Tuesday 31 May 2016

Bekerja Bersama untuk Indonesia Terang demi Ketahanan Energi



JAKARTA, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral terus secara aktif menggalakkan Program Indonesia Terang (PIT) setelah dicanangkan oleh Menteri ESDM di Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat, pada 21 April 2016 lalu. Sebagai langkah lanjutan, saat ini Unit Pelaksana Program Indonesia Terang tengah mempersiapkan kantor Koordinasi Wilayah Indonesia Timur di Ambon, Maluku yang diperkirakan akan mulai beroperasi di bulan Juli mendatang.

Masih belum maksimalnya rasio elektrifikasi di Indonesia memerlukan kerjasama antara Pemerintah, PLN dan instansi terkait lain untuk mencapai target 97% rasio elektrifikasi di tahun 2019. Negara yang dalam hal ini dibawah koordinasi Kementerian ESDM, akan memfasilitasi mekanisme penyediaan infrastruktur dengan feed-in-tariff (FIT), dan subsidi harga untuk mendorong kelayakan ekonomi pembangunan listrik pedesaan. PIT menyasar kepada 12.659 desa di 6 provinsi di Timur Indonesia yang belum terjamah oleh jaringan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Perlu ada perhatian khusus untuk menerangi 2.519 desa yang masih gelap gulita.

PIT mengutamakan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk dapat memberikan listrik kepada masyarakat di daerah terluar Indonesia tersebut. Pembangkitpembangkit listrik dalam PIT dikembangkan berdasarkan sistem kluster dan tidak menyambung ke sistem transmisi yang ada. Model pengembangan yang dilakukan PIT ini disebut sebagai pengembangan lepas-jaringan (off-grid).

Tiga pendekatan PIT yaitu dengan ekstensi grid (untuk desa dimana PLN telah hadir) mini grid/off-grid (dengan KK yang berdekatan), serta solar home system (untuk desa dengan KK berjauhan). Melalui program ini diharapkan dapat memanfaatkan sumber EBT dengan lebih efektif dan mempercepat tercapainya target 25% EBT dalam bauran energi nasional tahun 2025.

Terobosan dan pendanaan PIT

Pemerintah saat ini tengah berupaya menyukseskan PIT. Salah satunya adalah dengan membuat terobosan untuk menarik investasi dengan memberikan insentif menarik bagi para investor. Pendanaan gabungan dari APBN, investasi swasta dan masyarakat, serta dana hibah dari program-program corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia diharapkan dapat menjaring hingga Rp 53 trilyun demi mempercepat penyelesaian PIT. Pertimbangan dana yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 100 Triliun untuk memasok 1000MW listrik dari sumber Energi Baru Terbarukan.

PIT diterapkan melalui strategi inklusif, terjangkau, bertahap, serta transparan dan akuntabel. Inklusif berarti semua pihak terkait akan aktif dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Terjangkau berarti harga langganan listrik energi terbarukan tidak melampaui daya beli masyarakat. Bertahap berarti program dimulai dari desa-desa DTPK di pelosok Indonesia timur dan secara bertahap menuju ke barat. Adapun transparan dan akuntabel diwujudkan dengan menyerahkan audit dan evaluasi dampak dari program ke pihak ketiga yang terpercaya. Kementerian ESDM memberikan perhatian lebih khusus kepada masyarakat di desa-desa DTPK agar mereka dapat segera mengenyam listrik. Tanpa kebijakan dan aksi mustahil listrik terakses sesuai target yang telah dicanangkan karena listrik tidak hanya sebagai penerangan tapi juga sebagai jendela masuknya peradaban.

Sumber: Laman Kementerian ESDM

Friday 27 May 2016

Peringati Pidato Bung Karno 1 Juni, Presiden Jokowi Akan Napak Tilas Ke Penjara Banceuy


Patung Bung Karno yang terletak di Penjara Banceuy, Bandung, Jawa Barat. Foto Humas Setjen MPR-RI/ES

JAKARTA, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama dengan Ketua MPR-RI Zulkifli Hasan, para pimpinan MPR-RI, dan seluruh tamu undangan direncanakan akan mengikuti acara Napak Tilas, dengan berjalan kaki dari Gedung Merdeka ke Penjara Banceuy, pada 1 Juni mendatang, sebagai rangkaian Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945, yang digelar di Bandung, Jawa Barat.

Penjara Banceuy dibangun Belanda tahun 1877, dan pada ranggal 29 29 Desember 1929, Bung Karno, Maskoen, Soepriadinata dan Gatot Mangkoepraja ditangkap Belanda di Yogyakarta dan dijebloskan ke Penjara Banceuy, Bandung selama 8 bulan.  Di penjara inilah, Bung Karno kemudian menyusun pledoi yang sangat terkenal yang diberi judul “Indonesia Menggugat”.

Humas Sekretariat Jenderal (Setjen) Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) dalam siaran persnya Jumat (27/5) mengemukakan,  selain Napak Tilas ke Penjara Banceuy, rangkaian kegiatan digelar dalam Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 di Bandung itu. Pada 30 Mei pukul 13.00 misalnya, di Gedung Merdeka, digelar acara Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat bertema Peringatan Pidato Bung Karno Menggali Pancasila.

Selanjutnya, pada  30 Mei 2016 pukul 20.00, di Jalan. Dr. Ir. Sukarno, Bandung, juga akan digelar pagelaran seni budaya Wayang Golek dengan lakon  Semar Tandang.

Kemudian pada 31 Mei 2016 pukul 09.30, di Universitas Padjadjaran, akan digelar acara Seminar Nasional Kebangsaan dengan tema “Pancasila Ideologi Bangsaku, Gotong Royong Semangat Negeriku.” Narasumber yang akan tampil dalam acara ini adalah Guru Besar Ilmu Hukum Tata Negara Universitas Padjadjaran Dr. Bagir Manan, SH, MCL, dan Guru Besar Sosiologi Pertanian Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA.

Mengenai pemilihan tema Pancasila Ideologi Bangsaku, Gotong Royong Semangat Negeriku itu, Humas Setjen MPR-RI dalam siaran persnya mengatakan, tema itu menjadi penting dikupas sebab, dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia telah tercatat bahwa para pendiri bangsa telah membuat pilihan cerdas dengan menjadikan Pancasila sebagai dasar berdirinya negara Indonesia merdeka.

“Pilihan menjadikan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka dapat diterima oleh seluruh komponen bangsa, karena nilai-nilai Pancasila pada dasarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama hidup, tumbuh dan berkembang sebagai  akar budaya bangsa Indonesia,” bunyi siaran pers itu.

Sejarah mencatat pula, selama tujuh puluh satu tahun perjalanan bangsa, Pancasila telah pula mampu melampaui berbagai dimensi perubahan sosial, bahkan multidimensi persoalan bangsa, dan tetap kokoh menjadi landasan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, kedudukan Pancasila sebagai dasar negara, ideologi bangsa, seperangkat nilai yang menjadi sumber dari segala sumber hukum adalah bersifat final dan tidak ada lagi ruang untuk mempersoalkannya. -

Thursday 19 May 2016

Gempa 6,8 SR Kembali Guncang Beberapa Kota Di Ekuador


Foto: Google Earth/USGS/THNews

PEDERNALES, Ekuador (Telukharunews.com) - Setelah gempabumi 7,8 Skala Richter (SR) pada 16 April 2016 yang menelan ratusan korban dan ribuan korban korban luka-luka, kini Ekuador kembali diguncang gempa berkekuatan 6,8 SR, Rabu (18/5/2016).

Menurut data yang dikutip dari laman resmi USGS-NEIC dapat diketahui pada Rabu, 18 Mei 2016 pukul 11:46:44 waktu setempat atau pukul 23:46:44 WIB telah terjadi gempabumi berkekuatan 6,8 Skala Richter yang berlokasi dikoordinat 0.465°Lintang Utara - 79.641°Bujur Barat berjarak 24 km Barat Laut dari Kota Rosa Zarate, Ekuador.

Pusat gempa yang berada di kedalaman 21,1 km dirasakan (VI MMI) di sekitar Kota Rosa Zarate (pop42k) dan Muisne (pop13k). Sedangkan di Kota Pederales (pop6k) V MMI. Sementara dirasakan (IV MMI) masing-masing di Kota Santo Domingo de los Colorados (pop200k), San Lorenzo de Esmeraldas (pop20k), Velasco Ibarra (pop49k), Quito (pop1,400k), Guayaquil (pop1,952k) dan Kota Portoviejo (pop170k).

Menurut pernyataan Badan Nasional Cuaca-Pusat Peringatan Tsunami Pasifik, Pantai Ewa, Hawaii pada Rabu, 18 Mei 2016 pukul 16:52 UTC atau pukul 23:52 WIB merilis, berdasarkan semua data yang tersedia, tidak ada ancaman Tsunami dari gempa ini.

Sementara pada Kamis, 19 Mei 2016 pukul 02:05:48 waktu setempat atau pukul 14:05:48 WIB terjadi gempabumi susulan berkakuatan 4,6 SR di koordinat 0.603°Lintang Utara - 80.027°Bujur Barat pada kedalaman 21,10 km di pantai Barat Daya pusat Kota Muisne atau berjarak 52 km Barat Daya Kota Propicia, Ekuador.

Editor: Freddy Ilhamsyah PA

Tuesday 17 May 2016

Prof. Dr. Soebroto, M.A : Jangan Jadi Orang Boros !!!...


Prof. Dr. Soebroto, M.A - Foto: Liputan6.com

JAKARTA, Disela-sela peluncuran Kampanye Gerakan Hemat Energi Potong 10% di Kementerian Energi, Dan Sumber Daya Mineral, Minggu (15/5), mantan Menteri Pertambangan dan Energi periode 1978 – 1988, Prof. Dr. Soebroto, M.A. mengingatkan kepada semua peserta kampanye yang hadir agar tidak  menjadi orang yang boros dalam memnggunakan energi. “Berhematlah dalam menggunakan energi, hemat sekarang juga,” ujar Soebroto.

Hemat energi itu penting sekali. Hemat energi ini menurut Soebroto merupakan yang paling murah dan paling banyak menghasilkan penghematan. Kalau penghematan itu menjadi kebiasaan itu akan bagus sekali dan itu dapat dilakukan siapa saja, dimana saja dan sekarang juga.

“Mari kita semua, sekarang juga mulai hidup hemat dengan mematikan lampu jika tidak digunakan serta mengatur suhu ruangan sesuai dengan kebutuhan menjadi suatu kebutuhan. Jangan menjadi orang yang boros,”tegas Soebroto.

Soebroto juga mengingatkan, dalam menjalankan kebijakan energi ada tiga hal pokok yang harus dijalankan, yang pertama adalah eksplorasi, cari minyak, cari gas, yang kedua adalah diversifikasi, cari gantinyanya minyak, cari gantinya gas bangsa kita itu kaya sekali dengan sumber daya energi. Cari air, angin apa saja itu bisa menggantikan minyak dan itu yang namanya diversifikasi.

Selanjutnya kebijakan yang ketiga yang juga tidak kurang pentingnya itu yang namanya konservasi dan konservasi yang paling penting adalah hemat energi, ujar Soebroto.

Gerakan Hemat Energi “Potong 10%” yang diluncurkan Pemerintah, merupakan aksi bersama oleh pemerintah, pelaku bisnis/industri /asosiasi, akademisi, organisasi masyarakat sipil, dan individu untuk melakukan upaya penghematan energi.

Di negara-negara maju, perilaku hemat energi sudah menjadi bagian dari budaya dan gaya hidup sehari-hari. Sementara di negara kita, hemat energi masih belum disadari manfaat dan peran strategisnya. Di beberapa negara maju, gerakan hemat energi justru diinisiasi oleh masyarakat,   melalui kelompok-kelompok volunteer mereka mengembangkan budaya hemat energi secara masif ke berbagai sektor, mulai dari sektor industri, komersil, pemerintah, lembaga pendidikan hingga sektor rumah tangga, yang kemudian didukung oleh regulasi-regulasi dari pemerintah.

Editor: Freddy Ilhamsyah PA
Sumber: Laman Kementerian ESDM