Tampak dalam gambar sebagian kawasan Hutan Lindung Taman Nasional Gunung
Leuser yang berada di wilayah Resort Sei Betung Besitang telah gundul dirusak
oleh perambah. (Foto: THNews/JP)
|
BESITANG, Langkat (Telukharunews.com), Akibat kian maraknya aksi
perambahan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di wilayah Kabupaten
Langkat, Provinsi Sumatera Utara, pihak SPTN Wilayah IV telah mengirim Tim
Gabungan untuk menyelamatkan TNGL dari aksi pengrusakan oleh pihak yang tidak
bertanggungjawab.
Hutan Lindung TNGL disebut juga sebagai paru-paru dunia yang sebagian wilayahnya
berada di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara kondisinya saat ini sudah
semakin rusak ditandai dengan adanya puluhan ribu hektar lahan TNGL telah
disulap oleh sejumlah pengusaha termasuk masyarakat awam menjadi perkebunan
kelapa sawit, rambung, coklat dan sebagainya.
“Kawasan TNGL yang telah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit
berada di Kecamatan Sei Lepan, Sekoci, Cinta Raja, Kecamatan Besitang yang
masuk dalam pengawasan SPTN Wilayah VI Besitang, Langkat,” ujar salah seorang
petugas TNGL kepada beberapa wartawan saat meninjau lokasi TNGL di Resort Sei
Betung yang luluh lantak dibabat orang-orang tidak bertanggungjawab, Kamis
(6/11/2014).
Kepala SPTN (Seksi Pemolaan Taman Nasional) Wilayah VI, Tuahman Tarigan
mengatakan, khususnya di Resort Sei Betung
Besitang, sebelumnya di antara enam wilayah TNGL yang berada di Kabupaten Langkat
minim dari gangguan perambahan. Tetapi belakangan ini sekira 300 hektar kawasan
tersebut sudah ludes dibabat oleh “mafia tanah” yang diduga disponsori oleh
oknum pemilik modal dari luar Kabupaten Langkat.
Akibat perambahan liar ini telah menyebabkan kawasan TNGL menjadi
gundul. Sebagian kayunya dijadikan kayu olahan dan sisa penebangan lainnya dibakar.
Kemudian lahan tersebut ditanami palawija seperti pohon pisang, cabai dan tanaman
muda lainnya. Ungkap Tuahman.
“Tidak seperti sebelumnya ketika kondisi hutan TNGL masih asri dan
belum terjamah oleh para perambah liar,
kawasan ini menjadi kebanggaan masyarakat Langkat khususnya dan Indonesia
pada umumnya termasuk Manca Negara,” sebut Tarigan.
Oleh sebab itu, tambah Tarigan, kami terjunkan Tim Gabungan terdiri
dari petugas TNGL, Satuan Polisi Reaksi Cepat (SPORC) dan Kepolisian ke
lapangan untuk mengantisipasi aksi perambahan hutan agar tidak semakin meluas.
Tim gabungan ini akan melakukan sweeping
tanpa batas waktu sampai daerah ini bebas dari perambah.
“Seluruh petugas Tim Gabungan ditempatkan
di lokasi kejadian dan mereka akan menempati pos yang telah didirikan untuk
berjaga siang-malam hingga kawasan ini benar-benar aman dari gangguan para
perambah,” kata Tarigan.
Masih menurut Tarigan, sesuai informasi yang diterima khususnya di
Resort Sei Betung, para perambah rata-rata berasal dari luar kota yang tidak mengetahui
asal usul lahan, kemungkinan mereka dijanjikan oleh oknum tertentu untuk
memiliki lahan di areal hutan lindung tersebut.
Ketika disinggung mengenai upaya yang telah dilakukan agar kawasan
hutan lindung disesuaikan kembali fungsimya sebagai paru-paru dunia, Tuahman
menjelaskan bahwa di era Pemerintahan Presiden SBY pihaknya telah berupaya
melakukan koordinasi dengan para pihak terkait, tetapi sampai saat ini belum
terealisasi tindak nyatanya. Semoga di era Pemerintahan Presiden Joko Widodo
semuanya dapat terealisasi sebagaimana yang diharapkan.
Sementara Kepala Resort Sei Betung TNGL Besitang, Sabar Sitanggang saat
dikonfirmasi di lokasi yang sama menyatakan, illegal logging dan perambahan marak terjadi sejak awal Maret 2013
lalu. Pihaknya telah beberapa kali melakukan sweeping. Namun karena minimnya personil dan medan yang dilalui untuk
menuju ke kawasan tersebut relatif sulit dan jauh, maka upaya penyergapan tidak
berjalan secara maksimal. (fi)
No comments:
Post a Comment