NUSA DUA – Pemerintah menawarkan kerjasama pemanfaatan mineral logam
tanah jarang kepada negara - negara ASEAN Plus (ASEAN, China, Jepang dan Korea
Selatan). Saat ini mineral tanah jarang di Indonesia belum termanfaatkan karena
terbatasnya kemampuan Indonesia untuk memisahkannya dari mineral loga induknya.
Mineral tanah jarang yang banyak ditemukan di Indonesia adalah bijih
Timah dengan mineral ikutan Monazite, Xenotime, Zircon dan Ilmenite, bijih Tembaga dengan mineral ikutan Anode
Slime, Pasir Besi, bijih Emas dan bijih Bauksit.
“Indonesia merupakan produser timah nomor dua dan eksportir nomor satu
didunia, saat timah diproses melalui pembakaran terdapat tin slek sebagai sisa
pembakaran yang mengandung unsur-unsur tanah jarang sebesar 8 persen. Masalah yang
timbul kemudian, Indonesia belum mampu memisahkan sehingga Indonesia meminta ASEAN Plus
terutama negara partner untuk membantu negara ASEAN bagaimana teknologi,
metodologi yang tepat untuk mengekstrak rare earth tersebut,” ujar Kepala Badan
Geologi usai menutup pertemuan ASOMM.
Rabu (27/11/2013).
“Rare earth sangat penting untuk industri telekomunikasi, dan produk
teknologi tinggi lainnya, kita punya resources-nya namun kita tidak mampu
mengextract dan mengolahnya, jadi kita ajukan ke negara partner untuk membantu
mengolahnya,” lanjut Sukhyar.
Logam tanah jarang yang merupakan mineral ikutan dari produk timah,
saat ini belum termanfaatkan. "Kalau orang mengelola timah dia engga
peduli ada monasite, senotim, semua dismel, dibakar atau dilelehkan , nah yang
diambil timah lalu ada slek (sisa pembakaran) nah disitu yang ada rare
earthnya.
Sumber: website Kementerian Esdm
No comments:
Post a Comment