JAKARTA – Investasi hulu minyak dan gas bumi tahun 2014 ditargetkan
sebesar US$ 25,64 miliar. Rinciannya, untuk kegiatan eksplorasi sebesar US$
3,84 miliar, administrasi US$ 1,6 miliar, pengembangan US$ 5,3 miliar, dan
produksi sebanyak US$ 14,9 miliar.
Rencana kegiatan yang akan dilakukan antara lain, survei seismik dua
dimensi (2D) sepanjang 9.020 kilometer (km), seismik tiga dimensi (3D) seluas
11.633 km persegi, pengeboran sumur eksplorasi sebanyak 205, pengembangan 1.364
sumur, dan kerja ulang (work over) sebanyak 932 sumur, serta perawatan sumur
(well services) sebanyak 33.060.
Jumlah ini sesuai pembahasan rencana kerja dan anggaran (work program
and budget/WP&B) antara Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak
dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama dengan kontraktor kontrak kerja sama
(Kontraktor KKS). “Naik 32 persen jika dibandingkan realisasi investasi tahun
2013 yang sebesar US$ 19,342 miliar,” kata Pelaksana Tugas Kepala SKK Migas, J.
Widjonarko di Jakarta, Rabu (1/1).
Dari realisasi investasi tahun 2013, untuk kegiatan eksplorasi sebesar
US$ 1,877 miliar, administrasi US$ 1,199 miliar, pengembangan US$ 4,306 miliar,
dan produksi sebanyak US$ 11,96 miliar. Investasi di sektor hulu migas
menunjukkan tren meningkat beberapa tahun terakhir. Pada 2010, investasi
tercatat US$ 11,031 miliar, 2011 naik menjadi US$ 13,986 miliar, dan meningkat
lagi US$ 16,543 miliar pada 2012.
“SKK Migas mendorong peningkatan investasi, khususnya pada kegiatan
eksplorasi untuk penemuan cadangan baru,” kata Widjonarko.
Tantangan Tingkatkan Produksi
Dalam APBN 2014 ditargetkan lifting
minyak sebesar 870.000 barel per hari dan lifting gas bumi sebesar 7.175 juta
british thermal unit per hari (bBtud). Jumlah ini setara 2.110.000 barel
ekuivalen minyak per hari. Target penerimaan Negara dari penjualan migas
tersebut sebanyak US$ 30,6 miliar.
Target produksi migas dari pemerintah ini lebih tinggi ketimbang hasil
pembahasan WP&B 2014 yang memperkirakan lifting
minyak sebesar 804.000 barel per hari dan gas bumi sebesar 6.853 bBtud. “Gap
target produksi ini menjadi tantangan industri migas pada tahun 2014,” kata
Widjonarko.
SKK Migas menyiapkan beberapa langkah untuk menyiasati tantangan yang
dihadapi. Yang pertama, mengatasi masalah gangguan operasi. Upaya yang
dilakukan dengan mengurangi kegagalan operasi produksi dan pengeboran untuk
mendapat tambahan produksi dan fasilitasi penyelesaian masalah proyek. Kedua,
mengurangi penghentian produksi yang tidak direncanakan (unplanned shutdown). Langkah yang dilakukan antara lain, evaluasi
detail atas rencana pemeliharaan fasilitas produksi dan meningkatkan pengawasan
fasilitas produksi.
Kemudian, mengatasi decline rate
yang tajam dengan memastikan jadwal pengeboran sumur pengembangan tepat waktu
dan optimalisasi proses pengembangan. Keempat, mengatasi kendala pembebasan
lahan dan perijinan. Caranya, SKK Migas akan terlibat langsung dalam proses
pembebasan lahan, jadwal pembebasan lahan diupayakan tepat waktu, serta
mengupayakan dan mendorong terus penyelesaian Service Level Agreement (SLA) terkait perijinan. Terakhir,
mengatasi kendala pengadaan dengan pemutakhiran proses bisnis dalam proses
pengadaan dan meningkatkan akuntabilitas dan tata kelola yang baik.
“Jika langkah-langkah tersebut berjalan baik, ditambah upaya kontraktor
mengoptimalkan produksi minyak di sejumlah lapangan, mudah-mudahan produksi
minyak berada dikisaran 830-840 ribu barel per hari,” kata Widjonarko.
Sumber : SKK Migas
No comments:
Post a Comment