Ilustrasi FPSO – commons.wikimedia.org
|
SINGAPURA, Perkembangan proyek minyak dan gas bumi (migas) Lapangan
Bukit Tua, Blok Ketapang yang terletak di perairan utara Madura, Jawa Timur,
hingga awal Oktober 2014 sebesar 65 persen. Salah satu kemajuan pengembangan
proyek ini adalah fasilitas produksi, penyimpanan, dan pengangkutan terapung (floating production storage and offloading/FPSO)
yang diresmikan namanya di Galangan Kapal Keppel, Singapura, Selasa (21/10).
FPSO yang memiliki panjang 233 meter, lebar 43 meter, dan tinggi 20
meter ini, diberi nama Ratu Nusantara yang mewakili kemitraan Indonesia dan
Malaysia di Kepulauan Nusantara. Peresmian dihadiri Pelaksana Tugas Kepala
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK
Migas), J. Widjonarko, Pimpinan tertinggi Negara Bagian Sabah Y.A.B Datuk Seri
Panglima Musa Haji Aman, dan Country
Chairman dari Petronas Carigali Indonesia, Hazli Sham B Kassim.
“Diharapkan lapangan Bukit Tua mulai berproduksi pada April 2015,” kata
Widjonarko. Proyeksinya, produksi awal lapangan ini sebesar 5.000 barel minyak
per hari dan 20 juta kaki kubik gas bumi per hari. Produksi akan meningkat
bertahap hingga mencapai puncaknya sebesar 20.000 barel minyak per hari dan 60
juta kaki kubik per hari.
Produksi gas, diperuntukkan ke pembeli domestik, yaitu PT. Petrogas
Jatim Utama untuk kebutuhan kelistrikan pembangkit listrik tenaga gas dan uap
Gresik. Pada Jumat (17/10) lalu, telah ditandatangani amandemen perjanjian jual
beli gas bumi antara kontraktor kontrak kerja sama Ketapang dengan Petrogas.
“Dari amandemen ini, penerimaan negara diperkirakan bertambah US$ 105 juta atau
Rp 1,2 triliun,” katanya.
Ratu Nusantara memiliki fasilitas pengolahan 25 ribu barel minyak per
hari dan 77 juta kaki kubik gas bumi per hari, serta 20 ribu barel air per
hari. Kapal ini juga dirancang mampu menyimpan hingga 630 ribu barel minyak
yang telah diproses. Nantinya, minyak dihasilkan akan disalurkan ke tanker
pembeli. Ratu Nusantara merupakan kapal Tanker
Scorpius yang dirakit pada tahun 1994 milik Keppel Corporation dan diambil
alih pada kuartal terakhir 2013. Dibutuhkan waktu sekitar 16 bulan untuk
mengkonversi kapal tanker menjadi FPSO.
Petronas Carigali Ketapang Ltd, sebagai operator Lapangan Bukit Tua,
memiliki kontrak kerja sama untuk menyewa FPSO dengan PT. M3 Ketapang
Sejahtera, perusahaan konsorsium antara M3nergy dari Malaysia dan PT
Transamudra Usaha Sejahtera dari Indonesia. Kontrak ini berlaku selama 5 tahun,
yang dapat diperpanjang dua periode satu tahun.
Kepala Humas, SKK Migas, Rudianto Rimbono menjelaskan, untuk memenuhi
azas cabotage yang berlaku di Indonesia, kapal ini telah berbendera Indonesia.
“Untuk memenuhi konten lokal, fasilitas topside dipabrikasi di Batam,” katanya.
Hazli menambahkan, Petronas berkomitmen untuk mengembangkan wilayah
kerja migas yang dikelola di Indonesia. “Kami tengah melakukan studi lebih
lanjut untuk melihat potensi pengembangan lapangan di blok Ketapang yang
nantinya juga bisa menggunakan FPSO Ratu Nusantara untuk memaksimalkan
kapasitas penggunaannya,” katanya.
Blok Ketapang, 80 persen sahamnya dimiliki Petronas dan sisanya
dimiliki PT Saka Ketapang Perdana. Lapangan Bukit Tua terletak di Laut Jawa, 35
km sebelah utara Pulau Madura dan sekitar 110 kilometer timur laut Kota Gresik,
Jawa Timur. Semula lapangan ini dikelola Conoco Philips bermitra dengan
Petronas. Sejak 25 Juli 2008 lapangan ini sepenuhnya dikelola Petronas.
Sumber : skkmigas
No comments:
Post a Comment