Friday, 25 April 2014

Produksi Minyak Lapangan Banyu Urip Sumbang 20 Persen Produksi Nasional



BOJONEGORO, Telukharunews.com – Produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur diperkirakan jika sudah puncaknya dapat memberikan kontribusi yang mencapai 20 persen dari produksi minyak nasional. Produksi 20 persen tersebut menurut Pelaksana Tugas Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), J. Widjonarko sangat berarti.

“Secara bertahap produksi lapangan Banyu Urip akan meningkat. Saat ini, produksi lapangan yang dikelola kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) Mobil Cepu Ltd. (MCL) itu sebesar 29.000 barel minyak per hari. Per September 2014, produksi ditargetkan naik 10.000 barel minyak per hari dengan adanya tambahan fasilitas produksi awal dan ditargetkan mencapai puncaknya sebesar 165.000 barel per hari pada tahun 2015,” ujar Widjonarko. Kamis (24/04/2014).

Cadangan migas di Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu ditemukan pada 2001. Kontrak kerja sama Blok Cepu ditandatangani pada 17 September 2005 dengan MCL sebagai operator. MCL, anak perusahaan dari Exxon Mobil Corporation, memegang 45 persen saham partisipasi, bersama Pertamina EP Cepu yang memegang 45 persen saham dan Badan Kerja Sama Blok Cepu (BKS) dengan 10 persen saham. Rencana pengembangan lapangan disetujui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada 15 Juli 2006. Cadangan minyak di Lapangan Banyu Urip diperkirakan sebesar 445 juta barel.

Investasi US$ 2,525 miliar

Untuk pengembangan lapangan (plan of development/PoD) di Proyek Banyu Urip memerlukan investasi mencapai US$ 2,525 miliar, dengan rincian untuk pembangunan fasilitas produksi sebesar US$ 2,188 miliar dan pengeboran sumur sebanyak US$ 337 juta. Pembangunan fasilitas dibagi ke dalam lima kontrak EPC (engineering, procurement, and construction/rekayasa, pengadaan, dan konstruksi), yakni fasilitas produksi utama (Central Production Facility/CPF), pipa darat (onshore)72 km, pipa laut (offshore) dan menara tambat (mooring tower), Floating Storage Off-loading (FSO), serta fasilitas infrastruktur.

Widjonarko mengatakan, kegiatan konstruksi terus berlangsung dengan berbagai kemajuan di seluruh kontrak EPC.“Perkembangan proyek migas Banyu Urip, hingga minggu ketiga April 2014 ini mencapai 87 persen,” ujar Widjonarko.

Mengenai tingkat kandungan dalam negeri (TKDN),tidak hanya lima kontrak EPC dipimpin perusahaan Indonesia. Terdapat 450 perusahaan sub kontraktor nasional dan lokal yang dilibatkan, yang 85 persen diantaranya merupakan perusahaan lokal dari Bojonegoro dan Tuban. Tidak hanya itu, terdapat 9.100 pekerja Indonesia yang 60 persen diantaranya adalah pekerja lokal yang berasal dari Bojonegoro dan Tuban.

Sumber: ESDM

No comments:

Post a Comment