“Kerajinan anyaman berbahan baku Purun yang ramah lingkungan dan bahan
bakunya cukup banyak di Desa Lubuk Kertang perlu kita lestarikan dan tingkatkan
mutunya agar tidak kalah bersaing dengan jenis anyaman berbahan tidak ramah
lingkungan,” ujar Rusmidah.
Anggota inti Kelompok Perajin Purun Serasi berjumlah 15 orang yang
berdomisili di Dusun I Janggus, Dusun II Paluh Tabuhan dan Dusun V Kelapa 6
Desa Lubuk Kertang. Ungkap Nur Janah (35).
Mimpi Nur Janah Kelompok Perajin Purun Serasi akan maju dan berkembang
dengan hasil produksi yang berkualitas setelah mendapat dukungan dan bantuan
mesin jahit dari Pertamina. “Terima kasih Pertamina EP Pangkalansusu,” ujar Nur
Janah.
Arbaiyah (2 kiri) membimbing perajin pemula di kediamannya di Janggus. Foto THNews |
Sementara menurut Arbaiyah (55) yang juga adalah anggota inti Kelompok
Perajin Purun Serasi saat ditemui di kediamannya di Dusun I Janggus menjelaskan,
bahan baku purun di Desa Lubuk Kertang cukup banyak dan tumbuh subur di lahan
bekas galian sirtu Pertamina di kawasan Pantai Kodok, Janggus dan sekitarnya.
Gulma tanaman liar itu tumbuh secara alami sehingga tidak memerlukan
pemeliharaan dan selalu siap dipanen. Panenan terbaik dihasilkan dari rumpun
yang telah berusia 2-3 tahun.
Menurut Arbaiyah, batang-batang purun yang telah dipanen kemudian
dijemur hari hingga kering lalu ditembuk hingga pipih dan dibersihkan. Setelah
melewati proses tersebut baru purun benar-benar dapat dijadikan bahan baku dan
dianyam menjadi tikar dan barang kerajinan jenis lainnya.
Arbaiyah (kedua dari kiri) sedang menuntut peserta pelatihan untuk
mengayam tikar yang baik dan benar.
“Mudah-mudahan dengan adanya perhatian dan bantuan pelatihan dari CSR
Pertamina EP Pangkalansusu diharapkan untuk kedepan para pengrajin anyaman
tikar di Desa kami dapat menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing dengan
pangsa pasar,” imbuh Arbaiyah seraya memberi arahan kepada peserta latihan
membuat tikar purun di kediamannya.
Waridi warga Janggus penjual Purun basah. Foto THNews |
Ditemui di tempat terpisah, Waridi (54) warga Dusun I Janggus selaku
penyalur bahan baku Puruh basah kepada para anggota Kelompok Perajin Purun
setempat menjelaskan, satu ikat purun basah dihargai sebesar Rp50.000,- “Saat
ini sudah sulit mendapatkan bahan baku purun karena dimusim kemarau ini rawa
kering, dan diperparah lagi dengan terbakarnya kawasan induk purun di Pantai
Kodok, Janggus,” keluh Waridi.
No comments:
Post a Comment