Floating Storage Regatification Unit (FSRU) Lampung. Foto Ditjen Migas |
JAKARTA, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi
Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja menyatakan bahwa saat ini
infrastruktur gas bumi di Indonesia masih kurang. Baik itu infrastruktur berupa
pipa gas bumi maupun fasilitas lain seperti untuk menampung dan meregasifikasi
gas alam cair (LNG).
Panjang pipa gas bumi hilir di Indonesia misalnya tak lebih dari 10.000
km. Sedangkan fasilitas untuk menampung LNG dan regasifikasi masih sangat
kurang. Keberadaan infrastruktur gas
bumi yang masih minim itu membuat gas bumi Indonesia belum sepenuhnya bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan domestik, sehingga gas bumi Indonesia kemudian
diekspor.
Karena itulah pemerintah terus mendorong pembangunan infrastruktur gas
bumi di dalam negeri. Seperti yang dilakukan PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk (PGN) yang membangun fasilitas Floating Storage Regatification Unit (FSRU)
Lampung. “Pemerintah memberikan apresiasi yang besar kepada PGN dalam
pembangunan FSRU Lampung itu. Keberadaan FSRU Lampung ini merupakan
keberhasilan pemerintah dalam mendorong pembangunan infrastruktur gas bumi,”
kata Wirat di Jakarta, Senin (25/4).
Keberadaan FSRU Lampung sangat strategis karena mampu meningkatkan
serapan LNG untuk domestik dan juga mengurangi ekspor LNG, sehingga
meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam bagi perekonomian nasional.
“Peningkatan serapan LNG di FSRU Lampung yang dikelola PGN memiliki
dampak strategis bagi pemanfaatan gas bumi di dalam negeri. Ini juga sesuai
dengan langkah pemerintah yang terus mengurangi ekspor LNG nasional dengan
memprioritaskan pada konsumsi dalam negeri. Melalui pembangunan infrastruktur
seperti FSRU Lampung ini ketahanan energi akan semakin kuat dan ekonomi dapat
tumbuh berkelanjutan dalam jangka panjang,” tegasnya.
Berbagai infrastruktur gas bumi yang dibangun oleh PGN merupakan investasi
jangka panjang. Oleh karena itu optimalisasi penggunaan infrastruktur seperti
ini membutuhkan waktu. Seperti halnya dengan FSRU Lampung juga tidak mungkin
kapasitasnya akan langsung terpakai hingga 100% begitu selesai dibangun.
Di tahun 2016, FSRU PGN Lampung direncanakan akan mendapatkan pasokan
LNG sebesar 1,1 juta meter kubik dari kilang LNG Tangguh di Papua. Pada 2 April
2016 FSRU Lampung sudah menerima pasokan LNG dari Kilang Tangguh sebanyak 1
kargo. Kemarin pada Minggu 24/4/2016 FSRU Lampung kembali mendapat kiriman LNG
dari kilang Tangguh. Selain alokasi dari Tangguh, PGN juga sedang melakukan
negoisasi untuk pasokan dari sumber
lainnya.
Direktur Utama PT PGN LNG Indonesia
Mugiono, mengatakan bahwa FSRU Lampung akan memperkuat pasokan gas bumi
PGN, khususnya untuk pelanggan di Jawa Bagian Barat dan Sumatera Bagian
Selatan.
“Sebelum disalurkan, LNG tersebut akan melalui proses regasifikasi
(mengubah dalam bentuk cair menjadi gas). Dari FSRU Lampung, gas tersebut
mengalir melalui pipa bawah laut menuju ke stasiun penerima di Labuan Maringgai
yang terhubung dengan pipa South Sumatera West Java (SSWJ) sehingga gas
tersebut dapat didistribusikan ke pelanggan PGN di Jawa bagian barat dan
Sumatera bagian selatan,” jelasnya.
Mugiono menambahkan, keberadaan FSRU PGN Lampung dapat memasok gas bagi
berbagai segmen pelanggan mulai UKM, industri, rumah tangga, dan sektor
kelistrikan. FSRU PGN ini juga akan diarahkan untuk mendukung terpenuhinya
kebutuhan energi dalam rangka mewujudkan proyek listrik 35 ribu MW yang menjadi
prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Mugiono menandaskan, PGN akan terus berusaha meningkatkan peran FSRU
Lampung dalam memberikan nilai tambah ekonomi, khususnya melalui menyediaan
energi yang ramah lingkungan, efisien dan aman. “Kami juga akan terus mendukung
upaya pemerintah untuk mengurangi ekspor LNG dengan mengoptimalkan
infrastruktur gas bumi di dalam negeri,” tandas Mugiono.
Sumber: Ditjen Migas
No comments:
Post a Comment