JAKARTA – Sejak tahun 2008 Indonesia resmi menjadi net importir akibat
tingginya konsumsi yang tidak dibarengi dengan produksi yang ada. Indonesia
akan terus menjadi net importir jika tidak dilakukan langkah-langkah untuk
mendapatkan cadangan minyak baru. Enampuluh persen kebutuhan BBM nasional masih
impor dan semakin besar impor maka akan semakin besar ketergantungan Indonesia
terhadap harga BBM dunia.
“Kita ini sejak tahun 2008 sudah menjadi net importir dan merasa kaya
akan migas. Setiap kita mau bicara BBM, pasti kita bicara, kita ini negara kaya kenapa kita
impor BBM kenapa kita naikkan harga. Itu salah polah pikir,” ujar
Sudirman Said saat diskusi mengenai diversifikasi energi di Jakarta kemarin
(14/4/2015).
Konsumsi BBM yang terus meningkat dan akan terus meningkat sehingga
semakin lama, maka impor BBM akan semakin besar. “Sejak 2008 kita menjadi net
importir dan akan terus menjadi net importir kalau kita engga berbuat apa-apa,
10 tahun lagi 80% dari BBM kita itu didapat dari impor,” lanjut Sudirman.
Pola pikir Indonesia kaya akan migas itu merupakan bagian dari paradok
pengelolaan energi, paradok selanjutnya dijelaskan Sudirman adalah, Kita ini
impor tidak punya infrastruktur cukup kemudian tidak pernah serius membangun
infrastruktur dan paradok ketiga adalah, cadangan migas kita itu turun terus,
produksi kita tidak naik-naik tetapi tidak ada dorongan kuat untuk bagaimana
mendorong eksplorasi.
Cadangan minyak bumi Indonesia tahun 2014, terbukti sebesar 3.692,50
mmstb, potensial 3.857,31 mmstb sehingga total cadangan sebesar 7.549,81 mmstb.
Besar cadangan tersebut diperkirakan akan habis dalam waktu beberapa belas
tahun dengan asumsi tingkat produksi saat ini.
Menteri ESDM juga menjelaskan bahwa dalam pengelolaan sumber energi di
Indonesia pada saat ini terdapat 4 (empat) paradoks, yang terdiri atas :
- Indonesia sudah melakukan impor minyak selama bertahun-tahun, namun masih memiliki perasaan bahwa kita kaya akan sumber daya migas. Hingga saat ini masih banyak opinion leader yang berpendapat bahwa kita masih kaya akan migas.
- Kita melakukan pemborosan dalam penggunaan BBM impor, dimana kita tidak memiliki kesadaran untuk mengelola energi dengan hemat. Selama puluhan tahun, ratusan triliun rupiah telah dihabiskan untuk subsidi, sementara subsidi itu tidak tepat sasaran dalam penggunaannya.
- Indonesia memiliki banyak sumber daya energi terbarukan, namun tidak serius dalam pengembangannya dan hanya membatasi pada sumber energi fosil dengan cadangan yang semakin terbatas.
- Indonesia tidak pernah secara sungguh menyiapkan diri untuk mengelola energi yang bersifat sustainable.
Sebagai akibat dari 4 aspek tersebut, situasi energi kita pada saat ini
cukup mencemaskan. Salah satu contoh yang dapat diambil adalah dari sektor
kelistrikan, pada saat ini hanya 50% yang dalam status normal. Oleh karena itu
pemerintah beserta seluruh komponen akan senantiasa bekerja untuk memperbaiki
secara fundamental iklim investasi serta kebijakan untuk lebih memfokuskan pada
hal yang bersifat jangka panjang. (fi)
Sumber : Kementerian ESDM
No comments:
Post a Comment